18. Tukang Mengatur

509 143 14
                                    

Ola selalu menikmati pekerjaannya. Tidak peduli betapa sibuknya, atau betapa lamanya waktu yang ia habiskan di kantor, ia selalu menyukainya. Laporan yang bertumpuk, berkas-berkas yang harus ia periksa, atau begitu banyaknya rapat yang harus dihadirinya. Itu semua selalu membuatnya bahagia. Dan kali ini, rasa suka itu bertambah berkali-kali lipat.

Entah apa sebabnya, tetapi Ola merasa sangat bersemangat saat memasuki kantornya. Apa ini sindrom sebelum liburan?

Mereka tiba di New York sebelum jam makan siang, dan langsung berpisah ke ruangan masing-masing untuk memeriksa pekerjaan mereka. Ia melihat semua berkas yang telah Jules kumpulkan untuknya selama dirinya pergi, menyiapkan bahan rapat selanjutnya, dan, kejutannya, menikmati makan siang dengan Nero yang duduk di sofa ruangannya.

Tadinya, Ola pikir ia akan melewatkan makan siang seperti yang selalu dijalaninya setiap kali sibuk dengan pekerjaan. Atau sejujurnya, Ola tidak pernah berpikir akan makan siang karena ia terlalu fokus pada pekerjaannya.

Akan tetapi, ketika Jules mengetuk pintunya dan berkata bahwa Presiden Direktur yang baru ingin menemuinya, Ola tahu bahwa ia mungkin akan memiliki 'tradisi' baru setiap makan siang.

Tradisi yang bernama Nero, dan makan siang yang pria itu siapkan untuknya.

Kali ini, Nero membawa makanan Cina yang langsung menerbitkan air liur Ola. Ia jarang memesan makanan Cina, tetapi saat menikmatinya hari ini, Ola tahu jika itu akan menambah daftar makanan favoritnya.

Nero membawa General Tao's Chicken yang dibumbui dengan saus asam manis yang kental dan terasa gurih. Lalu, crepe yang berisi telur orak-arik, acar sayuran, daun bawang, juga pasta kacang hitam yang unik. Dan yang menjadi favoritnya adalah salad mentimun dengan campuran yogurt, jalapeno madu, dan juga remahan breadsticks wijen. Itu adalah salad terenak yang pernah Ola makan seumur hidupnya.

"Aku tidak menyangka ada restoran seenak ini! Salad ini juara!" seru Ola sambil kembali mengambil salad itu.

Nero tersenyum dan mendekatkan kotak salad itu padanya. "Mereka bilang, menu ini adalah yang paling favorit."

"Jelas mereka tidak salah! Meskipun bentuknya tak beraturan begini, siapapun pasti akan sepakat jika ini memang salad terbaik."

"Mentimun itu dipukul-pukul hingga hancur dan bukannya dipotong. Katanya, menghancurkan mentimun akan membuat rasanya menjadi lebih enak daripada mengirisnya."

Ola mengamati Nero dengan mata menyipit. "Kau terdengar seperti seorang chef. Dari mana kau tahu semua itu?"

Tawa lirih Nero terdengar. "Aku bertanya pada pelayan di sana apa yang menjadi favorit restoran tersebut. Kau pikir aku masuk ke dapur dan mengancam mereka agar membuka mulut?"

"Kupikir, kau sibuk bekerja hingga tidak sempat membeli makan siang sendiri." Ola mengambil kotak salad yang tersisa, dan menghabiskannya hingga tandas.

"Aku bosan," aku Nero sambil meletakkan sumpitnya. "Bekerja seperti ini membuatku bosan."

Ola mengangkat alis. "Bukankah konsepnya sama saja dengan saat kau bekerja di perpustakaan? Kau menghadapi begitu banyak buku setiap hari."

"Tentu saja beda. Membaca meningkatkan mood-ku. Melihat laporan memperburuknya."

"Tunggu sampai kau melihat laporanku," kata Ola sambil bangkit dari duduknya. Seharusnya itu menjadi laporan yang akan dilihat Nero saat rapat nanti, tetapi dengan menunjukkannya sekarang, mungkin akan membuat suasana hati pria itu menjadi lebih baik.

"Lihat ini." Ia menyerahkan map bersampul kulit hitam pada Nero yang langsung memberengut.

"Kita sedang makan siang. Aku tidak mau bekerja."

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang