21. Pertengkaran Yang Selalu Terjadi

566 143 13
                                    

Nero tahu ada yang sedang Viola sembunyikan darinya, dan ia juga tahu bahwa itu berhubungan dengannya. Setelah tadi menanyakan hal yang pasti sudah ingin ditanyakannya sejak hari pertama mereka bertemu, tubuh Viola berubah menjadi sedikit kaku dan tegang.

Namun, meskipun ia tahu apa yang mengganggu pikiran Viola, rasanya Nero ingin bertanya langsung dan menanyakan pikiran wanita itu sebenarnya. Pasti adalah sebuah hal baru bagi Viola mengetahui ada hubungan keluarga yang tidak seperti keluarganya.

Ketika mengatakan tentang bagian ‘pewaris’ itu kepada Viola, tubuh wanita itu mendadak tegang dan ia mengerjap-ngerjapkan mata seakan sedang mencerna sesuatu yang tidak bisa melewati tenggorokannya. Bagi Viola, itu mungkin terdengar seperti bagian dari sebuah film.

Dan sejak itu, tubuh Viola berubah kaku. Seakan sedang menjaga jarak darinya. Juga, kedua tangannya yang mengepal di atas pangkuan semenjak mereka memasuki mobil. Viola tidak cerewet seperti biasanya dan hanya memandang ke jalan di sampingnya.

Biasanya, Nero menyukai keheningan yang ada dalam ruangan. Itu membuatnya tidak harus berkewajiban untuk memulai pembicaraan, atau menanggapi sesuatu yang tidak menarik minatnya. Akan tetapi, ia sama sekali tidak menyukai yang sedang terjadi sekarang.

Bersama Viola, rasanya Nero ingin terus bicara dan menceritakan apa saja, juga mendengarkan suara wanita itu yang berapi-api danpercaya diri. Ia ingin Viola mengatakan apa saja, bahkan jika itu sesuatu yang tidak ingin dibicarakannya. Selama itu membuat semua keheningan ini mencair, Nero rela mengatakan apapun.

“Untuk siapa kau membeli buket bunga satunya?” tanya Nero memecah keheningan dalam perjalanan mereka ke rumah sakit.

Rumah sakit yang merawat ayahnya tidak berada di pusat kota. Itu adalah sebuah rumah sakit khusus orang kaya yang ada di pinggiran kota dengan lahan yang luas dan tenang.

“Untuk diriku sendiri,” jawab Viola tanpa menoleh padanya.

Nero menatapnya dengan kening berkerut, tetapi lalu mengingat tentang apa yang pernah mereka bicarakan sebelumnya.

“Tampaknya, kau memang benar-benar sangat mencintai dirimu sendiri sehingga membeli buket bunga untukmu. Apa kau ingin aku mengirimkan buket untukmu setiap hari?”

Ucapan itu berhasil menarik pandangan Viola ke arahnya walaupun Nero kini menatap jalan bebas hambatan di depannya.

“Kau pikir aku seputus asa itu menginginkan kiriman bunga sehingga membelinya untuk diriku sendiri?”

Ia tersenyum mendengar nada kesal yang digunakan Viola, dan melirik sekilas pada wanita itu yang kini melotot padanya.

“Memangnya apalagi? Para wanita lajang sering melakukan hal tersebut dan berpura-pura menerima paket dari seseorang. Itu membuat mereka seakan memiliki kekasih.”

“Itu dilakukan oleh wanita lajang yang menyedihkan. Bukan aku.”

Jelas, Viola bukan salah satu dari wanita lajang menyedihkan yang berharap memiliki kekasih, dan Nero yakin, Viola tidak akan pernah menjadi wanita seperti itu meskipun pada akhirnya nanti, ia memang benar-benar tidak menikah.

“Kau sama sekali belum pernah menjalin hubungan dengan seseorang?”

“Apa ini bagian dari pertanyaan perkenalan untuk kita? Karena jika ya, aku juga memiliki banyak pertanyaan untukmu.”

Itu dia. Nero memang hanya ingin memancing Viola untuk menanyakan banyak hal padanya. Ia tidak ingin Viola bertanya-tanya sendiri dalam hati dan pada akhirnya menjauh darinya karena dugaan yang tidak berdasar. Jauh lebih baik mengetahui fakta dan baru memutuskan akan bersikap seperti apa, daripada menduga-duga.

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now