Chapter 36

8.2K 739 109
                                    

*Bakal dipenuhin sama POV-nya Harry dan Alice disini. Rada terinspirasi juga sama After cara penulisannya, tapi (mungkin) beda feel karna gue ga sejago si Anna. Well, it’s a long chap and I dedicated it to PuputWn! Enjoy!  :)

***

 

-Harry’s POV-

Sudah lima hari Alice pergi dari rumah ini. Mungkin ia memang sudah membulatkan tekadnya untuk memilih Louis. Well, aku sendiri tidak tahu. Kenaifanku yang membuatku bertahan dan yakin bahwa bagaimana pun juga Alice akan kembali. Ia pasti kembali.

 

Hari pertama, aku menghabiskan waktuku dengan berdiri seharian di depan jendela dan menunggu Alice untuk pulang. Tidak sedetik pun aku meninggalkan tempat dan berhenti memikirkannya. Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia sedang bersama Louis? Apakah pria itu memperlakukannya dengan baik atau justru sedang menyakitinya? Tapi kurasa itu tidak mungkin. Jikalau sesuatu yang buruk sedang terjadi pada Alice, aku pasti dapat mengetahuinya mengingat ikatan batin yang kumiliki dengannya sangat kuat. Akan tetapi itu tidak membuatku merasa lega sedikit pun. Aku ingin tahu apa saja yang ia lakukan dengan si bedebah itu. Namun, pikiran-pikiran itu justru malah semakin menggangguku.

 

Dan nyatanya menunggu seharian di dekat jendela sembari memandangi alam luar tidak membuatnya kembali. Tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia memijakkan kakinya di puncak Buchaille. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia membutuhkanku. Ia tidak kembali.

 

Hari kedua, aku kembali memandang ke luar jendela, berharap bahwa Alice telah mempergunakan waktunya untuk memikirkan perkataanku dan menyadari kesalahannya. Akan tetapi tetap saja ia tidak pulang ke rumah ini. Mungkin yang terjadi justru kebalikannya. Mungkin Alice menghabiskan waktunya hanya untuk bersama Louis dan melakukan hal-hal yang biasa ia lakukan denganku.

 

Persetan. Aku bahkan tidak mau dan tidak mampu membayangkannya. Sebutlah aku pengecut, tapi aku tidak mau merasakan sakit itu lagi. Aku terlalu takut.

 

Zayn dan Skylar datang berkunjung. Mereka telah berusaha untuk mencari tahu mengenai Alice yang kini tinggal di daerah kekuasaan vampire hunter. Tempat itu begitu suci dan sulit untuk dijamah oleh makhluk keturunan iblis seperti kami. Namun, mereka berdua tidak mendapatkan info apapun. Carmen, Liam, dan Niall yang sudah kuperintahkan untuk mencari Noah juga belum kunjung memberikan kabar.

 

Hari ketiga, aku merasakan kerongkonganku yang mulai terbakar. Aku merindukan Alice. Aku membutuhkan dirinya. Aku kehausan dan menderita. Hanya darahnya yang kuinginkan. Kerinduanku terhadapnya sudah tidak dapat dibendung lagi. Sakit.

 

Lagi-lagi rasa sakit itu kembali datang dan membuat dadaku sesak. Aku berbaring di atas tempat tidur dan kembali memegangi dada kiriku sembari mengernyit. Tanganku yang lain berusaha menjamah tepi kasurku yang kosong, mencari sosok Alice yang tidak akan pernah kembali.

 

Brengsek.

 

Apakah ia tidak pernah memikirkanku sedikit pun? Apakah ia benar-benar sudah tidak peduli lagi terhadapku?

 

Aku menggeram, meraung, dan meringis. Aku tidak tahan lagi. Aku bahkan nyaris melakukan hal bodoh seperti yang pernah ia lakukan. Aku hendak menggigit pergelangan tanganku sendiri. Tapi aku tahu itu percuma. Yang kuinginkan hanya darahnya. Darah manusia yang selama ini kuminum hanya sebuah pengalihan agar aku tidak mudah kehausan dan terpaku pada darahnya.

The Night Class - (Harry Styles / Louis Tomlinson Fanfiction)Where stories live. Discover now