25 DUA LIMA 🐨

3K 160 9
                                    

Okey karena menurut aku banyak komen jadi aku kasih lagi nih

Siap-siap barangkali sedih.

:
:
:
Langkah lebar memasuki mansion yang biasanya ramai sekarang terlihat sepi tanpa ada suara rengekan, tangisan dll.

Verrel. Dia baru saja datang untuk menjaga Aldo, karena tiba-tiba tadi ada kendala dijalan.

"Mbak, Aldo ada dikamar kan?" tanya nya pada mbak Yuyu yang sedang membersihkan meja ruang tamu.

"Ada dikamarnya tuan" jawabnya sambil menunduk, Verrel mengangguk lalu pergi menuju kamar Aldo setelah berpamitan dengan Yuyu.

Didepan pintu Aldo ada dua pengawal yang selalu berjaga, takut-takut ada penyusup yang ingin mencelakai Aldo.

Tangan Verrel langsung membuka knop pintu yang memang tidak dikunci, saat baru masuk kedalam kamar hal yang membuat Verrel terkejut.

Aldo berdiri disamping kasur , tangannya memegang cutter. Darah keluar dari pergelangan tangan Aldo.

"ADEK" Verrel langsung berlari dan merebut cutter yang sedari dipegang Aldo.

Aldo menatap Verrel kosong, lalu beralih pada tangannya yang berlumuran darah. Bodyguard yang mendengar teriakan Verrel pun langsung berlari masuk.

Verrel sedikit kelimpungan dia bingung, berusaha menenangkan pikirannya agar bisa berfikir tenang. Ia menyuruh bodyguard untuk mengambil kotak p3k dan air bersih.

"Adek kenapa kaya gini sih?" ucap Verrel frustasi, memang Aldo sudah sering ketahuan seperti ini tapi belum sampai terluka tapi kali ini Aldo berhasil.

Bodyguard yang disuruh Verrel tadi pun kembali lagi , dan menyerahkan apa yang diinginkan Verrel. Mereka kembali keluar dan menutup pintu kamar Aldo meninggalkan Aldo dan Verrel bersama.

Verrel mulai mengobati luka Aldo, untungnya Aldo tidak menggores dibagian pembuluh darahnya. Jadi masih bisa ditangani Verrel sendiri.

Aldo hanya diam melihat Verrel yang sibuk mengobatinya. Sesekali Verrel menatap Aldo sendu, Verrel rindu dengan Aldo yang dulu, walaupun yang dulu tetap menyimpan luka tapi tidak separah ini.

Setelah selesai Verrel menatap kembali alat-alat itu dan menaruhnya di meja nakas. Verrel melihat wajah Aldo dengan senyum tipis.

"Adek, jangan kaya gitu yah? Adek mau liat kita semua sedih yah?" tanya Verrel dibalas gelengan

Ceklek

Pintu kamar Aldo terbuka memperlihatkan Aarav dengan wajah khawatirnya. Saat baru sampai dia diberitahu oleh bodyguard yang berjaga.

"Adek" Aarav langsung berlari kearah Aldo dan memeluk tubuh kurus itu.

"Adek jangan kaya gini lagi yah, daddy sedih liat adek kaya gini" Aarav mengecupi wajah Aldo.

Aldo hanya diam menatap Aarav, Aarav tahu dimata Aldo sekarang hanya ada penyesalan, kesedihan dan luka. Dia sakit melihat anak bungsunya seperti ini.

"Verrel, boleh minta tolong buatkan susu buat adek?" pintar Aarav langsung diangguki Verrel.

Verrel langsung bergegas keluar kamar menuju dapur untuk membuat kan susu untuk bungsu Leonard.

"Adek liat daddy nak!" suruh Aarav tangannya memegang wajah Aldo.

Aldo menurut untuk menatap wajah daddy nya, Aldo bisa melihat bahwa daddy sangat khawatir dengannya.

"Adek mau bikin daddy sedih yah? Adek mau bikin mommy sedih disana? Adek pengen buat kakak dan abang sedih iya? Terus adek pengen buat bunda sedih? Adek pengen buat yang lainnya sedih iya? Hm" tanya Aarav beruntun

ALDO LEONARD (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang