8

802 115 72
                                    

_____at the other side_____

Haneul berdiri di tepi jurang yang menjorok ke arah laut. Ombak di bawahnya menerjang keras batu karang, mampu melahap apa pun yang jatuh ke bawah sana dalam waktu singkat.

Sejauh mata memandang, yang terlihat hanya pantai di kiri dan kanan. Ia mendongakkan kepalanya, memandang ke langit yang biru tanpa gumpalan awan yang menggantung.

Di belakang Haneul berdiri terdapat dua buah menara menjulang, berdiri berdampingan dengan kokoh, memberi kesan keras dan hebat.

Ia berbalik badan, berjalan menjauhi tebing, menuju ke dua bangunan. Menyusuri jalanan berpasir dan bantu dengan kaki telanjang.

Ia berhenti tepat di antara kedua bangunan, di bawah bayang-bayang salah satu gedung. Ia mendongak.

Pikirannya benar-benar kosong. Kosong dari segala hal, lalu semua pemandangan di sekitarnya perlahan-lahan pecah menjadi serpihan kecil yang kemudian terbang bersama angin. Dan semuanya hampa, kosong dan abu-abu.

Dengan mata musang liarnya, Haneul mempehatikan semuanya menghilang. Ia menoleh ketika mendengar suara tapak kaki yang mendekat, dan melihat Yunho berjalan menuju ke arahnya.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu." Katanya.

Haneul mengalihkan pandangan, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Aku juga tidak tahu."

Ia menjawab Yunho yang belum terucap karena ia tahu apa yang ada di dalam pikiran Yunho. Karena mereka adalah satu.

Yunho menghela nafas, menjajari Haneul dan melakukan hal serupa seperti yang Haneul lakukan, memasukkan dua tangannya ke dalam saku.

"Aku binggung." Kata Yunho lambat.

"Tidak ada yang bisa aku katakan padamu." Jawab Haneul.

Keduanya berdiri dalam diam. Keheningan di antara mereka pecah ketika Haneul menoleh ke arah Yunho dan berkata. 

"Bagaimana rasanya dicintai?"

Yunho berpaling ke arah Haneul, menatap binggung namja yang berwajah sama dengannya. Wajah namja itu datar, seperti permukaan air yang tenang tapi di dasarnya menyimpan gunung berapi yang dapat memuntahkan lahar panas dan mengguncang yang berada di dekatnya setiap saat.

Merasa ia tak akan mendapat jawaban yang diinginkannya Haneul berpaling, melangkah maju.

"Kau tidak perlu membaca pikiranku. Karena kita adalah satu." Katanya.

"Hanya saja kita tetap dua pribadi yang berbeda." Lanjutnya dengan suara lebih pelan.

Yunho mengikuti langkah Haneul, dua langkah di belakangnya. Perlahan ruangan abu-abu mereka pudar, di bawah kaki mereka terdapat jalan setapak apik dari tatanan batu-batu putih kecil. Jalan setapak itu menuju ke satu rumah. Bentuk rumah itu menyerupai--bahkan persis sama dengan rumah yang mereka tempati bersama Jaejoong.

Mereka mendekati rumahnya. Baru dua hari Yunho meninggalkan rumah itu tapi rasanya sudah bertahun-tahun lamanya. Ia terlalu merindukan rumah itu dan juga penghuninya.

Tidak ada yang lebih tercengang dengan kedatangan seseorang dari dalam rumah dibandingkan Yunho sendiri. Seseorang yang membuatnya rindu pada rumah itu. Seseorang yang membuatnya ingin segera kembali. Seseorang yang selalu pulang ke rumah dengan senyuman di wajah lelah. Seseorang yang bisa bercerita dengan semangat mengebu-ngebu tentang adegan penangkapan yang menegangkan. Seseorang yang mengisi relung hatinya. Seorang Kim Jaejoong.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now