4

1K 160 82
                                    

Sesuai dugaan Jaejoong dan nama besar perusahaan tempat dua korban bekerja, kantor itu sangatlah besar dan mewah. Sebuah gedung dengan empat belas lantai, dinding kaca, dan dipenuhi tamanan berdaun hijau dalam pot batu berwarna hitam alami.

Meja panjang lebar berwarna coklat mengkilat berfungsi sebagai area kerja bagi tiga resepsionis, mereka mengenakan headset dan sibuk mengetik di keyboard. Tiga ruang tunggu melebar, memamerkan kursi-kursi besar nyaman nan empuk dan monitor besar dengan berbagai pilihan chanel hiburan.

Jaejoong meletakkan lencananya di meja panjang di hadapan pria yang mengenakan jas dengan rambut hitam klimis disisir ke belakang.

"Aku ingin bertemu dengan yang berwenang."

Namja itu memberi Jaejoong dan dua orang di belakangnya, Yoochun dan Wonho, senyum lebar.

"Kalau boleh tahu berwenang atas departemen tertentu atau atas semuanya?"

"Atasan Yoo Kijong dan Kang Jihyun."

"Tunggu sebentar. Yoo Kijong seorang Eksekutif Akun Senior, Korporat, Luar Negeri dan Internasional. Itu di lantai ini dan anda bisa bertemu dengan Tuan Cha Seungwon. Dan untuk Nona Kang Jihyun. Maaf, tunggu sebentar."

Namja itu mencari dan membaca dari monitornya seolah hal itu sangat menyenangkan untuk di lakukan.

"Wakil Kepala Manager Finansial Pribadi. Domestik. Itu di lantai atas, dan nama atasannya Nona Ha Ji-won."

"Kami ingin bertemu dengan Tuan Cha Seungwon lebih dahulu." Ucap Jaejoong.

"Maaf, beliau sedang rapat."

Ia menepuk lencananya. "Kalau begitu hentikan."

"Baik. Saya akan menelfonnya silakan duduk."

"Tidak. Aku ingin cepat."

Cha Seungwon mengenakan setelan jas berwana abu-abu tua dengan motif garis-garis berwana lebih muda, dipadu dasi polos merah marun polos di kerah kemeja putihnya. Dia memperlihatkan ekspresi tak sabar pada wajah tegasnya, dan melangkah ke arah resepsionis dengan tak sabar pula.

"Kalian polisi?" Ia bertanya tegas dan menunjuk Jaejoong dengan jarinya seperti menuduh.

"Letnan Kim Jaejoong, Detektif Park Yoochun dan Detektif Shin Wonho."

"Terserah. Kalian baru saja menarikku dari rapat penting. Jika ini karena putraku yang membolos atau tertangkap mengendarai mobil tanpa SIM aku akan mengurusnya tapi nanti. Aku tidak suka polisi mendatangiku di kantor."

Jaejoong memutar matanya ke atas. Sudah ia duga kalau akan  seperti ini jadinya, terlalu banyak bergelut dengan uang membuat mereka berpikir semua soal bisa diselesaikan menggunakan selembar kertas bernominal.

"Kami datang bukan karena putra anda. Kali datang karena Yoo Kijong, dan jika memang anda tidak menginginkan keberadaan kami di sini silakan anda datang ke kantorku. Sekarang."

Kekesalan Seungwon segera berubah, khawatir.

"Ada apa dengannya? Kau tidak bilang kalau ia melanggar hukum kan?"

"Aku bisa menjelaskannya tapi tidak di sini. Aku membutuhkan tempat yang lebih privasi."

Ekspresi Seungwon berubah lagi, kali ini sekelebatt rasa takut di bola mata berwarna gelap itu.

"Ikuti aku."

Seungwon bergerak cepat, berjalan ke balik meja resepsionis melalui sepasang pintu kaca yang meluncur terbuka saat ia mendekat. Ia terus berjalan dengan cepat, melewati rimba kubikel tempat para prajurit bekerja, melewati ruang-ruang kantor tempat akuntan menghitung angka dan menuju kantor sudut yang sesuai dengan jabatannya.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now