13. [ 밤 ] - BAM - NIGHT

732 101 66
                                    

Seorang namja paruh baya ditemani empat orang di belakangnya, mengambil jalan setapak yang panjang setelah turun dari mobil, menuju ke bagian rumah utama. Tumbuhan di dalam pot berukuran besar berjajar rapi di sisi jalan setapak yang mereka lewati. Dua orang berbadan besar terlihat berdiri di depan pintu besar berwarna putih, telah menunggu kedatangan mereka, keduanya membungkuk dalam kepada namja paruh baya yang berjalan paling depan memimpin rombongannya.

"Selamat datang kembali Tuan Chae Sang-guk." Ucap salah seorang yang berjaga di depan pintu.

"Bagaimana keadaannya selama aku pergi?"

Ia berkata dengan suara beratnya yang dalam, penuh dengan charisma, dingin dan juga syarat dengan rasa kuasa yang menakutkan. Ia masuk dengan langkah lambat namun pasti memasuki kediamannya.

Chae Sangguk adalah seorang keturuan Korea-Irlandia, tinggi, berkulit kemerahan khas asia, dengan badan tegap dan prima meski di usianya yang tak lagi muda. Sangguk membiarkan seorang pelayan yeoja melepaskan longcoat hitamnya di ruang tengah, dan kemudian ia duduk di sofa dengan santai, sementara enam namja yang mengikutinya tetap berdiri dengan posisi tegap, berjajar rapi seperti barisan tentara. Ia memandang dengan sorot mata dingin pada anak buahnya, menunggu jawaban.

"Beberapa hari yang lalu bisnis penjualan senjata di pasar gelap masuk dalam daftar kasus yang diselidiki oleh polisi. Namun Tuan Sangjin telah membereskannya. Selain hal tersebut tidak ada hal yang perlu ada khawatirkan. Semuanya berjalan dengan lancar." Jawab salah seorang dari mereka. Sangguk mengangkat tangannya dan menerima gelas wiskey dari pelayan yeoja yang tadi melepaskan mantelnya, menoleh kepada si yeoja yang tersenyum genit kepada Sangguk.

"Tapi bukan seperti itu yang ku dengar."

Ia meraih pinggang ramping pelayan itu dengan satu tangan sehingga yeoja itu kini duduk d atas paha kirinya yang berotot.

"Ada tiga orang kita yang terbunuh saat menjadi bala bantuan misi pembakaran rumah Kijong yang ditemukan oleh polisi di lokasi. Dan di kasus jual beli senjata banyak anggota kita yang tertangkap polisi dalam keadaan terluka dan ada juga yang mati."

Meski tidak melihat lawan bicaranya Sangguk tahu kalau mereka saat ini sedang bertanya-tanya dari mana Sangguk mengetahui informasi itu. Sangguk menoleh.

"Bisa kalian jelaskan pihak mana penganggu itu berasal?"

Tak ada yang menjawab dari mereka. Mereka semua hening dan ditelan oleh aura mengerikan yang keluar dari Sangguk. Pelayan yeoja itu membisikkan sesuatu ke telinga Sangguk, membuat Sangguk tersenyum untuk pertama kalinya sejak ia datang. Sangguk mencium bibir yeoja itu dengan mesra sebelum ia melepaskan tangannya dari pinggang si yeoja. Yeoja itu kemudian berdiri, mengulas senyum tipis di bibirnya yang merah gelap, sambil berdiri yeoja itu menyapukan jari-jari lentiknya di dada bidang Sangguk dengan gerakan sensual. Kedua iris mata Sangguk yang berwarna emerald green mengikuti lenggak-lenggok dua bongkahan daging kenyal di bawah pinggang ramping si yeoja yang bergerak keluar dari ruangan. Ia tersenyum ketika si yeoja menoleh untuk terakhir kalinya dengan lirikan mata dan senyum seksi sebelum menghilang di balik pintu.

"Aku ingin kalian mengabari Sangjin tentang kepulanganku dan atur waktu agar aku bisa bertemu dengannya."

Sangguk meletakkan gelasnya di meja lalu berdiri. "Kalian boleh pergi."

+++++

Hyungwon memapah Ayeong yang mabuk berat keluar dari hall pesta. Sebelah tangannya melingkar di pinggang Ayeong dan menggunakan tangannya yang lain untuk memegangi tangan Ayeong yang melingkar di bahunya. Ayeong mabuk berat, bahkan untuk mengangkat kepalanya pun ia tak sanggup. Rambut pendeknya yang kecoklatan terjulur ke depan, menutupi wajahnya. Langkah Hyungwon terhenti ketika pengawal Ayeong berdiri di depannya, menahan tubuhnya dengan sebelah tangan.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now