Paundra's Side

19K 1.1K 27
                                    

Puri menyisir rambutnya lalu menggulungnya. Perempuan itu memerhatikan dirinya di kaca sambil memandang suaminya yang sudah ada di atas tempat tidur namun dengan iPad di tangannya.

Dimas terlihat segar dengan rambut masih setengah basah karena baru saja mandi. Laki-laki itu sudah mengenakan piyamanya.

"Dim, "

"Hmm?"

Puri berjalan perlahan ke arah tempat tidur lalu merengsek mendekati Dimas. Ia sudah mengenakan daster merah mudanya yang menandakan ia sudah siap untuk tidur.

"Sibuk?" tanya Puri ingin tahu. Perempuan itu lalu menaruh kepalanya di bahu Dimas sementara tangannya memeluk pinggang suaminya.

"Kenapa?" tanya Dimas. Laki-laki mengecup pucuk kepala Puri penuh kasih sayang. "Ada yang mau kamu bicarain?" Dimas lalu meletakkan iPadnya di atas nakas. Ia lalu menarik Puri agar lebih mendekat ke arahnya, mengusap-usap rambut istrinya perlahan.

"Kamu ngerasa ada yang aneh gak sih antara Kakak dan Disti tadi?" tanya Puri.

"Aneh gimana?" Dimas mengernyitkan dahi. Memandang ke arah istrinya. "Kayaknya biasa-biasa aja deh,"

"Kayak ada yang aneh aja menurut aku, mereka seperti berjarak..." kata Puri.

"Maksud kamu?"

"Iya, Kakak seperti lagi marah sama Disti,"

Dimas membetulkan posisi tubuhnya. "Masak sih?" Laki-laki itu mengigat-ingat acara keluarga mereka tadi malam. "Tapi kayaknya biasa aja deh,"

Puri terdiam sejenak. Tangannya mengelus-elus perut suaminya perlahan. "Aku merasa ada yang salah dengan mereka, duduk berjauhan saling menghindar satu sama lain,"

Dimas tersenyum tipis. Ia sangat tahu kalau Puri menyayangi Paundra. Istrinya itu memang lebih dekat dengan Paundra dari pada kakaknya yang lain, Gilang. "Mungkin itu perasaan kamu aja, mereka masih pulang sama-sama kok..."

"Tapi mereka gak gandengan tangan," bantah Puri.

"Gak semua pasangan bisa mengekspresikan perasaannya dengan bebas, Puyi sayaaang," Dimas mengecup pucuk kepala Puri gemas. "Apalagi tadi ada kita, masak iya mereka mau ayang-ayangan kayak ABG, ada Mami dan Papi juga..." Dimas merasa geli dengan apa yang dinyatakan istrinya. Sebagai saudara, laki-laki itu tentunya menangkap ada hal yang janggal sewaktu melihat Radisti dan Paundra saat pulang. Namun ia berusaha menenangkan istrinya. Ia tak mau membuat Puri jadi semakin uring-uringan.

"Begitukah?" Puri memiringkan kepalanya dan menatap ke arah suaminya.

Dimas tertawa kecil. "Mereka pasti bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri kok, kamu nggak usah khawatir,"

Puri menarik napas panjang. Tetap saja ia merasa kalau ada yang salah dengan sikap kakaknya dan Radisti.

Dimas mencubit pipi istrinya gemas. "Kamu tuh, kalau kamu nggak percaya ya tanya aja langsung ke kakak kamu, deh..." kata Dimas.

Puri mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Kembali menarik napas panjang seolah masalah Paundra-Radisti adalah masalah yang sangat pelik. Perempuan itu lalu mengalungkan tangannya ke leher suaminya. "Thanks, Dimi..." Lalu sebuah kecupan pun diberikan untuk suami tersayangnya itu.

                             ***

"Kakak?" Puri menatap ke arah Paundra tak percaya. Saat ini ia sedang berada di rumah orang tuanya dan terkejut saat melihat kedatangan Paundra.

"Halooo," sapa Paundra sambil tersenyum manis. Menghampiri adiknya sedang membuat segelas es sirup markisa dan lalu meneguknya tanpa rasa bersalah.

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang