50. Pemburu

338 100 9
                                    

Nero memeluk Muti untuk terakhir kalinya sebelum melepaskan gadis itu, dan menghapus air matanya. Sejak tahu jika dirinya akan pindah ke New York, Muti tidak mau jauh-jauh darinya. Itu hampir seperti saat Damar pergi. Melihat Muti seperti itu lagi, rasanya seperti mereka kembali ke masa tujuh tahun lalu.

Saat itu, Muti menolak untuk keluar dari kamarnya. Bahkan meskipun Nero membujuknya dengan berbagai cara, Muti sama sekali tidak mau keluar dari kamar dan mengantar Damar pergi. Sekarang, Muti mau mengantarnya adalah satu hal yang luar biasa.

Namun, Nero juga menyadari bahwa kondisi mereka berbeda. Sekarang ini, walaupun Muti merasa takut kehilangannya, Muti masih memiliki Damar di sisinya. Damar adalah pria pertama dalam hidup Muti, dan seandainya seluruh dunia meninggalkannya pun, ia akan baik-baik saja karena memiliki Damar di sisinya.

Nero bisa merasakan ketakutan Muti ketika dirinya pergi. Gadis itu memiliki semacam trauma mengenai orang-orang yang tiba-tiba pergi dari sisinya. Kepergian Damar benar-benar telah menimbulkan ketakutan mendalam di diri Muti dan membuat gadis itu berpikir bahwa semua orang yang ia sayangi akan selalu pergi darinya.

Ia bukannya pergi. Nero hanya memilih untuk menjalani hidupnya sendiri mulai saat ini. Muti sudah memiliki seseorang yang akan selalu menjaga dan mencintainya. Nero tidak lagi harus berada di sisi gadis itu setiap waktu. Terlebih, ia mendengar rencana Damar untuk menikahi Muti.

Ketika mendengar kabar itu, Nero menunggu sentakan rasa sakit yang akrab di dadanya. Ia menunggu hatinya yang telah hancur itu semakin berantakan hingga hanya tersisa serakan kecil di dalam sana.

Namun, perasaan itu tidak muncul. Tidak ada sakit hati, tidak ada rasa iri atau cemburu, hanya kebahagiaan murni yang tidak pernah Nero rasakan sebelumnya jika itu menyangkut Muti.

Apa yang ia rasakan ketika itu hanyalah kelegaan aneh, tetapi bukan hal yang mengganggunya. Seakan hatinya berkata 'akhirnya' dengan lantang sambil mengepalkan jari ke udara.

Itu sama sekali tidak pernah Nero bayangkan akan terjadi sebelumnya. Ia pikir, ketika satu saat dirinya mendengar tentang rencana pernikahan itu, jantungnya akan diremas dengan kuat hingga ia tidak akan sanggup untuk hidup lagi. Nyatanya, tidak seburuk itu.

Nero mengamati Viola yang tengah berdebat dengan Damar seperti biasa setiap kali mereka berdua bersama, dan bibirnya membentuk sebuah senyuman. Mungkin, hanya mungkin, wanita itulah yang membuatnya tidak merasakan sakit itu lagi. Viola benar-benar telah memberikan perubahan besar dalam hidupnya. Perubahan yang tidak pernah Nero bayangkan akan terjadi.

Nero pikir, setelah akhirnya Muti menjalin hubungan resmi dengan Damar, ia akan menjalani hidupnya tanpa semangat, dan merasa getir sepanjang sisa hidupnya. Namun nyatanya, Tuhan begitu baik dengan mengirimkan Viola padanya meskipun mereka hanya teman. Bukan. Dirinyalah yang mendatangi wanita itu ke New York.

"Aku harap, setelah ini kalian menjalani hidup kalian dengan dewasa," kata Viola sambil bangkit dari duduknya dan memakai kacamata hitamnya.

Viola sangat cantik dengan rambut pendeknya yang tersisir rapi dan pakaian kasualnya. Celana panjang serta kaus sederhana. Begitu cantik meskipun tidak ada riasan tebal di wajahnya.

Dulu, Nero langsung tertarik pada rambut pendek Muti ketika melihat gadis itu untuk pertama kalinya. Tampaknya, ia memiliki obsesi sendiri dengan gadis-gadis berambut pendek. Apa karena sekarang Muti berambut panjang hingga akhirnya perasaannya memilih pergi?

"Kami nggak akan sering-sering bertengkar lagi. Janji. Sumpah Pramuka!" ucap Damar sambil mengangkat jarinya membentuk V, yang disambut dengan putaran bola mata Viola.

"Apa kalian tahu jika aku lebih menyukai kalian saat masih SMA? Sekarang ini, hidup kalian benar-benar terlalu banyak drama. Apa itu tidak melelahkan?"

Lagi-lagi Nero tersenyum mendengar apa yang dikatakan Viola. Wanita dengan sepasang mata besar dan lidah tanpa filter itu benar-benar selalu mengatakan apapun yang ingin dikatakannya.

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now