GIVE ME LOVE (OSH)

By Prabhaditha

164K 10.3K 1.2K

-Aku publish ulang untuk mengikuti syarat dari event GMG Hunting Writers 2021- Terkadang tanpa kita sadari se... More

Prolog
1.Pria Sombong!
2. Penyelamat.
3. Tak terduga.
4.Tinggal bersama.
5. Kalian!?
6. Hubungan gila!
7.Menikah?
8. Calon mertua
9. Makan malam.
10.Dipercepat
11. Persiapan singkat dan satu kejutan
12. Apa yang terjadi?
13. JaeHun
14. Sahabat.
15. Resmi
16. Pesta malam
17. Baku hantam
18. Egois
19. Jarak
20. Keputusan
21. Tawaran Jaehun.
22. Menjalani takdir
23. Waktu bersama.
24.Mulai berbeda
25.Game level 1
26. Awal yang buruk.
27.Sehun's wish
28. Pengganggu
29. Ungkapan
30. Terbongkar?
31.Kisah berbalik
32.Berjanjilah
33.Kisah berbalik (2)
34. Sehun junior?
35. Terikat
36. Berpisah.
37. berpisah (2)
38. kembali pulang?
39.Pilihan
41. Berakhir Bersama
42. Sejuta luka.
43. Menyedihkan
44. Pulang.
45. Bertemu untuk berpisah
46. Ragu
47. Akhir
48. Kembali?
49. Menunggu.
50. Happy or Sad?
ATTENTION

40. Selamat Tinggal

1K 143 16
By Prabhaditha


Jangan lupa nonton trailernya, aku mau tau pendapat kalian🥺


Happy reading🖤🖤
**
Typo berserakan⚠️

"Duduk!"

Jaehan menghela nafas pelan, pria itu duduk di sofa yang berhadapan dengan Appa dan Eomma-nya.

Chanhee menatap nanar ke arah putra sulungnya, mata wanita paruh baya itu mulai basah karena air mata.

"Jangan menangis Eomma" Kepala Jaehan menggeleng pelan saat mendengar isakan Eomma-nya.

"Tidak ada yang perlu aku jelaskan lagi, ini sudah keputusan ku dan Senna untuk berpisah. Berpisah adalah keputusan terbaik untuk masalah kami"

"Jangan bodoh! Berpisah bukan keputusan terbaik, saling memutus hubungan dan memaksakan diri untuk saling melupakan apa bisa dikatakan keputusan terbaik!?" Daehan beranjak dari duduknya.

Pria paruh baya itu benar- benar tidak percaya dengan keputusan Jaehan. Daehan sangat mengenal karakter dari putra tertuanya, jika Jaehan memutuskan untuk menyerah, Daehan yakin putranya itu sudah sangat terluka.

"Katakan alasan kalian berpisah!"

Jaehan menggeleng. "Aku rasa itu tidak penting, cukup aku dan Senna yang tau"

"Tapi rumah tangga kalian sebelumnya baik-baik saja,kalian saling mencintai satu sama lain! Kenapa kalian mengambil keputusan berpisah tiba-tiba seperti ini?" Tangis Chanhee pecah di akhir kalimatnya.

"Eomma begitu menyayangi kalian, apa kalian tidak bisa membicarakan masalah kalian lagi? Eomma mohon jangan mengambil keputusan untuk berpisah, putri kalian masih begitu kecil untuk kehilangan sosok orang tua"

Jaehan beranjak dari duduknya, melangkah mendekat ke arah Nyonya Ooh. "Lebih baik berpisah untuk berhenti disakiti dan menyakiti" Jaehan memeluk tubuh Eomma-nya.

"Semua akan baik-baik saja. Aku hanya butuh dukungan atas keputusan ku ini"

Jaehan melepas pelukannya, menghapus air mata yang membasahi pipi Eomma-nya. Chanhee menatap dalam mata jernih putranya, hati wanita paruh baya itu sesak saat melihat sorot mata kosong putranya.

"Kau terluka,Nak" Nyonya Ooh menangkup wajah Jaehan. "Katakan apa yang terjadi?"

Jaehan menggeleng dengan senyum tipisnya. "Appa" Panggilnya pada Tuan Ooh yang sejak tadi berdiri membelakanginya.

"Maaf membuat kalian kecewa , tapi aku tidak akan mengubah keputusan ini, jadi aku harap kalian mengerti"

Setelah selesai dengan kalimatnya,pria itu melangkah meninggalkan kedua orang tuanya menuju lantai dua rumahnya.

Sesampainya Jaehan di kamar, seorang wanita yang tadinya duduk di atas ranjang langsung melangkah mendekat ke arahnya.

"Maaf karena aku Appa dan Eomma tau hal ini"

Jaehan menggeleng pelan. "Cepat atau lambat mereka pasti tau" Pria itu melangkah melewati tubuh Senna.

"Aku akan menyiapkan keperluan mu untuk mandi" Senna mengikuti langkah Jaehan ke arah walk in closet kamar mereka.

"Berhenti bertingkah sebagai seorang istri" Ucap Jaehan tanpa menoleh ke arah belakang.

"Kita tidak akan satu rumah lagi, jika kau ingin menemui Jaena datanglah ke apartment atau rumah Eomma."

Seketika Senna menghentikan langkahnya,wanita itu tak bisa berkata-kata saat mendengar nada dingin yang keluar dari bibir suaminya.

"Kau sudah menandatangani surat yang aku beri beberapa hari lalu?" Jaehan membalikan tubuhnya menghadap Senna.

Pandangan Jaehan jatuh pada Map coklat di atas meja sebelah ranjang. Pria itu langsung melangkah mengambil map yang ia lihat.

"Kau belum menandatangani-nya?" Jaehan menoleh ke arah Senna yang sejak tadi berdiri diam di posisinya.

"Tanda tangan sekarang, aku akan membawanya . Dan untuk persidangan nanti kau tidak perlu datang karena semua sudah di bantu oleh pengacara ku,ja~~~"

"Apa kau ingin secepat ini berpisah dengan ku? Apa kau begitu tidak ingin melihat wajah ku lagi? Apa aku begitu menjijikan di matamu hingga kau selalu menjaga jarak saat bersama ku?"

Senna memotong kalimat Jaehan, wanita itu menatap dalam mata suaminya. "Kenapa kau selalu membahas perpisahan saat kita bersama!?" Teriak Senna.

"Apa masih ada yang bisa kita bahas selain perpisahan? Waktu ku bukan untuk mu lagi, jadi aku tidak akan membuang waktu berbicara denganmu"

Jaehan melangkah mendekat ke arah Senna. "Tanda tangan sekarang" Tangan Jaehan mengulurkan map coklat dan bolpoin di tangannya ke arah Senna.

Senna menghapus kasar air mata yang membasahi pipinya, mengambil dengan kasar map di tangan Jaehan. Wanita itu menahan isakannya,dengan tangan yang bergetar kini Senna mulai menandatangani surat perceraiannya dan Jaehan.

Senna melempar kasar kertas ditangannya ke arah dada Jaehan. "Aku akan pergi dari sini,jadi kau tidak perlu pindah ke apartment. Aku tidak akan menuntut apa-apa atas perceraian kita ini, dengan begitu keinginanmu untuk menyingkirkan ku dari hidupmu akan lebih mudah" Senna dengan susah payah menahan air mata yang sejak tadi mendesak memenuhi pelupuk matanya.

Wanita itu berbalik melangkah ke arah walk in closet untuk mengemasi semua barang-barangnya.

"Kau akan tinggal dimana?"

Langkah Senna terhenti saat mendengar pertanyaan dari Jaehan. "Kenapa kau bertanya hal itu?" Tanya Senna balik. "Kau tidak usah khawatir, aku pastikan kau tidak akan pernah melihat wajah ku lagi"

Wanita itu melanjutkan langkahnya tanpa menunggu balasan dari Jaehan. Senna saat ini tak bisa menggambarkan seberapa sakit hatinya, bahkan untuk bernafas pun Senna begitu sulit. Semenyakitkan ini rasanya saat kehadiran dirinya begitu tak diinginkan.

____________

Yunra keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya, kini Yunra melangkah mendekat ke arah ranjang. "Ini?" Yunra memicingkan matanya saat melihat beberapa botol obat tidur yang ada di meja kecil sebelah ranjang.

Yunra mengigit bibir bawahnya,tiba-tiba rasa bersalah menyelimuti dirinya. "Apa dia juga terluka karena semua ini?" Gumam Yunra.

Yunra kembali mengingat semua kalimat yang ia ucapkan pada Sehun beberapa jam yang lalu."Apa aku terlalu egois?" Yunra kembali di buat bimbang dengan perasaanya.

"Ra..."

Yunra tersentak kaget saat merasakan sentuhan di bahunya. "Sehun?" Kaget Yunra,tangannya bergerak menyembunyikan botol obat tidur Sehun di belakang tubuhnya.

"Aku harus menyelesaikan pekerjaan ku di ruang kerja, kau bisa tidur lebih dulu" Ucap Sehun, nada pria itu terdengan berbeda dari biasanya.

"Kau tidak akan tidur disini?"

Sehun menggeleng. "Aku tau keberadaan ku membuat mu tidak nyaman saat ini" Sahut Sehun dengan senyum tipisnya.

Yunra ingin menahan langkah Sehun saat suaminya itu melangkah menjauh keluar dari kamar, namun entah kenapa Yunra menahan niatnya. Kini Yunra membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang biasanya ia tempati bersama dengan Sehun. Yunra menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

Tanpa Yunra Sadari, menit demi menit telah ia sia-siakan hanya untuk memikirkan semua hal yang memenuhi pikirannya. Tiba-tiba gadis itu beranjak dari ranjang,melangkah cepat keluar dari kamar menuju ruang kerja suaminya.

Yunra membuka pintu ruang kerja Sehun dengan kasar. "Sehun?" Panggil Yunra saat tak menemukan keberadaan suaminya.

Kaki gadis itu kini melangkah keluar dari rungan kerja Sehun, menuruni tangga dengan langkah cepat. "Sehun!" Panggil Yunra saat dirinya telah sampai di lantai dasar rumah.

"Sehun...." Panggil Yunra lagi, kini langkah kaki gadis itu menuju ke arah kolam berenang.

Yunra mulai panik saat tak menemukan Sehun di taman belakang rumah, bahkan suaminya tak ada di ruang tengah. Yunra kini melangkah lebar ke arah dapur.

Langkah gadis itu seketika terhenti saat melihat Sehun yang duduk di lantai dapur, persisi di tempat dirinya tadi menangis meluapkan perasaannya pada Sehun beberapa jam yang lalu.

"Sehun.." Kini Yunra bersimpuh,mensejajarkan posisinya dengan Sehun.

Sehun mengangkat kepalanya membalas tatapan Yunra. "Maafkan Aku,Ra.." Lirih Sehun.

Yunra tersenyum, gadis itu menangkup wajah Sehun. "Aku akan selalu memaafkan mu"

Tatapan mereka saling bertemu, untuk kesekian kalinya Yunra kembali bimbang. Perasaannya begitu mudah berubah jika bersangkutan dengan Sehun,dengan mudah hatinya memaafkan setiap kekecewaan yang Sehun beri padanya. Yunra ingin egois tapi gadis itu tak pernah bisa, Yunra sejak awal sudah kalah dengan perasaan yang ia miliki untuk Sehun.

"Maaf,seharusnya aku tidak meluapkan perasaanku padamu tadi"

Sehun menggeleng,kini kedua tangan pria itu membingkai wajah Yunra. "Jangan meminta maaf, aku yang harusnya meminta maaf pada mu. Aku begitu menyakitimu selama ini,mengabaikan perasaan mu. Aku terlalu sibuk menepis setiap rasa yang selalu kau beri pada ku,aku bingung,Ra! Aku terjabak dalam situasi yang aku ciptakan sendiri"

Sehun menjatuhkan kepalanya di bahu Yunra, pria itu kini begitu kalut dengan pergulatan batin dan penyesalannya. Hingga tanpa Sehun bisa cegah air matanya kini telah membasahi bahu Yunra.

"Apa sekarang kau mengerti?" Sehun kini menuntun Yunra untuk berdiri dari posisinya. "Aku memiliki rasa yang sama dengan mu, tanpa aku sadari karena kehadiranmu aku mampu keluar dari kesalahan yang selama ini aku lakukan, kau mampu menghapus posisi Senna di hati ku" Sehun menjeda kalimatnya,tangan pria itu kini menggengam erat kedua tangan Yunra.

"Tapi aku selalu menepis semua itu, akalku selalu menolak di saat hati ku mulai menerima setiap rasa yang kau beri padaku, aku terlalu takut semakin menyakitimu." Sehun tertawa hambar di akhir kalimatnya.

"Dan aku kini sadar, semua yang aku lakukan padamu hanya akan berakhir dengan luka di hati mu, aku selalu berusaha memperbaiki semuanya tapi pada akhirnya aku terus menerus mengecewakan mu"

" Ak~~"

"Aku belum selesai bicara" Sehun memotong kalimat Yunra. "Saat ini aku sama sekali tidak pantas mengatakan hal ini padamu , tapi aku hanya ingin kau tau"

Sehun mengecup lembut dahi Yunra,pria itu seolah menyalurkan perasannya melalu kecupan yang ia beri pada istrinya. "Aku mencintai mu, sangat mencintaimu hingga aku tidak bisa mengungkapkan seberapa besar perasan ku untukmu."

Sekuat mungkin Yunra menahan air matanya, untuk kali ini gadis itu benci dengan takdir hidupnya. Takdir menjebak dirinya dalam situasi ini, di saat Yunra siap untuk melupakan kenapa tiba-tiba Sehun menghancurkan keyakinannya itu. Yunra seolah ingin lari, ingin melupakan semua hal yang membuatnya gila.

Saat Sehun bakan menarik tubuh Yunra kedalam pelukannya, dengan cepat Yunra melangkah mundur. "Kau mencintai ku?" Tanya Yunra.

"Sangat mencintai mu" Sahut Sehun.

Yunra tersenyum miring. "Tapi sekarang aku tidak mencintai mu"

Yunra memutuskan untuk berhenti kalah dengan perasannya, gadis itu tidak mungkin bisa terus menerus tersakiti hanya karena rasa cintanya.

Yunra harus mengambil satu keputusan untuk pergi atau tetap tinggal. Gadis itu tau Sehun tidak mencintainya,pria itu hanya merasa bersalah dan menyalah artikan perasaannya yang telah terbiasa dengan kebersamaan mereka.

Yunra tidak ingin jatuh untuk kesekian kalinya, Mengakhiri semuanya adalah keputusan terbaik. Jika di beri kesempatan untuk mencegah luka baru kembali hadir, kenapa harus menyia-nyiakan kesempatan itu.

Sehun terdiam,pria itu seolah merasakan hantaman kuat di dadanya membuat dirinya kini sulit bernafas. "Kau ingin mengakhiri semuanya?" Yang langsung di jawab anggukan oleh Yunra.

"Jangan katakan alasan mu, aku mengerti dengan keputusan yang kau ambil" Sehun memotong bergerakan bibir Yunra.

"Baiklah jika kau ingin semuanya berakhir, kita akan berpisah "

Kedua tangan Yunra terkepal kuat di balik tubuhnya. "Terimkasi untuk semuanya, aku harap kita bisa sama-sama bahagia setelah ini" Yunra tersenyum di akhir kalimatnya.












VOTE AND COMMENTS💋
-Ingga.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 82.5K 36
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
476K 1.5K 9
Katya Shelomita memiliki insekuritas tinggi terhadap salah satu bagian tubuhnya sejak dia menginjak bangku SMP. Gadis manis yang mungil itu kehilang...
306K 2.7K 18
WARNING 21+ **** Jeriko mesum, Jeriko sangean, Jeriko nafsuan. Jeriko sudah memiliki lebel yang sangat buruk dalam otak Keyna. Tapi, kenyataan dunia...
157K 10K 22
Akankah kisah tragis terulang kembali? °°° 'Hikayat cinta Sang Iblis', lanjutan dari cerita 'Di bawah naungan Sang Iblis' Cover by Pinterest and Me