3. Harta Yang Paling Berharga

725 205 35
                                    

"Besok kau pergi ke kantor. Pimpin rapat dengan seluruh dewan direksi, dan perkenalkan dirimu sebagai penggantiku."

Itu adalah apa yang pertama kali James Goldman ucapkan saat membuka mata, dan melihat Nero sedang duduk di sampingnya.

Tadinya, Nero merasa sedikit menyesal saat melihat ayahnya yang terbaring tidak berdaya di atas tempat tidur karena terjatuh dari kuda ketika sedang mengunjungi Vermont. Ayahnya terlihat tua dan rapuh. Sangat berbeda dengan yang Nero kenal selama ini.

Dulu, Dad adalah pria besar yang kekar dan terlihat sangat berwibawa. Bukan berarti saat ini kewibawaannya hilang. Pria itu masih sama seperti dulu, bahkan mungkin semakin berwibawa seiring usia yang bertambah. Namun, tubuhnya yang besar dan kekar itu kini terlihat sedikit kurus dan lelah.

Dad sendirian di rumah besar mereka, dan tidak ada yang mengurusnya selain para pelayan. Dengan sifatnya yang terlalu banyak mengatur, Nero yakin jika banyak pelayan yang selalu salah di mata pria itu. Tidak adanya istri maupun anak yang bersamanya di masa tua, membuat Nero merasa sangat bersalah sebagai satu-satunya anak yang James miliki.

Sebagai pewaris tunggal Goldman Company, Nero tahu jika pada akhirnya semua harta Dad akan menjadi miliknya. Sementara, selama bertahun-tahun ini, Nero tidak pernah mau mengurusinya dan selalu menolak setiap kali Dad memintanya pulang. Bukankah ia terlihat sebagai anak yang tidak tahu diri dan hanya ingin menikmati kekayaan ayahnya saja?

Akan tetapi, ketika ia mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Dad, rasa simpati yang tadi dirasakan Nero, hampir lenyap. Tidak ada hal lain, selain perusahaan yang Dad pikirkan. Bahkan tidak dirinya sebagai anak satu-satunya, yang selama ini tidak pernah pulang ke New York untuk menemuinya.

Apa memang selamanya hanya perusahaan yang penting bagi Dad? Apa kepergiannya selama bertahun-tahun dari sisi Dad tidak membuat pria itu merasakan kehilangan sesuatu yang berharga? Memangnya, harta berlimpah yang Dad miliki itu mampu membunuh kesepiannya? Apa semua itu jauh lebih berharga daripada keberadaan Nero dan Mama?

Setelah berpisah dengan Mama, Dad tidak pernah menikah lagi. Dekat dengan seorang wanita pun tidak pernah Nero lihat, sejak ia masih kecil hingga dirinya memutuskan pergi ke Singapura. Untuk apa alasan kenapa Dad melakukan itu, Nero tidak pernah tahu. Ia tidak pernah bicara dengan Dad tentang hal-hal seperti itu.

Oh, ia memang jarang sekali bicara dengan Dad tentang hal apapun. Hubungan mereka dingin, dan terlalu tenang. Dad hanya akan bicara tentang apa yang harus Nero lakukan agar menjadi pria yang berhasil seperti dirinya. Selain hal itu, tidak ada yang mereka bicarakan sama sekali. Apalagi mengenai kehidupan pribadi ayahnya.

Mungkin, Nero menyimpulkan sendiri, tidak ada wanita gila lain yang mau diatur oleh Dad meskipun diberi harta dan materi yang begitu banyak. Atau kemungkinan kedua, Dad masih mencintai Mama. Walaupun Nero tidak pernah tahu bagaimana cara Dad yang dingin itu mencintai.

Dulu, ketika dirinya masih kecil, mungkin Dad memang pria yang seperti itu. Ia bisa menangkap cinta yang begitu besar di antara kedua orang tuanya. Ia bisa melihat senyum curi-curi pandang dan kode rahasia yang saling orang tuanya tukar ketika berada di tempat umum. Mereka berdua jelas sangat saling mencintai. Atau itulah yang Nero lihat karena ia tidak pernah tahu seperti apa sebenarnya.

Namun, itu dulu. Dulu sekali ketika mereka belum sekaya sekarang. Itu terjadi ketika Dad hanyalah seorang bankir investasi biasa. Harta dan kedudukan yang perlahan meningkat, membuat semua cinta yang Dad miliki untuk Mama dan dirinya lenyap tanpa bekas.

Tidak ada lagi sapaan ramah ketika Dad pulang dari kantor. Tidak ada lagi pelukan hangat yang Nero terima setiap malam. Tidak ada lagi jalan-jalan ke taman hiburan di akhir pekan. Juga makan malam yang ceria di rumah.

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now