AZ 41

8.3K 607 58
                                    


"saya tidak ingin kamu menjadi seperti bintang dan bulan,yang keindahannya dapat dinikmati oleh banyak pasang mata. saya ingin kamu seperti matahari yang bisa membuat orang tunduk karena cahayanya."

.
.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading Kanjeng kuu🌸





Jarum jam telah menunjukkan pukul 22:00 terlihat seorang gadis baru saja pulang sehabis jalan-jalan bersama seorang pria seusianya.

yah,mereka adalah Chika Dan Aril saudara sepersusuan yang sangat jauh dari kata akur.

"Terimakasih Monyet,kaulah babu terbaik aku." ucap Chika saat turun dari motor dengan helm kebesaran yang masi melekat dikepalanya.

"Sama-sama Upik bau,total untuk malam ini seratus lima puluh ribu yah," Aril mengeluarkan nota dari saku jaketnya.

senyum diwajahnya Chika memudar,dengan rasa tak ikhlas ia mengambil kasar nota saat makan dicafe tadi.

Chika membulatkan matanya tak percaya melihat harga Ramyeon yang ia makan tadi."oh Asu,ketimbang makan mie kek gitu doang harganya 70.000?!jangan lagi-lagi deh lu ngajak gue makan ditempat kek gitu. bisa kritis dompet gue."keluhnya mengembalikan nota tadi.

"Lah nyalahin gue? Lu yang ngajak ye,sat."

"Ya,karena lu bilang restoran tadi murah.murah pala mu penyot." balas Chika tak mau kalah.

"Lah emang itu doang yang murah, dari banyaknya restoran yang lu pilih.salah lu,pilih restoran yang mahal tapi duit pas-pasan." Aril mengingat beberapa restoran mahal yang dipilih gadis itu tadi.

"Ngepet sono,biar kaya." lanjutnya jutek.

Chika menghela napas."kaya kagak,digebukin warga iya."ucapnya malas.

"kayalah,kaya monyet maksudnya."ledek Aril diringi dengan kekehan.

"Kau memang setan,memang babi lah kau nih."geram Chika ingin memukul lengan tangan Aril tetapi dihentikan oleh suara klakson mobil yang membuat gadis itu terkejut.

"Monyong, Aril bibirnya monyong." reflek Chika dengan wajah kagetnya.

Mobil toyota putih pemberian Ayah Chika terparkir sempurna didepan mereka berdua.pintu terbuka menampilkan dua orang pria yang kini menatap kedua manusia yang tengah bertengkar itu.

"enak aja lu,bibir gue sexy gini." Aril menyentuh bibirnya yang terlihat pink alami."ini juga yang bawa mobil,mentang-mentang rumahnya seenak jidat main klakson orang."lanjut pria itu dengan kesal.

"Assalamu'alaikum," ucap Ilyas dan Bilal bersamaan.

"Waalaikumsalam," balas Chika dan Aril dengan Chika bersekap dada dan memasang wajah malasnya.

"ini yang katanya lebih duluan sampai,prett!bullshit buangett." Sindir Chika masi mengingat kejadian dirumah sakit tadi.

"air liur lu muncrat,Asu.pipi gue ternajisi,bisa tumbuh jerawat nih, " Aril mengusap pipinya kasar menghilang jejak cairan benih yang keluar saat Chika bicara tadi.

"Emang lu sama Mas Ilyas sama aja,sama-sama melebih-lebihkan." tekan gadis cantik yang terlihat badmood ini.

"saya tadi sudah pulang,tapi Bilal telpon minta dijemput.mobilnya mogok," jelas Ilyas membuka suara takut hal ini akan menjadi besar jika tidak diluruskan.

"emang kamu gak kasian liat saya jalan kaki?nanti digoda sama orang gimana?secara saya tampan rupawan." celetuk Bilal kepedean.

Chika yang mendengar hal itu membuat suara seolah-olah ia ingin muntah."mana peduli gue sama lu,mau lu digodain mba kun,digodain tante-tante lampu merah gue tetap ga peduli."ucapnya.

ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang