14. Buah Yang Jatuh Jauh Dari Pohonnya

521 162 18
                                    

Sore itu, rapat berlangsung dengan suasana yang jauh lebih santai daripada yang sering mereka adakan. Nero menyapa para dewan direksi dan para direktur dengan ramah, mendengarkan setiap penjelasan mereka dengan seksama, mendengarkan setiap keluhan tanpa menyela, dan tidak lupa berterima kasih atas kerja keras mereka selama ini. Sesuatu yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh James.

Seperti yang sudah pernah ia katakan, James jarang sekali, jika tidak bisa dikatakan tidak pernah, mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah para karyawannya lakukan. Pria itu menganggap bahwa hal tersebut adalah kewajiban mereka karena gaji dan fasilitas yang sudah mereka terima dari Goldman Company.

Nero berbeda. Pria itu berkata jika dunia ini bukanlah sesuatu yang disenanginya, atau ingin ia coba geluti, tetapi Ola melihat bahwa Nero bisa menempatkan dirinya dengan sangat alami. Pengalamannya mungkin hampir tidak ada dalam mengelola perusahaan sebesar ini, tetapi empati pria itu terlihat sangat besar. Nero jelas adalah jenis buah yang jatuh jauh dari pohonnya.

Belum pernah Ola melihat rapat yang penuh dengan senyum ceria dan pujian tulus seperti yang ia dengar diberikan untuk Nero. Biasanya, suasana rapat selalu tegang dan serius. Dan juga, berakhir untuk waktu yang sangat lama.

Kali ini, mereka hanya menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk membahas pekerjaan, dan setelah itu mereka hanya saling mengobrol santai. Jika James tahu, pria itu pasti akan mengomeli anak tunggalnya tersebut.

Di luar, Nero mungkin terlihat dingin dan tegas seperti James. Namun, setelah mengenalnya dan bicara dengannya, Nero jelas sama sekali tidak seperti ayahnya. Mungkin, pria itu mewarisi sikap ibunya.

Ola sangat ingin bertanya tentang hidup Nero. Siapa ibunya? Kenapa ia dan James terdengar tidak memiliki hubungan yang baik? Kenapa Nero memilih tinggal di Jakarta untuk waktu yang cukup lama? Dan masih banyak hal lain yang ingin ia tahu tentang pria itu.

Akan tetapi, mereka baru saja berteman dan seorang teman baru, tidak pantas untuk mengorek kehidupan pribadi temannya di tahap awal seperti ini. Mungkin nanti saat mereka sudah berteman selama puluhan tahun?

Ola mengernyit dengan pemikirannya itu. Berapa lama hubungan pertemanan mereka akan terjalin? Ia tidak pernah memiliki pengalaman pertemanan yang cukup lama seperti Damar dan Muti, tetapi Ola juga ragu jika ia akan bisa memiliki hubungan yang selanggeng itu.

Usia mereka bukan lagi usia muda yang selalu diisi dengan bersenang-senang. Walaupun Nero berkata jika jatuh cinta adalah hal terakhir yang diinginkannya, pada saatnya nanti, Nero harus melanjutkan hidupnya.

Mungkin, Nero tidak akan jatuh cinta, tetapi pria itu harus menikah untuk memberikan pewaris bagi semua perusahaan yang James miliki. Dan biasanya, seorang pasangan tidak akan menyukai teman pasangan mereka yang berbeda kelamin. Jika itu terjadi, pertemanan mereka pasti akan berakhir.

Ola mengernyit lagi. Ia terlalu banyak berpikir sesuatu yang masih sangat jauh. Itu adalah kejelekannya, dan Ola berharap bisa menguranginya sedikit saja.

Kenapa ia tidak menjalani saja saat ini dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi? Ia perlu rileks sejenak. Tampaknya, pulang ke Indonesia memang pilihan yang cukup baik untuk saat ini. Di rumah, ia akan bisa melupakan pekerjaannya dan bersantai.

"Di mana kita akan menginap?" tanya Nero saat akhirnya pria itu duduk di sampingnya, setelah mengobrol dengan dewan direksi senior.

Mereka mengadakan makan malam setelah rapat, dan Ola memilih untuk duduk di meja tersendiri. Selain karena semua yang ada di meja itu adalah laki-laki, ia tahu jika mereka semua lebih ingin makan bersama anak ketua perusahaan daripada dirinya.

"Menginap? Tidak ada menginap. Kita akan langsung pulang ke New York jika kau sudah selesai beramah tamah. Apa kau sudah selesai?"

Mata Nero membesar sementara bibirnya terbuka lebar saat mendengar ucapan Ola.

It Takes Two To TangoWhere stories live. Discover now