AZ 55

5.7K 422 54
                                    

"stop, Dian! Mas Ilyas tidak seperti dengan apa yang kamu bilang. lagian siapa Zuhra, hanya seorang masa lalu tidak pantas untuk bersaing dengan saya yang berstatus seorang istri sah!" Chika menekan kata Sah membuat Dian tersenyum remeh.

"seorang istri sah juga bisa kalah dengan cinta pertama,dan sayangnya kamu bukan cinta pertamanya Gus."ucap Dian membuat Chika menatapnya tajam.

Dian menyandarkan punggungnya di kursi."kamu pernah dengar kalimat jika pria hanya jatuh cinta sekali dalam seumur hidup,selebihnya mereka hanya melanjutkan hidupnya. seperti itulah Gus Ilyas sekarang, cintanya sudah habis di Mba Zuhra dan kamu hanya dianggap partner untuk melanjutkan hidup tanpa adanya cinta."

Chika terkekeh kecil,"namun sayangnya saya tidak setuju dengan kalimat itu. tidak ada namanya jatuh cinta hanya sekali,setiap orang berhak jatuh cinta semaunya dan akan tumbuh dengan cara berbeda-beda dan ditempat yang berbeda-beda pula,"

"mungkin kalimat mu salah, cinta Mas Ilyas bukan habis di Zuhra melainkan Zuhra yang menjadi cinta pertama Mas Ilyas. dan saya tidak keberatan dengan hal itu, karena mungkin saya menjadi cinta kedua, ketiga bahkan bisa jadi cinta kesekian kalinya. atau mungkin saya yang menjadi cinta pertamanya sebelum Zuhar hadir dihidup Mas Ilyas? tidak ada yang tau,"

"Mas Ilyas juga bukan cinta pertama saya, bahkan dulu saya tidak memiliki perasaan apapun kepadanya. tapi lihat sekarang, bagaimana Allah membalikan perasaan hambanya hingga dibuat saya menjadi cinta kepadanya. sejatinya kita tidak bisa memaksakan perasaan,bahkan Allah tidak melarang hambanya untuk menyimpan rasa kepada hambanya yang lain karena itu sudah menjadi kuadrat."tegas Chika tak lagi menggunakan kosa kata Aku, jika sudah mode begini ia sudah siap melawan sang musuh.

"saya sudah lama mengabdikan diri disini Ning, dan tidak mungkin saya tidak mengetahui hal-hal yang terjadi disini. termasuk tentang Gus Ilyas dan Mba Zuhra. saya menjadi saksi bagaimana Gus Ilyas mencintai Mba zuhra, dan saya melihat cinta yang diberikan Gus Ilyas kepadamu sangat berbeda."

"kenapa harus sama? saya sudah bilang tadi, cinta yang diberikan tidak harus sama. setiap perempuan memiliki cara yang berbeda-beda untuk dicintai. Dian, kamu datang hanya untuk membuat saya cemburu. tapi sayang saya bukan tipekal orang yang mudah percaya omongan orang lain, terlebih ini menyangkut Suami saya. orang yang saya percayai, kecuali ia sendiri yang mengakui hal tersebut."

"saya juga tidak butuh diceritakan tentang masa lalu mas Ilyas dan perempuan itu. karena, saya tidak ingin kisah saya ternodai hanya karena mengungkit masa lalu. saya memang tak tau tentang perempuan itu, yang saya tau pemenang dari semua ini adalah saya. saya yang berhasil bersanding dengannya menjadi istri dan ibu dari anak-anak mereka."

Dian tak mampu membalas perkataan Chika, keheningan melanda keduanya. Dian membalas tatapan sayu yang diberikan Chika.

suara pintu terdengar menampilkan sosok Ummi dan Fatimah dengan wajah yang pucat,Ummi mengambil alih posisi Dian. Dian yang sadar akak hal itu mundur beberapa langkah menundukkan pandangannya.

"Ya Allah, nduk. sakit opo toh?" tanya Ummi sedikit panik tangannya terulur mengusap lengan tangan menantunya.

"ndapapa Miik, cuman sakit kepala aja." ucap Chika tersenyum hangat, berusaha terlihat baik-baik saja agar tidak membuat mertuanya khawatir.

wanita paruh baya itu bernapas lega, tadi saat Fatimah datang memangilnya. ia sedang melaksanakan sholat dhuha. setelah selesai buru-buru ia menyusul menantu pertamanya.

Fatimah mengedarkan pandangan,mencari Masnya yang tadi masi berada disini sebelum ia pergi memanggil Ummi, "Mas Ilyas kemana,mba?" tanyanya

"afwan,Ning. Gus lagi ke koperasi pondok beli obat. tadi saya disuruh kesini nemanin Ning Chika,"jawab Dian memberitahu,tadi saat menuju kekelasnya ia tak sengaja berjumpa dengan Ilyas yang terlihat ngos-ngosan.

ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang