Hurts

By journalsfour

35K 1.9K 148

"If you love two people at the same time, choose the second one. Because if you really love the first one. Yo... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
CAST
Part 14
Part 15
Part 16
PART 17
PART 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22

Part 7

1.5K 95 6
By journalsfour

Raysha POV

In phone

"Gila ya lo? Apa sedeng? Apa jangan jangan lo stress?!" Teriak orang yang ada di seberang sana.

Aku memutar bola mataku jengah. "Gue seutuhnya normal. Cuma, otak gue aja nih yang kekecilan"

"Gedein makanya! Emang buat apaan sih lo nyuruh gue ke sana? Besok lagi! Jauh bego dari sini ke sana! Atau jangan-jangan lo kangen ya sama gue?"

"Iye gue kangen sama lo. Yaudah pokoknya lo besok harus ke sini!!! Gak ada tapi-tapi an!" Paksaku.

"Gue saranin lo periksa ke dokter jiwa besok. Sekolah gue gimana? Dikira ngurus sekolah gampang apa?" Timpalnya kesal.

"Udah itu gampang. Tinggal ikut omongan gue aja. Masalah urus-mengurus sekolah serahin aja sama gue. Jangan kayak orang susah deh lo. Lagian udah lama lo gak ke sini masa lo gak kangen ama gue?"

"Iya juga sih bosen gue di sini. Yaudah deh. Tapi serius nih? Lo yang ngurus sekolah gue sampe tuntas ya."

"Nah gitu dong. Masalah sekolah lo mah gampang tenang aja,"

"Oke." Dia menutup teleponnya.

Sebelum dia menutup telponnya aku sempat mendengar bunyi bel sekolah. Mungkin sekarang ini pagi disana.

Mataku terasa berat. Sepertinya aku harus tidur. Aku melihat jam didingku yang menunjukkan pukul 19.15 masih jam 7 malam tapi aku sudah mengantuk. Aku memejamkan mataku dan aku pun terlelap ke zona mimpiku.

Kate POV

Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku bangun sekitar jam 06.05. Aku tidak mau kejadian aku-telat-lalu-dihukum-dan-pingsanku terulang lagi.

5 menit kemudian aku sudah lengkap dengan seragam dan tas sekolah. Aku mengambil kunci mobil yang berada di atas meja belajarku, dan langsung turun ke bawah.

Aku berhenti di ruang tamu. Tidak ada tanda-tanda Katy disini. Mungkin ia sudah berangkat. 

Aku mengangkat kedua bahuku. Siapa yang peduli?

"Kate," Langkahku terhenti mendengar seseorang yang memanggilku. Aku membalikkan badan dan aku melihat Katy sedang berdiri di depan pintu ruang makan sambil mengenakan celemek masak bermotif bunga-bunga. Aku mengerutkan keningku. Katy? Masak?

Katy melepas celemeknya. "Mau kemana? Sarapan dulu ntar lo pingsan lagi kaya kemaren lusa."

'Iya juga' Pikirku.

Aku berjalan ke arah ruang makan dan duduk di bangku paling ujung. Katy menaruh sepiring sandwich selai blueberry di hadapanku, dan sandwich selai kacang di meja sebelahku. Setelah itu Katy menarik bangku di sebelahku dan mendudukinya.

Aku mengerutkan keningku melihat makanan di hadapanku ini. "Sandwich? Cuma ini?"

Katy menoleh ke arahku dan tersenyum simpul. "Yep."

"Kenapa lo pake celemek tadi? Kan cuma sandwich," Tanyaku heran.

Katy mulai melahap sandwichnya. "Gue gak mau seragam gue kotor" Katanya di sela-sela kunyahannya.

Aku memutar bola mataku malas. Mana mungkin sandwich bisa ngotorin seragam lo Katy.

Aku mulai memakan sandwichku dengan sangat lahap. Mungkin aku kelaparan. Ya tentu saja karena, pertama, Raysha mengingatkanku kalau aku punya janji dengannya di saat yang tidak tepat kemaren. -saat aku sedang makan-

Dan kedua, semenjak aku pulang dari rumah Raysha kemaren aku langsung pergi kekamar, tidur dan tidak makan malam. Itu artinya aku dan Katy tidak bicara apa-apa setelah aku pulang dari rumah Raysha. Jadi usaha Katy memohon padaku untuk pulang dan menemaninya di rumah sia-sia karena aku tidak menemaninya sama sekali.

"Lo harus sarapan dulu sebelum berangkat ke sekolah. Ntar kalo lo pingsan lagi, nyusahin orang lain tau gak?" Kata Katy memecah keheningan.

Aku berhenti mengunyah sandwichku. "Lo tau dari mana kalo gue pernah pingsan di sekolah?"

"Sergio yang ngasih tau gue." Jawabnya.

Pipiku memanas mengingat kejadian itu. Aku menundukkan kepalaku dan kembali mengunyah sandwichku. "Lagian itu bukan sepenuhnya salah gue karena gak sarapan. Sebenernya gue masih kuat buat berdiri. Eh tiba-tiba ada bola yang nge-hantam gue. Kalo gak ada tuh bola pasti gue gak bakalan pingsan." Jelasku ralat cerocosku panjang lebar.

"Mmh.... Iya iya bawel" Balas Katy sambil memutar matanya bosan.

Aku menggidikkan bahuku. Dan melanjutkan makanku yang sempat tertunda.

"Sergio keberatan gendong lo tau gak."

Pipiku kembali memanas. 'Sergio juga bilang kalo dia gendong gue?' Jeritku dalam hati.

Aku menundukkan kepalaku lebih dalam lagi agar Katy tidak bisa melihat wajahku yang memerah ini. "Siapa yang nyuruh dia buat gendong gue?" Aku berusaha terlihat acuh jika ngomongin soal sergio. "Lagian---"

"Ya ya ya whatever you say. cerewet dasar" Potong Katy yang langsung pergi meninggalkanku.

Aku hanya mendengus kesal. Sebenarnya aku bertanya-tanya kenapa Katy tidak cemburu atau memarahiku karena pacarnya sudah menggendongku? Ah mungkin Katy percaya 100% sama Sergio atau semacamnya, itu bukan urusanku. Tentu saja.

********

Kringggggggg

Bel masuk berbunyi. Aku berjalan menyusuri lorong-lorong yang ramai dengan akan-anak ini. Kenapa anak-anak belom pada masuk? Aku menghiraukannya dan terus berjalan hingga akhirnya aku sampai di depan kelasku. Kelas sudah ramai. Aku masuk dan menaruh tas sekolah di mejaku.

"Kate!! Akhirnya lo dateng juga, gue kira lo mau di hukum lagi terus pingsan lagi biar bisa di gendong lagi ama dia" Goda Raysha sambil terkekeh.

Aku menghiraukan godaannya dan duduk di sebelahnya. "Hai juga! Ada pr gak?" Tanyaku riang.

Dia mengetuk-ngetukkan jarinya di dagunya terlihat seperti orang bepikir yang menurutku itu malah membuatnya terlihat konyol.

"ADA!!!!" Pekiknya histeris.

Aku mendengus. "Gak usah histeris juga kali. Pr apaan?"

Raysha mengerutkan keningnya. "Biologi. Emang lo gak ngerjain? Biasanya rajin." Ucap Raysha sambil mengambil buku biologinya dan memberikannya kepadaku.

Aku merogoh tasku mencari buku biologi dan pulpen lalu mengeluarkannya. "Belum, males." Jawabku enteng.

Raysha menyipitkan matanya. "Tumben. Jangan-jangan lo masih kepikiran kejadian di mobil itu ya??" Godanya lagi.

Aku memutar bola mataku, berusaha tidak peduli. "Gak lah! Gue gak ngerjain pr gara-gara gue kemaren pulang dari rumah lo langsung tidur. Lagian gue mau move on dari dia dan gue udah anggep kejadian kemaren itu gak ada apa apanya." Jawabku sambil mengambil buku yang dia berikan dan menyalinnya di buku ku.

"Kok secepet itu sih? Biasanya orang move on itu kan susah. Tapi lo kayak ngebalikin telapak tangan sih? Padahal semalem lo masih blushing loh gara-gara godaan maut gue!" Tanyanya bingung.

"Gue gak tau. Tapi emang itu yang gue rasain kemaren pas di mobil sama dia," Jawabku enteng sambil menyalin pr Raysha. "Dan soal godaan maut lo, gue emang selalu blushing kalo digodain."

"Jangan-jangan lo itu gak beneran suka sama dia?" Raysha mendekatkan wajahnya ke arahku sontak aku menjauh.

Aku mengerutkan kenigku. "Maksud lo?" Tanyaku yang masih berkonsentrasi menyalin pr Raysha.

"Maksud gue, lo itu cuma suka sama sergio, maksud gue bukan suka dalam artian cinta, Tapi suka dalam artian kagum. Kalo lo emang beneran cinta sama dia, lo gak bakalan bisa move on sama orang yang lo cinta segampang dan secepet itu." Jelasnya dengan tampang sok bijaknya.

Aku menghentikan aktivitas menulisku. "Mungkin lo bener. Tapi gue gak mau mikirin soal itu. Biar ini semua berjalan dan gue tinggal nikmatin alur hidup gue aja." Kataku sambil melanjutkan aktivitas tadi.

Raysha menepuk pundakku. "Ya, gue setuju sama lo. Dengan lo kayak gitu, mungkin bakal ngurangin rasa sedih dan galau lo. Gue yakin suatu saat lo pasti bahagia tanpa ice prince itu. Pasti bakal ada cowok yang jauh lebih baik dari dia." Ucap Raysha menyemangati ku.

Aku menoleh ke arah Raysha dan aku melihatnya tersenyum ke arahku, dia sungguh sangat manis saat tersenyum. Aku membalas senyumannya dengan semanis mungkin. Entah kekuatan dari mana tapi aku merasa sedikit lega dengan ucapannya tadi. Dia selalu bisa membuatku merasa lebih baik, aku rasa aku beruntung bisa memiliki sahabat seperti dia walaupun dia memiliki otak yang sama besarnya dengan otak udang. Tapi aku menyayanginya. Walaupun aku tidak tau siapa cowok yang ia maksud. Namun aku juga harus yakin kalo nanti aku juga akan merasakan kebahagiaan yang entah kapan datangnya.

"Woy!!!!!!" Seru Raysha mengejutkanku. "Hahahaha"

Aku tergelak dari tempatku duduk dan melihat Raysha yang sedang terbahak bahak.

Aku mengerucutkan bibirku. "Iseng banget sih lo!" Dengus ku sambil memukul bahunya pelan.

"Abis muka lo lucu banget tadi pas gue kagetin" Ucapnya sambil berusaha meredamkan tawanya.

Aku memutar bola mataku. Dan mengalihkan pandangan ke buku ku dan melanjutkan acara menyalin yang tertunda. "Udah ah jangan ngetawain gue lagi."

Raysha berhenti tertawa. "Iya-iya. Eh btw lo nanti ke rumah gue lagi ya?"

Aku mengerutkan keningku. "Males ah"

Raysha mendekatkan diri ke arahku mengalungkan tangannya ke lenganku. "Pleaseeee" Mohonnya dengan puppy eyes andalannya.

Sontak aku langsung menjauhkan diriku dan melepaskan tangannya. "Apaan sih lo!" Ucapku jijik. Tentu saja aku jijik. Kami terlihat seperti lesbian kalo seperti ini.

Aku menoleh ke arahnya. "Pleaseeeee" Mohonnya lagi. Tidak menghilangkan puppy eyes sialan itu.

Aku berdecak kesal. "Ckckck .. Iya iya!"

"Yeayyyyy!!!!!! Love you Kate, muachhhh" Raysha melompat dari tempat duduknya dan langsung mencium pipiku.

Aku mengelap bekas ciuman Raysha di pipiku. "Ewwwhh stop it!!!!!!" Yang benar saja kami terlihat seperti lesbian sungguhan sekarang.

"Hehe sorry." ucap Raysha sambil menunjukkan 2 jarinya.

Aku memutar bola mataku. "Baru beberapa detik yang lalu lo ngomong bijak sama gue. Sekarang balik lagi dah otak udangnya"

"Hehehehe, biar lah." Ucap Raysha sambil terkekeh. Aku hanya menggelengkan kepalaku.

************

A/N :

PART 7 SELESAI!!
JANGAN LUPA VOMMENT SEPERTI BIASA.
SORRY FOR TYPO DAN GAJE PART.
MAKASIH. -S

Continue Reading

You'll Also Like

646K 43.6K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
810K 70.5K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2M 109K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 224K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...