17. [ 게임 ] - Geim - A Game

610 89 79
                                    

"Han Sangjin-ssi, aku lebih suka jika anda mengatakan yang sejujurnya padaku. Daripada aku harus mendengarkan laporan yang sebenarnya dari orang lain." Sangguk berkata.

"Sangguk-ssi, kurasa kau salah paham dengan kerja sama kita." Sangjin menjawab,berusaha untuk terlihat tenang meski di bawah tekanan tatapan mata hijau Sangguk yang seperti ingin menelannya.

"Aku berhak untuk mengetahui semua yang kalian berdua rencanakan. Karena kalian menggunakan anak buahku untuk melakukannya. Kalian orang-orang atas sama sekali tidak tahu arti dari kerjasama. Karena kalian hanya tahu kata dari memanfaatkan. Jika menurutmu aku tidak tahu dengan rencana yang sedang berputar di dalam kepalamu," Sangguk memutarkan jari telunjuknya di samping kepala. "Anda salah besar Sangjin-ssi. Sebagai orang yang ikut terlibat dalam masalah ini, aku sarankan anda untuk berpikir ulang."

Sangguk berpaling pada Younghan yang sedari tadi menyimak pembicaraan. "Saranku ini juga berlaku untuk anda Tuan Im, jika anda masih menginginkan posisi yang aman."

Younghan mendesah dan menatap gelas winenya penuh perhatian. Younghan, Sangjin dan juga Sangguk bertemu setelah acara makan siang. Di restoran yang sama, namun berbeda ruangan. Sementara saudara Younghan yang merupakan mertua Sangjin telah pulang terlebih dahulu bersama Ayeong dan juga Changkyun. Younghan menitipkan Changkun pada saudaranya.

Berita kembalinya Sangguk ke Korea cukup mengejutkan bagi Younghan. Dia sadar undangan makan siang dari Sangguk untuknya dan juga Sangjin memiliki pertanda tidak baik. Tapi di sisi lain, Younghan merasa lega atas kepulangan Sangguk ke Korea.

"Aku sadar, kau merasa marah karena kehilangan banyak anak buahmu dalam waktu yang singkat. Tapi kau harus tahu jika itu terjadi di luar rencana." Younghan angkat bicara setelah menyesap minumannya.

"Kehilangan anak buah bukan hal yang terlalu berarti untukku. Untuk mencapai satu tujuan pasti aka nada pengorbanan yang dibutuhkan." Sangguk melecutkan mata hijaunya kepada Sangjin, menatapnya tajam dan dingin. "Tapi aku tidak menyukai ketidak jujuran."

Sangjin tertawa dengan nada mengejek. Dia balas menatap Sangguk, meletakkan sikunya di atas meja.

"Apa aku tidak salah dengar? Baru saja kau membicarakan soal kejujuran? Orang sepertimu?"

"Anda tidak salah dengar Sangjin-ssi." Sangguk mengangkat gelas winenya, menatap permukaan red wine dalam gelas yang bergoyang ketika dia menggerakkan pergelangan tangannya. "Mungkin dengan semua ketenaran yang telah anda raih dan menjadi malaikat bagi orang-orang bodoh membuat anda jadi lupa dari mana asal anda."

Sangjin menatap tidak suka ke arah Sangguk yang menyinggung masa lalunya sebagai anggota mafia. Namun tatapan Sangjin sama sekali tidak ada artinya bagi Sangguk.

"Tapi," Sangguk melanjutkan setelah menyesap red winenya. "Sejak dulu aku dan anda memiliki prinsip yang berbeda."Lanjutnya.

Sangjin menggertakkan gigi dan menarik nafas dalam-dalam, cuping telinganya memerah karena amarah. Sangguk mengedikkan bahu, menyesap wine-nya. Sangjin berpaling pada Younghan, sengaja melembutkan suara. Sebagai seorang namja kepercayaan Younghan dan juga orang yang membantu Younghan menaikkan pamor, sejak lama dia terbiasa melakukan sesuatu dengan caranya sendiri. Dengan perpaduan antara ketegasaan, kelicikan, bujukan dan logika dia mampu membuat Younghan menyetujui pendapatnya. Kali ini dia pun berniat untuk melakukannya, kedatangan Sangguk yang meminta bertemu langsung dengan Younghan membuat posisinya sebagai orang kepercayaan terancam, termasuk karirnya di bidang politik. dia tidak akan membiarkan Sangguk merobohkan apa yang sudah dia bangun.

"Tuan Im, aku paham akhir-akhir ini rencana kita tidak berjalan sempurna seperti yang kita harapkan. Tapi bukan berarti rencana kita akan gagal. Aku hanya perlu sedikit waktu lagi untuk menyelesaikan persiapan kita."

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now