AZ 31

9.7K 618 103
                                    

setelah memaksa pria itu untuk membelikannya Nasi kuning sesuai dengan keinginan wanita yang satu ini, kini mereka berdua tengah berjalan kembali ke Ndalem dengan Chika yang berada didepan dan Bilal berada dibelakang gadis itu sembari meratapi nasib skripsinya.

Chika,gadis dengan langkah kecilnya itu terlihat bahagia membawa dua kantongan yang berisikan berbagai macam kue dan dua porsi Nasi Kuning.terlihat maruk bukan?

"senangnya dalam hati, oy"

"pagi-pagi dapat rezki, oy."

"oh senangnya dalam jiwa,rasanya pen-" nyanyi Chika terpotong.

"berisik."Bilal terganggu dengan suara merdu kakak iparnya itu.

Chika menghela napas."bersama dengan manusia ini bawaannya pengen emosi, tapi harus tetap sabar jaga image biar ga dijadiin bahan gosip."gumamnya.

"inilah gambar orang yang memiliki sifat syirik,iri dan dengki."Chika tersenyum lebar menunjuk kearah wajah Bilal.

"untuk apa iri sama kamu? hanya orang-orang yang tidak memiliki kepribadian baik yang memiliki sifat seperti itu."Bilal melewati Chika yang masi berdiam diri ditempatnya.

"nah cocok,itu lu banget tidak memiliki kepribadian yang baik."Chika melanjutkan langkahnya.

"tidak butuh penilaian dari kedua matamu, tidak baik dimata manusia belum tentu tidak baik dimata Allah."Bilal Acuh tak Acuh.

"syaland,kena deh gue."lirih Chika.

"sebelum nilai orang lain,minimal nilai diri sendiri sudah baik atau malah sebaliknya."Bilal kembali bersuara sedikit menyinggung.

merasa tak terima dengan ucapan yang baru saja Bilal lontarkan,Chika berlari dan berhenti tepat didepan Bilal membuat pria itu seketika berhenti.Chika menggunakan kesempatan ini untuk menginjak kaki kiri Bilal dengan sekuat tenaga,namun sayang tak terasa sakit sama sekali.

"Mampus,wlee." ucap Chika setelah puas melakukan aksinya dan kembali berlari hingga tiba di pekarangan Ndalem perempuan itu tersenyum kala melihat mobil Suaminya sudah terparkir disana.

Chika kembali mempercepat langkahnya meninggal Bilal yang berada jauh dibelakangnya.Chika telah sampai diambang pintu sebelum masuk ia mengucapkan salam terlebih dahulu.

Chika mendudukkan dirinya dikursi yang berada diruang tamu tak lupa meletakkan jajanan yang tadi dimeja yang berada dihadapannya,ia mengkipas dirinya menggunakan tangan walaupun rasa anginnya sedikit, setidaknya masi bisa menyejukkan.

"cape juga inces lari-lari." lirihnya dengan napas yang tersengal-sengal.

"habis dari mana?"tanya Ilyas yang baru keluar dari kamarnya yang memang terletak di dekat ruang tamu.

"nahkan doyan amat buat kaget,minimal aba-aba dulu atau apa kek."kesal Chika orang-orang disini sangat hobi membuatnya jantungan.

Ilyas mendekati Chika mengusap pelan pucuk kepala Chika."maaf,kamu habis dari mana?" tanyanya lagi mendudukkan diri disebelah Chika.

Chika tersenyum."habis jalan-jalan bareng Bilal,"beritahu nya.

Ilyas mengangguk."terus Bilalnya mana?"

Chika yang baru saja ingin mengambil kue terhenti dan menatap lurus kearah depan menampilkan sosok yang Ilyas cari.

"Itu,"Chika menunjuk Bilal yang baru saja tiba.

"Assalamu'alaikum."Bilal dengan menampakkan senyumannya.

"Waalaikumsalam."jawab Ilyas dan Chika kompak.

Ilyas tersenyum melihat adiknya."matursuwun sangat nggeh,sudah ngajakin mbak mu keliling pondok. Mas belum ada waktu soalnya."

Bilal tersenyum tipis."nggeh,Mas"balasnya ramah.

ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING|| Where stories live. Discover now