22. Undangan Makan Malam

571 134 13
                                    

Part 75 sudah up di Karyakarsa yaw!

---

Rupanya Nero tidak bercanda ketika berkata bahwa ia tidak rukun dengan sang ayah. Hanya melihat mereka selama beberapa menit saja, sudah membuat Ola tahu apa yang akan terjadi seandainya kedua orang itu tetap berada dalam ruangan yang sama lebih lama lagi.

Jika diamati dengan seksama, mata dingin Nero yang belum pernah ia lihat sebelumnya, jelas adalah milik James. Walaupun tidak banyak kemiripan antara mereka, ada bagian dari diri Nero yang seperti James. Bagian yang sebelumnya tidak pernah ditunjukkan Nero padanya. Bagian yang mungkin hanya ditunjukkan Nero pada ayahnya.

Untung saja, seperti biasa, James tidak terlalu suka dengan basa basi yang tidak penting dan menyuruh mereka segera pulang. Jika tidak, mungkin Nero benar-benar akan berkelahi secara fisik dengan ayahnya. Kedua tangan pria itu mengepal hingga buku-buku jarinya memutih, tampak siap untuk menghantam kepala ayahnya dengan tinju.

Terutama, saat pria itu mengatakan apa yang ia inginkan tentang mengatur perusahaan secara penuh selama James sakit. Nada suaranya datar, tetapi sorot matanya yang tajam dan dingin seakan ingin menguliti ayahnya walaupun jelas pria itu tidak tampak gentar sedikitpun.

Namun itu James, pria yang tidak pernah gentar pada apapun kecuali mungkin kebangkrutan. James bahkan pernah menyuruh pilotnya terbang menembus badai hanya karena tidak ingin rapatnya di Kanada batal. Beruntung saat itu mereka mampu sampai di Kanada dengan selamat meskipun pesawat mereka mengalami kerusakan.

Bagi Ola, itu adalah pengalaman nyaris mati pertamanya yang begitu menegangkan. Hingga detik ini, tidak ada satupun anggota keluarganya yang tahu tentang hal tersebut. Jika ada yang sampai tahu, Ola yakin jika ayahnya akan langsung menyuruhnya berhenti bekerja.

"Kau baru berada di sana dua hari dan belum membuktikan apapun jika kau mampu bekerja. Jangan jumawa," sahut James sinis dan tak kalah dingin. "Bahkan tanpa dirimu pun, perusahaan akan tetap berjalan meskipun aku tidak ada."

Nero mengangkat alis mendengar apa yang ayahnya katakan. "Begitu? Jadi bukan masalah kalau aku pergi dari perusahaan sekarang? Toh, tidak ada bedanya kau ada atau tidak."

James melotot seakan ingin turun dari tempat tidur dan mengguncang tubuh anaknya.

"Aku memberimu kesempatan untuk belajar mengelola perusahaan!" suaranya terdengar meninggi. "Banyak anak muda yang ingin berada di posisimu sekarang. Seharusnya kau bersyukur! Dasar anak tidak tahu terima kasih!"

Tangan Nero terangkat saat pria itu maju satu langkah mendekati ayahnya. Dengan sigap, Ola meraih lengan pria itu. Nero menoleh saat ia menggeleng kecil.

Tidak ingin James berpikiran macam-macam tentang mereka, Ola melepaskan tangannya saat ia yakin jika Nero tidak akan menyakiti ayahnya secara fisik. Ia maju dan berdiri di antara kedua pria yang sudah siap untuk saling menyerang itu.

"Jadi hubungan kalian sudah sedekat itu? Kau sudah tahu siapa dia sebenarnya?" James memandang Nero dari balik bahu Ola. "Bahkan anak seorang pemilik sekolah yang cukup besar saja bekerja di perusahaanku. Bukankah seharusnya kau malu? Kau yang bisa memilikinya segalanya dengan mudah, malah menghabiskan waktumu dengan sia-sia di perpustakaan."

James mencibir dan Ola merasakan Nero kembali bergerak meskipun pria itu hanya maju untuk berdiri lebih dekat lagi dengannya. Ola bisa merasakan hawa panas amarah Nero di punggungnya.

Mereka benar-benar harus segera menyingkir dari tempat ini segera sebelum terjadi pertengkaran yang lebih besar lagi.

"Saya akan tetap berada di sini untuk mendampingi Presdir menjalankan tugas hingga masa cuti saya tiba. Dan Anda tidak perlu khawatir untuk menghubungi saya jika membutuhkan bantuan nanti saat saya cuti. Saya akan siap kapan saja Anda membutuhkan saya."

It Takes Two To TangoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang