13. Sebuah Janji Yang Harus Dipegang

553 179 30
                                    

Itu tidak terdengar seperti sebuah lamaran kan? Nero hanya meminta Viola untuk menjadi teman. Benar-benar teman tanpa embel-embel perasaan lain terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang romantis. Romantisme adalah hal terakhir yang ia pikirkan setelah pengalamannya dengan Muti.

Ini sama sekali berbeda. Semakin Nero mengobrol bersama Viola, ia semakin mendapati dirinya tertarik dengan wanita itu. Bukan ketertarikan fisik ataupun romantis. Ia hanya merasa penasaran dengan pribadi Viola yang sebenarnya.

Wanita itu terlihat kuat dan percaya diri, tetapi jauh di dalam dirinya, Viola juga tampak rapuh. Wanita itu hanya memperlihatkan apa yang ingin orang lain lihat darinya. Ia tidak sekuat yang ditunjukkan selama ini. Persis seperti Muti.

Oke, tidak seharusnya ia membandingkan Viola dengan Muti karena mereka berdua jelas tidak bisa dibandingkan. Viola adalah wanita dewasa yang sudah menjalani hidupnya secara mandiri semenjak dirinya tinggal di New York entah berapa tahun lalu.

Bukan berarti Nero menganggap Muti tidak dewasa. Muti adalah seorang gadis yang belum tahu dunia luar yang tidak selalu menyenangkan, juga bahwa ada banyak hal yang harus dikhawatirkan selain percintaan. Muti belum sampai ke tahap itu.

Saat ini, gadis itu sedang menghadapi krisis usia paruh bayanya dengan terlalu mengkhawatirkan urusan asmara. Sejujurnya, Nero memang melihat jika tidak ada hal lain yang patut Muti khawatirkan. Gadis itu memiliki pekerjaan yang mapan dengan gaji memuaskan, memiliki keluarganya yang saling mendukung satu sama lain walaupun kadang Tante Dina memang agak bersikap berbeda padanya.

Akan tetapi, secara keseluruhan, hidup yang Muti jalani memang jauh berbeda dengan dirinya. Bukan berarti ia menganggap hidup Muti mudah. Apapun itu, setiap orang menghadapi masalah mereka masing-masing.

Bersama Viola, Nero seperti menemukan sosok yang sama sekali berbeda dengan Muti. Nero menyukai bagaimana Viola menjawab bahwa ia mencintai dirinya sendiri. Itu berarti, meskipun sibuk bekerja, Viola pasti menikmati hidupnya di luar jam kantornya.

Ia penasaran bagaimana cara Viola bersenang-senang. Apakah membaca buku anak-anak adalah bagian dari caranya menikmati hidup? Apa Viola, seperti para pekerja di New York lainnya, selalu menghabiskan akhir pekannya dengan pergi ke klab? Wanita itu tidak minum alkohol, tetapi ada banyak kesenangan yang jelas bisa ia dapatkan di klab.

Namun, di sisi lain, Nero juga merasa penasaran dengan pria bernama Drew itu. Sehebat apa dirinya hingga bisa menjadi seorang teman bagi Viola yang sempurna dan percaya diri? Apa pria itu sama sempurnya seperti Viola?

Tidak mungkin. Jika dua orang yang sama sempurnanya menjalin hubungan, baik itu pertemanan apalagi asmara, yang ada hanyalah pertengkaran yang akan selalu terjadi. Kurang lebih sama dengan apa yang pernah ia miliki dengan Andhita dulu.

Mereka adalah dua orang yang sama-sama keras kepala dan suka mengatur. Dan ketika menjalin hubungan, nyatanya semua menjadi berantakan dalam sekejap mata. Ia ingin begini, Andhita ingin begitu, dan ujung-ujungnya mereka hanya akan bertengkar walaupun saat itu Andhita memang lebih banyak mengalah.

Jadi, bisa saja Drew ini adalah seseorang yang sangat berbeda dengan Viola. Mungkin saja pria itu yang membuat Viola menikmati hidupnya di luar pekerjaan. Apa yang biasa mereka lakukan saat akhir pekan?

Nanti, setelah pulang dari rapat sialan yang tidak pernah ingin ia datangi ini, Nero akan meminta pada Paman Stevan untuk mencarikan informasi tentang pria bernama Drew itu. Mungkin pria itu bukan seorang Direktur, tetapi bisa saja ia juga memiliki jabatan yang tidak kalah penting di kantor.

Sesungguhnya, Nero tidak ingin peduli. Dengan siapapun Viola berteman, itu sama sekali bukan urusannya. Lalu kenapa sekarang ia merasa terganggu hanya karena tahu bahwa Viola memiliki teman pria?

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now