7. Takdirmu Tidak Akan Pernah Bisa Kau Hindari

597 226 19
                                    

Biasanya, Nero akan langsung pergi atau mengonfrontasi langsung ketika ada seseorang yang terang-terangan mengamatinya. Namun, ini tidak seperti biasanya, dan Nero malah mendapati dirinya pura-pura tidak sadar jika ada sepasang mata yang menatapnya dengan penasaran.

Si rambut pendek itu duduk di barisan kursi yang agak jauh dari tempat Nero berada sekarang, tetapi ia tahu jika wanita itu selalu mengamatinya dengan ingin tahu.

Dari jarak yang tidak cukup dekat ini, Nero bahkan bisa merasakan jika wanita itu tampak sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang siapa ia sebenarnya.

Ya, wanita itu mengamatinya bukan karena tertarik pada ketampanan wajahnya, tetapi lebih karena rasa penasarannya tentang siapa Nero.

Itu membuktikan satu hal lain bahwa ayahnya memang tidak pernah membahas tentang anak tunggalnya yang tidak pernah pulang, kepada para karyawannya.

Gadis itu mungkin hanya bertanya-tanya kenapa ia yang berwajah cukup Asia, berada di tempat ini, pagi-pagi sebelum jam kantor dibuka.

Nero sendiri, sebenarnya juga penasaran dengan wajah itu. Ia yakin pernah melihatnya di suatu tempat. Lalu kenapa Nero tidak bisa mengingatnya? Ia bukan jenis orang yang mudah melupakan sesuatu. Terutama wanita yang tampak begitu percaya diri itu.

Apa mungkin karena selama ini benaknya hanya dipenuhi Muti hingga ia tidak peduli pada wanita lain? Itu adalah alasan yang paling besar.

Tidak ada wanita yang bisa menarik perhatiannya selain Muti. Bagaimana keadaan Muti setelah meneleponnya tadi? Apa gadis itu merindukan dirinya seperti ia juga sangat merindukannya?

Nero mendesah dan menutup bukunya, lalu pindah ke bagian novel. Di tempat ini, ia juga masih bisa merasakan wanita itu menatapnya dengan mata coklatnya yang besar itu. Sekedar ingin melihat reaksinya jika terpergok, Nero mengangkat kepala dan menatap wanita itu.

Ia harus menahan senyum kemenangannya saat melihat wajah cantik itu memerah. Nero bisa melihat betapa percaya dirinya si Piggie Biggie, dari postur dan juga pembawaan wanita itu. Ia menduga jika si rambut pendek itu adalah wanita yang percaya diri dan jarang sekali salah tingkah saat ada seseorang yang memandangnya.

Bahkan mungkin, ia akan membalas pandangan itu dengan tidak kalah percaya diri jika itu bukan dirinya yang menatap. Wanita itu mungkin malu karena ketahuan membaca Piggie Biggie di usia yang tidak pantas lagi.

Benak Nero bertanya-tanya sementara ia mengamati wanita itu bangkit dari duduknya dengan gugup. Berapa usia wanita itu? Ia tampak belum terlalu tua. Mungkin, wanita itu adalah anak magang baru di kantor ini. Dad sering mempekerjakan para fresh graduate untuk melihat potensi yang mereka miliki.

Dalam hal itu, Nero tidak pernah meragukan ayahnya. Pria itu seakan selalu tahu orang-orang yang berpotensi dan tidak. Jadi, bukan sesuatu yang mengherankan jika para direktur di kantor ini adalah orang-orang yang masih terhitung muda.

Dan karena insting-nya pula pasti yang menjadikan pria itu percaya untuk menunjuk Nero langsung menjadi penggantinya meskipun ia sama sekali belum pernah terjun langsung ke perusahaan sebelum ini. Dad pasti sudah tahu kemampuannya seperti pria itu selalu tahu anak muda yang berpotensi dalam pekerjaannya.

Namun, tidak mungkin wanita semuda itu juga adalah direktur kan? Usia mungkin masih di bawah Nero. Setidaknya, ia akan mengetahui hal itu dalam rapat nanti. Rapat yang akan dilaksanakan hanya dalam hitungan beberapa puluh menit lagi.

Sambil menahan erangannya, Nero keluar dari perpustakaan, dan langsung menuju ke lantai di mana kantor sementaranya berada. Tadinya, Dad memintanya untuk memakai ruangan pria itu, tetapi Nero menolaknya. Ia di sini hanya sebagai pengganti sementara ketika Dad sakit. Posisinya hanyalah sebagai Presiden Direktur yang akan melaksanakan tugas Dad dalam waktu yang singkat.

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now