Secret Operation

23.5K 1K 58
                                    

Pradipta duduk santai di rumahnya yang nyaman. Jam menunjukkan pukul lima sore dan ia sedang menikmati sore yang menyenangkan di gazebo belakang rumahnya dengan saudara-saudaranya.

" Jadi gimana, Mas? Kita gak bisa membiarkan kesalahpahaman antara mereka terus berlanjut" Kata Raditya membuka suara.

Dimas mengangguk-angguk setuju. Pradipta menghela nafas panjang lalu meraih cangkir teh mint dan menyesapnya perlahan.

" Aku punya feeling kalau Disti itu punya perasaan sama Tama," Kata Raditya dengan wajah serius. Si bungsu itu merendam kakinya ke dalam kolam yang memang terletak di bawah gazebo.

" Ah sok tau deh." Kata Dimas sambil tertawa. " Atas dasar apa coba?" Dimas mengedipkan matanya ke arah Pradipta seolah-olah menguji analisis Raditya.

" Gak harus pake dasar-dasaran..gue kan tahu Disti sejak jaman di dalam kandungan, gue berbagi air ketuban sama dia .. Kami kembar, tentu saja gue bisa merasakan apa yang dia rasakan," Kata Raditya sombong membuat Dimas dan Pradipta tertawa.

" Yaaaah, gue pikir lo punya dasar yang kuat," Kata Dimas sambil tertawa. Sepupu kesayangan trio Mahesa itu meluruskan kakinya, meraih bantal kecil dan meletakannya di pangkuannya.

Pradipta mulai mengatur posisinya, ia menyenderkan tubuhnya pada pilar gazebo sambil tetap menyesap teh mint favoritnya.

" Ya udahlah, gini aja .. tugas kita adalah bagaimana mendekatkan mereka berdua tanpa disadari oleh Radisti, ya pokoknya supaya mereka punya quality time yang sama gitu deh," Kata Pradipta kalem.

Raditya mengangguk. " Tapi gimana caranya? Disti ntar ngamuk-ngamuk lagi, dia kan perasaannya peka banget, dia pasti ngerti lah kalau kita 'bermain'" Raditya menunjukkan dua jari telunjuknya saat menyebutkan kata bermain.

" Ya kita main cantik, lah" Kata Dimas. Dahinya berkerut tanda ia berfikir dengan serius.

Pradipta tiba-tiba menjentikkan jarinya. " Gue ada ide,"

Dimas dan Raditya lalu mendekat ke arah Pradipta karena ingin mendengarkan ide cemerlang dari Pradipta.

" Mulai saat ini, kita harus memantau pergerakan Disti, kita buat aja Paundra gak sengaja ketemu dia nantinya, misalnya kita ngumpul terus kita ajak Paundra seolah-olah gak sengaja ketemu, ya kayak waktu itu yang akhirnya Paundra nganter Disti pulang setelah ketemu kita," Kata Pradipta sambil tersenyum.

" Hmm..." Dimas dan Raditya kompak bergumam.

Raditya terdiam, ia menyidekapkan kedua tangannya di dada.

" Eh, sopir bukannya harus jemput Radisti di Senayan? Kantor Paundra bukannya dekat sana? Kalo dia gak sibuk, kenapa gak kita coba aja bujuk Paundra untuk nganter Disti pulang," Kata Raditya.

" Hmm...kalau Disti nolak?" Tanya Dimas.

" Kayaknya enggak deh, apalagi udah mendung gini .. Kita bilang aja sama dia Sopirnya kejebak macet setelah nganter barang-barang kesini," Kata Pradipta. " Dan, Paundra pasti bisa memenangkan hati Disti, soalnya Paundra kan orangnya sabar,"

Dimas mengangguk. " Coba gue cek dulu Paundra ada dimana, ya? Khawatirnya dia enggak ada di kantornya," Kata Dimas yang lalu meraih handphone yang ada di dekat bantal.

" Oke, gue juga cek Radisti sekarang ada dimana," Kata Pradipta sambil memencet handphonenya.

" Eh tapi kita juga harus cek dulu lho Paundranya," Kata Raditya membuat Dimas dan Pradipta menghentikan gerakan jarinya pada handphone.

" Maksud lo?" Dimas mengangkat alisnya dan menatap Raditya heran.

" Kita harus cek Paundra, istilahnya fit and proper test, apakah dia layak untuk Radisti," Kata Raditya dengan wajah serius. Laki-laki tampan itu merapihkan rambutnya yang berantakan oleh angin dengan jari-jarinya lalu menatap Pradipta dan Dimas.

" Kenapa? Kamu gak yakin Paundra itu baik, Dit?" Tanya Pradipta.

Raditya mengangkat bahu. " Kita gak terlalu kenal Paundra kan, mas? Apa dia emang laki-laki yang baik untuk Disti? Apa dia emang bisa memahami Disti apa adanya? Menerima kita juga sebagai iparnya?" Kata Raditya lirih.

Dimas dan Pradipta diam mendengarkan, Suasana jadi hening di antara mereka, hanya terdengar suara Rangga sedang bermain di ruang keluarga bersama pengasuhnya.

" Aku hanya ingin menegaskan, bahwa keputusan sepenuhnya ada di tangan Disti, kalau emang setelah kita berusaha mendekatkan mereka ternyata Disti akhirnya menolak pernikahan itu, aku rasa..." Raditya berhenti sejenak dan menarik nafas panjang. " Aku rasa... Kita harus mendukung keputusan Disti dan membantunya bicara dengan Mama," Kata Raditya.

Pradipta menarik nafas panjang. Ia mengangguk-angguk mengerti dan menepuk pundak Raditya. " Gak perlu khawatir, kalau memang itu yang terjadi.. Mas akan berada paling depan untuk membicarakan masalah ini dengan Mama dan Papa," Kata Pradipta sambil tersenyum.

" Mungkin kita juga harus lebih banyak meluangkan waktu bersama Paundra, supaya kita tahu banyak tentang kebiasaan dia, " Kata Dimas.

Pradipta dan Raditya mengangguk. " Betul juga, kita gak boleh beli kucing dalam karung, kita harus tau Paundra itu kayak apa," Raditya serius menjawab.

" Duh, segitu seriusnya" Goda Pradipta sambil melempar bantal kecil membuat Raditya mendelik sewot.

" Mas!! Kita harus serius, ini menyangkut masa depan Radisti, kita gak boleh salah pilih suami untuk Disti," Raditya mengomel sambil bibirnya manyun karena kesal digoda oleh kakaknya.

Dimas tertawa kecil melihat Raditya yang sangat over protective terhadap saudara kembarnya. Namun Dimas sadar semua karena Raditya sangat menyayangi Radisti.

" Iya, gak papa.. Mungkin nanti kita bisa atur boys day out bersama Paudra," Kata Dimas.

Pradipta mengangguk setuju. " Bolehlah nanti kita atur, nah sekarang dimana posisi Radisti ya?" Kata Pradipta sambil kembali menatap ke layar handphonenya.

" Paundra ada di kantor," Kata Dimas. " Dia gak keberatan nganter Radisti pulang," Lanjut Dimas.

" Aku telfon Disti dulu," Kata Pradipta. Ia mendial nomor handphone Radisti.

" Princess, where are you?" Tanya Pradipta begitu tersambung. " Ooh, sopir baru berangkat ya, Dis.. Kamu nunggu dimana? Di cafe biasa? Oh oke..nanti Mas kabarin lagi ya, jangan lupa makan, take care, Princess..." Pradipta meletakkan handphonenya di kantong bajunya.

" Disti di tempat biasa?" Tanya Raditya.

Pradipta mengangguk. Ia mengangkat tangannya ke arah telinga memberi tanda agar Dimas menelfon ke Paundra.

" Sip, gue telfon Paundra sekarang .." Kata Dimas tersenyum tipis.

Dan operasi janur kuning jilid dua pun dimulai...

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang