9

708 109 85
                                    

________________

Annyeooongg~~~

How r you gays...
Akhrinya ane bisa update lg...
Tp yg ane update ff ini lgi..

Hehehe...

Mian....

Tpi emg feel lg jatuh k ff ini.
Ane ska genrenya
Wkwkwkwk

G jelas bgt ya ska ma genre buatan sndiri
Gpp lah dr pd gak ada yg muji,
Minimal hrus memuji diri sndiri

#slap
#digampar babang haneul pke clurit

Oke ane sdah sdar bang. Thanks.
Lain kali pke yg enk aj bang nampolnya

#babang haneul siap bawa gergaji

Ok g jd bang.

#gila

Oke gak bakal nahan klian lama2 di sesi cuap2 ane.

Enjoy the story
N please voment if you like it...

Happy reading

See you in next part

😙😙😙

______________________

●●●


Namja berbadan besar yang telah siap melakukan misinya menjelang tengah malam itu bergegas keluar dari studio tempatnya tinggal, berbekal senjata dengan amunisi penuh. Ketika ia menjejakkan kakinya di luar dua orang berjas menghampirinya. Ia mengangguk kecil, lalu mengikuti keduanya menuju sebuah mobil van hitam.

Ia tahu betul aturan mainnya. Dia akan dibawa menghadap ke atasan mereka, menerima perintah dan bergerak, tanpa pertanyaan atau alasaan ia harus bergerak setelah mendapatkan perintah. Ia duduk di bangku bagian belakang, mengeratkan kedua tangannya seolah sedang berdoa memohon pengampunan, mengabaikan nyeri yang masih  dapat ia rasakan di kakinya. Ia pikir kakinya terkilir tapi hal remeh itu tidak ia hiraukan.

Mobil van yang mereka tumpangi berhenti area parkir sebuah bar. Ia kemudian turun, mengikuti dua orang yang membawanya. Di pintu depan bar, ia merentangkan tangannya ketika dua orang berbadan besar memakai kaos ketat hitam bertuliskan "security" mendekatinya. Mata mereka bertemu ketika si security menyentuh senjata api namja itu. Tapi kemudian teman si security mendekat, membisiki sesuatu di telinga rekannya yang kemudian mengangguk dan bergerak mundur, mempersilakan ke tiga orang itu untuk masuk.

Mereka berjalan melewati kumpulan orang mabuk, yang bergerak meliuk-liuk di lantai dansa. Tak sulit baginya dan dua orang yang membawanya melewati, sedikit menyingkirkan kumpulan orang setengah mabuk dari jalan mereka. Mungkin mereka marah kesenangannya diusik tapi mereka akan berpikir ulang sesaat setelah melihat postur tubuh lawannya.

Ia di antar sampai ke depan salah satu ruangan VIP, ruangan yang berada di lantai dua. Sebuah ruangan dengan pintu berupa untaian bebatuan kecil warna warni yang terpasang di tali bening sepanjang satu setengah meter seperti tirai, sehingga siapa pun yang ingin masuk harus menyibakkan tirai batuan kecil untuk masuk.

A MAN BEHIND THE MIRROR Where stories live. Discover now