23. Kepingan Hati

621 136 11
                                    

Ada yang berubah dalam dirinya, tetapi Nero terlalu takut untuk menyimpulkan atau memikirkannya lebih dalam lagi. Ini terlalu cepat dan sesungguhnya, Nero tidak ingin hal itu terjadi. Salah, ia tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi.

Tadi, saat Viola menutup mulutnya dan mata mereka berpandangan selama beberapa detik yang bagi Nero sangat panjang, keping-keping hatinya yang selama ini hancur berserakan, seakan beterbangan dalam dirinya dan mencoba untuk menyatukan diri.

Beruntung hujan turun hingga momen itu harus berakhir. Karena jika tidak, ia yakin jika kepingan hatinya itu pada akhirnya akan menyatu dengan sempurna. Hujan membuat kepingannya kembali berserakan, juga membuatnya kembali pada akal sehat.

Ia tidak mau mengambil risiko harus kehilangan seseorang lagi karena apa yang baru saja dirasakannya. Sebagai orang yang pernah kehilangan, juga orang yang selalu menjadi pihak cinta sebelah tangan, Nero paham betul bahwa satu-satunya cara untuk tidak kehilangan orang yang kita sayangi adalah dengan tidak mencintai mereka.

Apa tidak cukup baginya ditinggalkan tanpa perasaan oleh dua wanita, dan akhirnya, hanya dijadikan sahabat oleh gadis yang ia cintai? Ditambah lagi, dengan ketidakpedulian ayahnya, seharusnya Nero tahu bahwa tidak mencintai seseorang adalah cara terbaik untuk bertahan hidup.

Cukup Muti yang menggenggam hatinya dan kemudian menghancurkan semuanya seperti sekarang. Jauh lebih baik bagi hatinya menjadi kepingan seperti sekarang ini daripada mencoba untuk mencari cinta yang baru.

Lagipula, apa yang ia miliki bersama Viola sekarang jauh lebih berharga daripada perasaan apapun yang tadi sempat muncul di hatinya. Persahabatan yang tanpa perasaan lebih, juga tanpa tendensi apapun.

Nero tahu jika tadi Viola ingin membahas tentang hal itu. Untunglah ia bisa langsung mengalihkan pembicaraan pada apa yang terjadi di rumah sakit. Meskipun itu tetap tidak membuat suasana yang canggung berubah menjadi lebih nyaman, setidaknya mereka kembali bicara.

Ke mana perginya Nero yang lebih suka diam daripada bicara? Ke mana perginya Nero yang menyukai keheningan daripada suara-suara yang sering membuatnya kesal?

Nero yang itu, sayangnya, tidak ada di sini bersama Viola. Saat ini, ia seperti menjadi orang yang sama sekali tidak dikenal. Bahkan oleh dirinya sendiri. Apa itu pertanda bagus? Setidaknya, Nero berharap begitu karena, jujur, ia sudah lelah menjadi orang yang selalu terlihat murung dan penyendiri.

Ketika akhirnya mereka sampai di apartemen Viola yang mewah, Nero merasa tidak ingin mengakhiri hari itu dan kembali ke rumahnya yang dingin. Ia masih ingin bersama wanita itu sedikit lebih lama lagi untuk membuat suasana mereka yang canggung kembali seperti semula.

Beruntung, pembicaraan mengenai tempat tinggal itu membuat kecanggungan mereka sedikit mencair. Tentu saja sebenarnya Nero tahu di mana Viola tinggal, ia juga tahu bahwa ada satu unit di atas lantai wanita itu yang akan segera dijual karena pemiliknya akan pindah ke California. Dan sesungguhnya, Nero memang sudah berencana untuk membelinya.

Viola pasti akan kesal saat tahu jika mereka tinggal di gedung yang sama nantinya. Namun, Nero akan menerima risiko diomeli Viola setiap saat asalkan ia keluar dari rumah. Ia memang sudah berpikir untuk keluar dari rumah ketika ayahnya nanti pulang.

Ia juga tidak berbohong saat berkata bahwa rumah itu memiliki terlalu banyak kenangan menyakitkan baginya. Terutama tentang Mama. Saat ini, Nero ingin melangkah maju dan tidak menoleh lagi ke belakang. Ia tidak akan mencari Mama lagi. Ia juga tidak ingin tinggal di rumah yang selalu mengingatkannya pada wanita itu lagi.

Ketika Viola mengajukan undangan makan malam itu padanya, hati Nero kembali beterbangan meskipun dengan cepat. Namun, ia menempatkan mereka kembali di dasar dengan kondisi yang sama hancurnya. Nero tidak boleh melambungkan harapan yang ia tahu tidak akan pernah menjadi sebuah kenyataan.

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang