ANOTHER SIDE

4.8K 507 47
                                    

Pradipta dan keluarga menikmati sore yang menyenangkan di Disneyland Hongkong. Saat ini mereka sedang mengelilingi sungai dengan menggunakan sebuah perahu berkapasitas 20 orang.  Wahana Jungle River Cruise namanya.

Pradipta dan Arini duduk di kursi belakang sementara kedua anak mereka berada di depan bersama pengasuhnya masing-masing. Selama kapal menyusuri sungai mereka dapat melihat aneka satwa mulai dari gajah yang sedang bermain air hingga singa yang tertidur lelap. Sesekali Pradipta dan Arini bersenda gurau dengan Rangga dan Ray yang berceloteh riang menikmati pemandangan yang tersaji.

Meski demikian raut wajah Pradipta usai menghubungi Radisti membuat Arini khawatir. Ia tahu bahwa suaminya menghubungi adiknya untuk menceritakan lamaran sebuah Parpol besar kepada Raditya agar mencalonkan diri menjadi kepala daerah.  Jika Vivian memimpin di tingkat Provonsi maka Raditya diharapkan dapat menang di sebuah Kabupaten yang memiliki kekayaan mineral luar biasa banyak di bumi pertiwi ini.

"Ada apa?" tanya Arini.  Perempuan itu menatap Pradipta yang nampak tak tenang setelah menghubungi Radisti.

Pradipta menggelengkan kepalanya pelan. Laki-laki itu hanya tersenyum seolah menenangkan Arini bahwa tak ada hal berat yang mengganggu pikirannya.

"Disti masih di Paris?" tanya Arini.

Pradipta menaruh ponsel ke dalam saku jaketnya lalu menarik tangan Arini  dan menggenggamnya erat "Lagi di London,"

"Ketemu Paundra? Syukurlah, kasihan Paundra dan Disti harus berjauhan terus," kata Arini prihatin. Ia sungguh tak membayangkan jika harus menjalani rumah tangga seperti adik iparnya yang tinggal berjauhan dengan suami. "Mereka kalau ketemu hanya sebentar...tiga atau empat hari..."

"Iya, tapi itu risiko yang mereka harus ambil, Ni. Kamu beruntung dulu aku nggak jadi kuliah di US," goda Pradipta sambil memainkan tangan Arini.

Arini tertawa renyah.  Tentu saja ia ingat rencana Pradipta akan meneruskan kuliah di US namun batal karena laki-laki itu akhirnya memilih melanjutkan studynya di UI. Alasannya? tak mau meninggalkan Vivian sendiri pasca-ditinggal Raditya dan Radisti. Meski pun di kemudian hari terungkap bahwa Arini lah yang menjadi penyebab Pradipta bertahan di Indonesia. "Kamu yang beruntung karena nggak jadi pergi, Dip..." Arini menatap suaminya yang terlihat tampan dengan polo shirt biru dan celana khaki selututnya. Ia berhenti memerhatikan Pradipta saat menyadari perahu yang mereka tumpangi memasuki kawasan gunung berapi. Kabut tebal warna putih pun menutupi pandangan mata mereka.

Suara celoteh anak-anak semakin ramai saat perahu berjalan pelan d lalu melewati kawasan berbatu yang saling menyemburkan api dan asap secara bergantian. Sangat menakjubkan.

"Ada api, lihat Ma, Pa..." suara riang Rangga menarik perhatian Arini dan Pradipta. Putra pertama mereka terlihat sangat senang dan memamerkan tawanya yang memikat.

----


Arini melirik Pradipta yang terlihat sibuk dengan ponselnya. Hari libur yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk bersama keluarga namun konsentrasi Pradipta terbagi dengan urusan di tanah air. Dan seharusnya, Arini sudah sangat terbiasa.

Dari awal ia menyadari menikahi Pradipta sama saja dengan menikahi seluruh keluarganya. Ia menerima paket lengkap tanpa terkecuali. Ia terbiasa dengan gangguan yang harus ia terima mulai dari urusan pekerjaan sampai hal-hal sepele yang berkaitan dengan Raditya dan Radisti. Ia terbiasa dengan gangguan di tengah malam saat Raditya mencurahkan isi hati tentang si kembar atau kekhawatiran suaminya akan rumah tangga Radisti dan Paundra.

Arini menghela napas, menyingkapkan selimut dan menghampiri Pradipta yang tengah berdiri di balkon yang menghadap ke arah lautan. Kebetulan sekali, kamar hotel mereka memang menghadap ke arah laut terbuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mahesa'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang