Az 42

8.6K 602 39
                                    

Terhitung,sudah 3 hari Chika menempuh pendidikannya di pondok pesantren yang di kelola oleh Mertua laki-lakinya.yang sebentar lagi akan diambil alih oleh Sang Suami.

"Hari ini hari goreng pisang,harus bayar lima ribu seorang,jangan ada yang mau utang,beri saja duitmu pada kami." Nyanyi Hilya membawa pisang goreng memasuk kedalam kelasnya.

"Kamu jualan pisang apa jualan buku?" Tanya salah satu temannya yang bernama Mila.

"Bahkan harga buku lebih murah ketimbang pisang gorengnya Hilya." celetuk Nina yang berada dipojokan sedang mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

"ohiya,kebetulan aku kebelet pengen umroh buat gugurin dosa-dosa.jadi jangan heran kalo mahal." Balas Hilya memutar kedua bola matanya malas.

"lagian buat beli pisang goreng ku,kek rukun Islam ke 5."lanjutnya membuat mila menyeritkan dahinya.

Mila berusaha mengingat Rukun terakhir itu." Hafzah aja yang mampu ga minat beli tuh."ucapnya ketika mengingat Rukun Islam terakhir.

Yah,selain terkenal dengan kepintarannya Hafzah juga dari kalangan keluarga yang berkecukupan.tak heran jika gadis cantik itu memiliki banyak teman.iye soalnya Hafzah ga pernah kehabisan stok Snack

"Dih,siapa bilang?! Hafzah mau beli kok,kan Zah?" Hilya menaik turunkan kedua alisnya menatap Hafzah yang kebetulan duduk di bangku paling depan.

Belum sempat Hafzah menjawab,suara cempreng yang menggema didalam kelas itu mengalihkan perhatian beberapa temannya yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.

"Widih ada pisang nih,minta satu ya." Ucap Chika mengambil satu pisang goreng dengan toping keju susu tanpa mau  mendengarkan ucapan Hilya yang tersendak-sendak bingung mau mau bilang apa.

"Astaghfirullah,Chika!itu buat Ustadz tauu," Kesal Hilya melihat Chika yang sudah memakan Pisang goreng titipan Ustadzah Haura tadi kepadanya.

Chika tak menggubris ucapan temannya ini,gadis itu terlihat menikmati hasil rampasanya tadi. toh dia sudah minta tadi,ambil satu ga buat rugikan?pikir Chika.

"Yaelah,ambil satu doang ga ngaruh wirr,"Chika dengan mulut yang penuh.

"Apa yang ga ngaruh?"Ucap Ilyas yang baru saja masuk kedalam kelas.yap,jam pelajaran kembali dimulai setelah beristirahat tadi dan pelajaran kali ini akan diajarkan langsung oleh Gus mereka.

Chika keselek makanannya sendiri akibat kaget dengan suara bariton yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.melihat Istrinya yang kesusahan,Ilyas dengan baik hati memberikan botol minum milik Chika yang ketinggalan diruang tamu tadi.

"Alhamdulillah,gila brow sakitnya tuh disini." Ucap Chika memegang dadah yang terasa perih.

"Makanya jangan suka makan hak orang,dapat karmakan."ledek Hilya.

"Kalo lagi makan,alangkah baiknya jika duduk terlebih dahulu." Ilyas mengambil alih botol minum ditangan Chika.

"Saya kesini cuman mau ngasih tugas,sebentar lagi Ustadz dan Ustazah akan rapat.jadi saya mohon kerja tugasnya dan jangan ribut apa lagi keluyuran tidak jelas." Lanjut Ilyas membuka buku paket dan menyebutkan halaman berapa saja tugas yang akan dikerjakan oleh santri-santrinya.

"saya rasa sudah jelas,saya permisi dulu.Assalamu'alaikum,"Ilyas berlalu pergi meninggalkan kelas itu setelah menjelaskan tugas-tugas yang diberi.

"Jadi Ustadz gitu ya,disekolah Datang-datang langsung ngasih tugas. diluar sekolah datang kerumah eh malah bablas sampai ijab qobul."ucap Chika membuat teman kelasnya terkekeh.

...

setelah melakukan sholat Ashar berjamaah tadi, Chika memutuskan untuk kembali kendalem seorang diri sebab kedua curutnya memilih tinggal disekolah menunggu kegiatan  kesantrian seperti biasanya.

"Mas Ilyas kemana yah? kalo ada dia kan,bisa nebeng." monolog Chika menggendong tasnya.

tak lama terdengar suara klakson motor dari arah belakang,Chika menoleh mendapati Ilyas yang membawa motor hitam kesayangannya.

"Ayo,pulang." ajak Ilyas yang tanpa basa-basi lagi Chika menaiki motor yang terlihat tinggi itu.

"Sudah,ayo jalan."Ucap Chika memeluk erat punggung Ilyas.

Dengan kecepatan sedang Ilyas melajukan motornya." Bunda sama Ayah mau datang."beritahu Ilyas membuat Chika melongo kaget.

"Kapan?kok baru bilang sekarang,sih!"Ucap Chika dengan suara yang cukup tinggi.

"Bunda baru telpon tadi,mungkin habis magrib mereka sampai." Ilyas membelokkan stir motornya masuk kedalam kawasan Ndalem.

"habis magrib Ndasmu!" pekik Chika kala melihat Mobil orang tuanya sudah terparkir rapi didepan rumah.

"Mas nanti kalo Bunda nanya-nanya jawabannya jangan jujur-jujur amat nggeh. bohong dikit gapapa," lanjutnya mengedipkan sebelah matanya sebelum lari meninggal Ilyas sendiri.

Ilyas hanya bisa menghela napasnya panjang,tak lupa memarkirkan motornya dengan benar.

"Assalamu'alaikum,Bu bun Nda Nda Bundaaa.. " pekik Chika mencari keberadaan perempuan yang sangat ia rindukan.

"Waalaikumsalam," jawab Diah yang sedang duduk berdua bersama Suaminya disofa depan TV.

Chika mendudukkan dirinya disamping Bundanya memeluk erat wanita itu. "rindu bundaa,Chika rindu bunda." lirih Chika.

"Bunda juga rindu,Chika." ucap Diah mencium pucuk kepala Anak gadisnya lalu beralih menatap ponselnya yang sedang melakukan panggilan video Call bersama Azka yang berada dirumah Kosnya diSleman.

"Assalamu'alaikum,Bunda."salam Azka saat mengangkat telpon ibundanya.

"Waalaikumsalam,anaknya bunda. udah makan,ganteng?" Diah dengan senyuman diwajahnya.

"Belum,Azka kangen masakan bunda," Azka dengan suara yang dibuat lembut.

"Iya,nanti Bunda masakin yang banyak,"Balas Diah.

"Ohiya,kamu mau jadinya mau ambil apa? Ahli penyakit dalam atau Spesialis jantung?" Celetuk Imam bertanya-tanya.

"Apa aja,yang penting bunda sama ayah dukung Azka."

Diah dan Imam saling melempar tatapan dengan senyuman diwajahnya. "InsyaAllah Bunda dan Ayah akan selalu dukung Azka." suport Diah meyakinkan anak sulungnya.

Chika mendongak mendengar percakapan kedua Orang tua serta Kakaknya yang sebentar lagi akan Lulus dan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

"Bunda sama Ayah kesini mau jenguk Chika apa mau pamer kemesraan sama anak kesayangan?" tanya Chika dengan nada yang pelan.

"Kamu kok ngomong gitu?kamu ga kasian liat kakak kamu sendirian disana?" Ucap Imam menatap gadis yang sudah ia anggap seperti anak sendiri. malika dong Chika

Chika perlahan melepaskan pelukannya,wajahnya yang cerah berubah menjadi sendu.gadis itu sendiri melirik meliat interaksi Anak dan orang tuanya itu tanpa menganggap kehadirannya.

Chika menghela napasnya panjang."Chika juga sendiri disini, ga ada Ayah,Bunda sama Azka. tapi kalian jarang tuh nelpon,kalo bukan Chika duluan yang kasi kabar mungkin kalian bakal lupa anak mu yang satu ini."ucapnya mengeluarkan semua isi hatinya membuat Diah dan Imam menghentikan tawanya.

"Jadi Azka enak,semua kemauannya diturutin semua keinginannya dikabulkan.jadi ga heran kalo Azka lebih baik, lebih pintar dari pada Aku karena kalian lebih dukung Azka ketimbang aku," lanjut Chika menatap kedua orang tuanya yang juga menatapnya.

"Siapa bilang?Bunda sama ayah juga duk-"

"Dukung apanya?dari sisi mana Bunda dan Ayah dukung Chika?! apa yang Chika mau selalu salah dimata kalian,apa yang Chika inginkan selalu ditolak dengan alasan inilah itulah,"potong Chika dengan nada yang sedikit tak santai.







Mencium aroma-aroma bawang

See u part selanjutnya😘😘




ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang