5

923 154 93
                                    

"Kau mengambil keputusan yang sangat beresiko, Lee Eunhyung." Kata Haneul lambat, tenang namun menyimpan mata pisau yang siap menghujam.

Eunhyung menuang tehnya ke dalam gelasnya yang telah kosong. 

"Percayalah aku tidak bermaksud untuk mengambil pertaruhan yang akan merugikan salah satu pihak. Kau bergabung, kau bisa melindungi Jaejoong dan mendapatkan hidupmu kembali. Itu keuntungan berlipat untukmu." Katanya

Ia menyesap tehnya, menaruhnya dengan hati-hati menatap mata maut Haneul.

"Kenapa kau tidak coba untuk bertanya pada Yunho? Aku rasa dia sudah punya jawaban."

Tangan Haneul mencengkram kuat-kuat gelas di tangannya, kemarahan jelas terlihat di wajahnya. Urat di pelipisnya seolah siap pecah.

Hyunwoo menaruh tangannya di pistol yang berada di pinggang, bersiaga jika Haneul menyerang. Matanya awas mengamati Haneul.

PYAR

Gelas di tangan Haneul hancur, sisa wiski mengalir di tangannya bercampur darah dari luka akibat pecahan kaca yang menancap. Secara spontan keempat anggota muda yang sudah menyetujui perjanjian dengan Eunhyung berdiri, Hyunwoo dan Jooheon  menodongkan senjata mereka pada Haneul.

"Haneul tidak akan menerima perintah dari siapa pun."

Seringaiannya makin lebar.

"Hanya untuk kali ini aku berkompromi. Tapi kau harus hati-hati, suatu saat aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri."

Ia membuka kepalan tangannya, menunjukkan darah yang mengalir di tangannya pada Eunhyung.

"Lain kali akan kupastikan darahmu mengalir di tanganku ini."

Suara Haneul mirip desisan dari iblis paling jahat dari neraka. Sampai Changkyun merasakan sebuah kengerian yang tidak dapat ia ungkapkan dengan kata-kata, tubuhnya merespon dengan getaran dan dingin sampai ke tulang sunsum. Eunhyung memberi tanda pada tim pilihannya untuk menurunkan senjata.

Eunhyung mengangguk. "Itu artinya kita sudah sepakat. Kita akan bicara lagi nanti setelah Yunho kembali."

Ia beranjak dari kursi, menuju tangga ke lantai dua, masuk ke dalam salah satu kamar.

"Brengsek!" Umpat Haneul.

Hyunwoo dan Jooheon bertukar pandang, saling memberi isyarat untuk menurunkan senjata. Changkyun pergi ke kamar atas dan kembali membawa sebuah kotak berwana putih dengan tanda palang merah di atasnya. Kakinya melambat ketika mendekati Haneul.

"H-hyung..."

Haneul menoleh.

"T-tanganmu a-aku..."

Kepala Haneul miring, menyeringai melihat ketakutan di mata Changkyun.

"Ah,,,kau tidak perlu takut padaku karena aku sedikit tertarik padamu. Kemari." Perintahnya.

"Changkyun!" Bentak Hyunwoo.

Changkyun membeku, tak pernah ia mendengar Hyunwoo semarah itu.

"Ck!" Haneul berdecak sebal, mengalihkan pandangannya dari Chankyun ke arah Hyunwoo. "Kau ini berisik sekali. Kau babysitternya eoh?"

"Aku kakaknya." Jawab Hyunwoo. "Dan aku tidak akan membiarkan adikku berdekatan dengan orang sepertimu."

"Aahh." Haneul mengangguk-angguk. "Kakak ipar eoh? Hahahaha."

Tangan Hyunwoo terkepal, ia ingin sekali meninju wajah Haneul dan membungkam mulut besarnya. Tapi Hyungwon yang duduk di sebelahnya, mencekal tangannya.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now