26. Hadiah Permintaan Maaf

438 115 18
                                    

Cerita sudah bisa dibaca sampai tamat di Karyakarsa yaw! Makasih selalu buat dukungan kelen semua. Mamak sayang kelen banyak2!

~~~

Viola jelas-jelas merasa kesal meskipun Nero tidak bisa berpikir apa yang sebenarnya membuat wanita itu marah. Ia mengingat-ingat pembicaraan mereka, memutar ulang semua di dalam kepalanya, sambil menaiki lift ke ruangannya, dan sama sekali tidak bisa mencari penyebab kesalnya wanita itu.

Apa itu karena mereka membicarakan Muti? Itu tidak mungkin. Viola sendiri yang memulai pembicaraan tersebut. Lagipula, kenapa wanita itu harus kesal? Mereka juga sering membicarakan Muti sebelum itu. Jadi pasti bukan topik tersebut penyebabnya.

Jika bukan itu, apa Viola tiba-tiba merasa kesal pada gossip yang tadi dibicarakannya? Apa gossip itu berhubungan dengan dirinya?

Pasti iya. Jika tidak, Viola tidak akan mengusirnya dengan seketus itu. Gosip tersebut pasti telah membuat Viola kesulitan, hanya saja, seperti biasa, wanita itu akan bersikap pura-pura kuat dan tidak butuh bantuannya.

Ketika lift membuka dan ia melangkah keluar, Nero melihat sekretaris ayahnya berada di mejanya. Wanita itu bukan seseorang yang muda seperti Jules, tetapi tidak peduli berapapun usianya, para wanita selalu senang bergosip kan? Gossip dan wanita adalah dua hal yang tidak akan pernah bisa dipisahkan.

Nero mendekati meja itu, dan Shannon langsung bangkit dari duduknya sambil tersenyum keibuan. Dari yang Nero dengar dari Paman Stevan, Shannon adalah janda dua anak yang keduanya masih kuliah. Suaminya meninggal dalam tragedi WTC saat anak-anak mereka masih sangat kecil.

Wanita itu sudah bekerja sebagai sekretaris ayahnya sejak masih belum menikah. Bisa dibayangkan seberapa kenalnya Shannon pada lingkungan ini, juga mungkin pada ayahnya. Ia pastilah wanita yang pandai bekerja dan juga pandai memaklumi sikap ayahnya yang menyebalkan. Jika tidak, Shannon tidak akan bertahan selama itu.

"Ada yang bisa kubantu, Sir?" tanyanya dengan ramah.

Satu keuntungan memiliki sekretaris paruh baya adalah tidak ada lirikan menggoda, atau gerakan menunjukkan 'aset' mereka dengan berlebihan. Shannon sangat professional dan jelas tidak akan pernah menggodanya. Wanita itu jauh lebih pantas menjadi ibunya.

Nero menghela napas saat sebuah tusukan kecil rasa sakit terasa ketika ia memikirkan tentang seorang 'ibu'. Seseorang yang tidak pernah ia miliki dalam arti yang sebenarnya.

"Shannon, kau tahu gossip apa yang dibicarakan para karyawan?" tanyanya sambil mengabaikan rasa sakit dan pikirannya.

Kening wanita itu berkerut saat mendengar pertanyaannya. "Gossip?"

"Tentang CFO kita."

Raut pemahaman melintas di wajah Shannon sebelum berubah menjadi sebuah keprihatinan. Dan keprihatinan itu jelas ditujukan padanya, bukan Viola. Otak Nero menggabungkan beberapa cerita yang pernah didengarnya dari Ola, dan apa yang mungkin sedang terjadi saat ini.

Tebakannya pasti tidak salah. Gossip itu jelas menyangkut dirinya.

"Miss Aleyna selalu menjadi korban gossip yang sangat buruk," ujar Shannon kemudian dengan simpati mendalam dalam suaranya.

Dalam hatinya, Nero bersyukur karena Shannon tidak termasuk dari orang-orang yang ikut menggosipkan Viola.

"Kau keberatan menceritakannya padaku?" Menyadari bahwa mereka masih berdiri di depan meja sekretaris Shannon, Nero pun melanjutkan, "di ruanganku sekarang kalau kau tidak keberatan?"

"Anda butuh teh atau kopi?" tawar Shannon dengan ramah.

Nero menggeleng. "Tetapi jika kau membutuhkannya untuk dirimu sendiri, bawalah, tidak apa-apa."

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now