Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PRESENT : Twenty Five.

802 150 9
By clvrxxmnky

Sudah enam jam sejak matahari meninggalkan langit dan berganti tugas dengan bulan separuh yang kini bersinar di antara kegelapan malam.

Jalanan lengang. Meski dikenal dengan sebutan kota yang tak pernah tidur, nyatanya tak banyak orang melakukan aktivitas di tengah malam. Sebagian besar orang lebih memilih menghabiskan malam dibalik selimut tebal dengan mata terpejam dibanding berlarian seperti apa yang Chan dan Hannah lakukan semenjak turun dari taksi.

Tanpa menghiraukan para petugas yang berjaga malam, Chan terus berlarian sampai derap langkahnya menggema di sepanjang koridor rumah sakit yang saat itu sudah sepi. Hannah berada tepat di belakangnya. Sesekali gadis itu membungkukkan badan untuk meminta maaf kepada para petugas atas keributan yang terjadi sebelum menyusul sang kakak yang tak sedikit pun mau memperlambat langkahnya.

Bahkan ketika Tuan Bang yang tengah berdiri memandangi kaca jendela besar yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang ICU terlihat, langkah Chan masih sama cepatnya. Chan tak peduli jika derapnya sukses membangunkan sang ibu, Lucas, dan Deokmi Ajhumma yang baru terlelap di kursi tunggu beberapa waktu lalu.

“Papa, Yeeun—” ucapan Chan seketika terhenti, begitupula dengan langkah kakinya sesaat setelah menemukan apa yang sedaritadi dipandangi sang ayah di balik kaca jendela.

Tubuh Chan melemas seketika. Pemuda itu hampir meluruh ke bawah jika saja sang ayah tidak segera menahannya atau salah satu tangannya tidak segera menggapai pinggiran jendela.

“Yeeun ....” lirih Chan memanggil nama gadisnya yang terbaring di dalam sana.

Chan menggeleng keras, berusaha untuk tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun seberapa keras pun Chan menggelengkan kepala untuk tidak percaya, apa yang dilihatnya tetaplah nyata. Seberapa keras pun Chan menggelengkan kepala, apa yang ada di dalam sana tidak akan berubah. Seberapa keras pun Chan menggelengkan kepala, yang ada di dalam sana tetaplah sama.

Tetap Park Yeeun.

Gadisnya.

“Yeeun … Hiks …”

Di balik kaca jendela, gadisnya tak sedikit pun terlihat baik-baik saja. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus bahkan jika dibandingkan dengan foto yang siang tadi Lucas kirim. Kulitnya pucat kesi dengan ruam-ruam kebiruan yang tampak begitu menyakitkan. Rambut-rambutnya yang baru tumbuh di kepala terlihat tak rata seolah memberitahu Chan bahwa kerontokan yang gadisnya alami sangatlah parah.

Pun belalai-belalai plastik yang menancap hampir di seluruh bagian tubuhnya menandakan bahwa kini hidupnya amat bergantung pada alat-alat medis yang mengelilinginya.

“Maafkan aku … Hiks … Yeeun, maafkan aku …”

Detik selanjutnya Chan tak lagi sanggup berdiri. Tubuh Chan benar-benar meluruh ke bawah. Tangisnya yang pecah seketika menggema. Tak henti-hentinya Chan meruntuki diri atas apa yang terjadi pada gadisnya. Berulang kali Chan membenturkan kepala ke dinding karena rasa bersalah.

"Chris, ini bukan salahmu," Tuan Bang berucap selagi tangannya berusaha menghentikan Chan yang akan kembali membenturkan kepala, "berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

“Tapi ini salah Chris, Pa! Chris sudah janji untuk selalu ada di sisi Yeeun. Chris sudah janji untuk selalu menemani Yeeun. Chris sudah janji, Pa! Chris harusnya enggak ninggalin Yeeun! Chris harusnya enggak pergi! Chris harusnya tetap di sini! Tapi Chris malah pergi, Chris malah—”

Tuan Bang menarik tubuh anaknya, membawanya ke dalam dekapan erat. “Ini bukan salahmu, Chris. Sama sekali bukan salahmu.”

Di dalam dekapan sang ayah, tangis Chan kembali pecah. Tangisnya yang amat memilukan terdengar lebih keras dari sebelumnya. Chan masih terus menyalahkan diri atas apa yang terjadi pada Yeeun dan Tuan Bang membiarkannya.

Untuk beberapa waktu yang cukup lama Tuan Bang membiarkan Chan melepaskan semuanya di sana.

"Pa," meski sudah teramat serak Chan memaksakan diri untuk bersuara. Pelukannya direnggangkan agar bisa menatap wajah sang ayah, "Yeeun pasti akan baik-baik saja, 'kan? Yeeun masih punya kesempatan untuk sembuh, 'kan? Yeeun masih bisa kembali seperti semula, 'kan?"

Tuan Bang diam. Tak beri sekedar anggukan atau gelengan kepala sebagai jawaban. Ada rasa sesak ketika mendengar semua pertanyaan yang Chan ajukan. Terlebih saat Chan bertanya, "Chris dan Yeeun nantinya akan tetap menikah, 'kan, Pa?"

×××

Adalah cahaya matahari yang pertama kali menyapa ketika Chan menyibak gorden kamar rawat gadisnya. Terhitung sudah satu minggu sejak Chan tiba di Seoul dan sudah tiga hari sejak Yeeun keluar dari ruang ICU setelah--untuk kesekian kali--berhasil melewati masa kritisnya, meski hingga detik ini belum ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan bangun.

Perkiraan Lucas benar. Gadis itu tertidur lebih lama dari biasanya.

“Selamat pagi, Yeeun,” sapa Chan yang kemudian mendekat untuk beri ciuman panjang di kening gadisnya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, sapaan Chan tak mendapat respon selain bunyi ‘pip’ dari mesin pendeteksi detak jantung si gadis. Chan tak masalah. Setiap pagi Chan tetap menyapa dengan senyum lebarnya dan membelai helai-helai gadisnya penuh kehati-hatian. Pun tanpa pernah bosan Chan pandangi wajah gadisnya penuh puja.

Meski penampilan Yeeun kini jauh berbeda dari yang terakhir kali Chan temui, meski helai-helai hitamnya kini tak sebanyak dan sepanjang yang terakhir kali Chan lihat, meski kulitnya kini jauh lebih pucat dari kulit Chan sendiri, Yeeun tetap cantik. Secantik yang Chan ketahui.

Bukan karena Chan buta, tetapi karena sebegitu besar rasa cinta dan rindu kepada gadisnya.

“Apa mimpimu indah?” tanya Chan setelah menarik kursi dan mendudukkan dirinya di samping ranjang Yeeun, “Seindah apa sih mimpi kamu sampai kamu betah tidur selama ini? Memangnya kamu enggak kangen sama aku, hm? Padahal aku kangen banget loh sama kamu sampai-sampai enggak bisa tidur.”

Bunyi ‘pip’ dari mesin pendeteksi detak jantung masih setia merespon semua ucapan Chan yang kini meraih salah satu tangan Yeeun yang bebas dari selang infus. Sama seperti yang Chan lakukan pada helai-helainya, tangan yang kini lebih kurus itu dibelai penuh kehati-hatian. Sesekali juga tangan itu Chan bubuhkan kecupan kasih sayang.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Chan yang terduduk di samping ranjang gadisnya akan bercerita. Menceritakan berbagai hal mulai dari masa kecil yang mereka lalui bersama, keseharian Chan yang sibuk selama di Australia, sampai susunan lego milik Lucas yang Chan susun di sana--seperti yang selalu Chan lakukan dulu.

Chan tak pernah berubah, begitupula dengan keyakinannya bahwa Yeeun akan baik-baik saja.



Chris dan Yeeun nantinya akan tetap menikah, ‘kan, Pa?”

"Chris,” bukan sang ayah yang bersuara, melainkan ibunya yang mendekat dan ikut berjongkok untuk menyamakan tingginya, “apapun yang terjadi pada Yeeun bukanlah salahmu.”

Chan menggeleng kuat. Wajahnya masih basah oleh air mata meski isakannya telah mereda.

“Bukan itu yang mau Chris dengar, Ma, bukan itu!”

Adalah bohong jika Chan mengatakan bahwa ia tidak takut. Bohong jika Chan mengatakan bahwa ia tidak kalut.

Chan sungguhan takut. Chan sungguhan kalut.

Melihat gadisnya yang terbaring tak berdaya di ruang ICU dengan deretan belalai plastik yang menancap hampir di seluruh tubuhnya jelas membuat Chan takut. Melihat gadisnya yang tidak sedikitpun baik-baik saja jelas membuat Chan kalut.

Chan takut kehilangan gadisnya. Chan takut kehilangan cintanya. Namun Chan tak tahu apalagi yang harus ia lakukan selain meyakinkan dirinya sendiri bahwa gadisnya akan baik-baik saja.

Katakan kalau Yeeun akan baik-baik saja, Ma, Pa.

“Chris--”

“Tolong katakan ...” mohon Chan dengan sangat, "Meski semua itu enggak benar tapi tolong katakan … Chris bakal tetap percaya meski semua itu hanya kebohongan … So please ... Katakan kalau Yeeun akan baik-baik saja.”

“Iya, Yeeun akan baik-baik saja.”



“Kata Lucas kamu nunggu aku pulang,” sekali lagi Chan kecup tangan gadisnya, “Aku sudah pulang, Sayang. Jadi kamu cepat bangun, ya?”

Chan masih memandangi wajah Yeeun ketika ponselnya nyaring berbunyi. Chan menoleh ke arah nakas dimana ponselnya yang menyala selama beberapa saat berada. Chan terpaksa beranjak untuk memeriksa ponselnya, tetapi sesaat kemudian menghela napas mendapati pesan yang tidak terlalu penting baginya.

Ponselnya kembali dimatikan dan ditaruh ke tempat semula. Chan baru akan kembali ke kursinya ketika tangannya tanpa sengaja bersinggungan dengan bingkai foto yang ada di atas nakas. Beruntung, berkat gerakan tangannya yang cepat bingkai foto itu tidak sampai jatuh.

Chan tersenyum ketika memandangi fotonya dan Yeeun yang diambil di ayunan menggunakan kamera milik Yugyeom belasan tahun lalu. Dan senyum Chan kian melebar tatkala sebuah kotak bernuansa merah dan putih yang terbentuk dari potongan-potongan lego ditemukannya di atas nakas yang sama.

Bingkai foto itu dikembalikan ke tempatnya sementara kotak yang sebelumnya tertutupi bingkai foto diraih oleh Chan. Senyum masih terpatri indah di wajah ketika tangannya bergerak untuk membuka kotak tersebut.

Di sanalah Chan menemukan satu cincin yang biasanya tersemat di jari manis Yeeun.

Cincin itu tak berubah. Begitupula dengan ukiran nama lengkap Chan di dalamnya.

Cincin itu tak berubah. Begitupula dengan cincin yang selama ini Chan gunakan, dimana di dalamnya pun terukir nama lengkap gadisnya.

Cincin itu adalah cincin yang Chan sematkan beberapa tahun lalu sesaat setelah Yeeun beri anggukan kepala sebagai jawaban iya atas pinangannya.

Hi^^~ aku kembali setelah sekian lama~
Sudah siap belum nih ketemu banyak part PRESENT? Harus siap dong xixixi

Anw, thank you for reading, don't forget to vote and comments if this story leaves an impression on you💕

Love you and see you next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

101K 9.8K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
15.3K 1.3K 26
DI TULIS SEBELUM SAYA MEMAHAMI KAIDAH PENULISAN YANG BENAR Hana terbangun di Zaman Edo. Apa Hana kembali ke masa Lalu,? mengapa semua orang memanggil...
105K 15.5K 27
tanggung jawab bro, tai gua masuk lagi
650K 143K 68
Di dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa...