Jelita
ojuuuuun
Dejun
apa tataaaa
Jelita
gucci udah pulang!!!
Dejun
ohya? akhirnyaa
mana coba aku mau liat gucci
Jelita
Jelita
lagi mimi🥺
Dejun
kamunya mana
Jelita
hah gak kemana2...
Dejun
maksud aku foto bareng sama gucci dong🤪
Jelita
ih gamau lagi jelekkk
Dejun
emang pernah cantik?
Jelita
😠😠😠😠
marah nih
Dejun
WKWKWK
jangan dooong
ayo foto sama gucci
Jelita
gucci gemesss
Dejun
lucu dua duanya
yeeey selamat gucci akhirnya sembuh!
Jelita
makasih kokoh dejuuun
-gucci
Dejun
salam dari bella
●●●●●
"Dejun, Maaf. Lama ya nunggunya?"
Sebuah suara mengalihkan pandangan Dejun dari ponselnya. Lelaki itu sedang terduduk di lobi bioskop. Dejun kemudian menoleh dan melemparkan senyuman ke gadis itu.
"Ya... lumayan. Sampe aku bosen."
Raut wajah gadis itu langsung khawatir, nampak merasa sangat bersalah. Ia langsung duduk di sebelah Dejun dan menatap lelaki itu.
"Dejun, maaf.... Tadi aku—"
"Bercanda." potong Dejun sambil mencubit pipi gadis yang memakai sweater biru tua itu.
"Ih, beneran tadi aku lama banget nunggu driver-nya,"
Dejun tersenyum simpul, "Iya, Tataaa. Gak apa-apa. Aku juga baru sepuluh menitan."
"Beneran?"
"Iya, suer." kata Dejun lagi. "Lagi kamu aku tawarin jemput gak mau,"
Jelita menggeleng, "Rame banget tadi rumah Eyang aku. Nanti kamu kena pertanyaan macem-macem kan ribet,"
Dejun tersenyum mengangguk mendengarnya. Hadeeeh, cuma sama Jelita doang dia bersikap manis. Coba ke anak Pancabintang atau Skywings, semuanya berlomba-lomba pengen mendorong Dejun ke lembah black hole saking nyebelinnya cowok ini.
Gapapa, namanya juga jatuh cinta.
Mereka berdua hari ini sedang berkencan yang ke sekian kalinya. Kali ini jadwalnya menonton film, yaitu Ant-Man and The Wasp. Hehe kencan aja dulu, jadiannya mah nanti.
"Seat-nya di mana, Jun?"
"A1 sama A2."
Jelita melotot, "Hah? Atas banget dong?! Kok pilih pojok?"
Lah iya juga paling pojok.
"Asli dapetnya cuma di sini, Ta. Tadi ada di tengah tapi cuma satu gitu gak ada yang berdua. Paling malah di depan kalo yang masih avail. Tapi kamu kan gak suka di depan,"
"Iya sih lebih mending di belakang dari pada paling depan...."
"Kalo di tengah cuma sendiri-sendiri adanya. Nanti kamu gak bisa nyender ke aku dong?"
"Ih, apa sih!"
Kenapa ya Dejun langsung deg-degan sendiri begitu sadar kalau kursi bioskop yang ia pilih itu beneran di atas dan paling pojok. Literally beneran pojok. Dejun takut sendiri nanti dia khilaf dan berbuat yang aneh-aneh.
Ya gimana sih stereotype orang-orang tentang pasangan yang kalau nonton bioskop di pojok? Ya gitu deh. Dejun sampai heran sendiri pas beli, kok ini para pasangan pezinah tumben gak milih seat maksiat ini.
Tapi untungnya ketika film diputar mereka bedua sama sekali gak menghiraukan apapun kecuali menonton. Saking enjoy-nya dengan film sampai gak kepikiran buat melakukan hal lain selain menonton sambil makan sistagor. Ya paling cuma Jelita yang menyender ke pundak Dejun selama menonton dan Dejun menyender balik.
Hehe Jelita betah soalnya Dejun wangi.
"Kamu jadi cari makanan baru buat Gucci?" tanya Dejun begitu mereka sudah selesai menonton film dan keluar teater.
Jelita mengangguk, "Iya. Mamaku bilang harus ganti makanan kata dokter di vet kemarin."
Ah iya, Gucci itu nama anjingnya Jelita. Gucci sempat sakit dan baru saja pulang dari dokter kemarin. Jelita yang memang hari ini kencan sama Dejun, sekalian berniat mencari makanan baru untuk Gucci.
"Ganti jadi apa makanannya?"
Jelita kemudian membuka ponselnya dan menjawab pertanyaan Dejun setelah melihat note. "Pro Plan, Jun,"
Dejun langsung tersenyum lebar, "Sama kayak Bella dong!"
Jelita langsung antusias, "Oh ya?" yang kemudian disusul anggukan Dejun.
"Yuk, cari mamam baru buat Gucci!"
Dejun langsung menggandeng tangan Jelita, mereka berdua berjalan ke supermarket di lantai paling bawah mall itu.
Di tengah lagi ngomongin perihal Gucci dan Bella, di benak Dejun sempat terlintas mengenai perkataan kawannya Jumat lalu.
"Tinggian Jelita daripada elu anjir, jadi aneh."
Mengingatnya, Dejun melirik perempuan cantik yang sedang ia genggam tangannya itu. Ia sedang bercerita mengenai anjingnya. Dejun mengamati gadis itu dari atas sampai bawah.
Tinggi semampai.
Tanpa Dejun sadari, ia mendekatkan dirinya dengan Jelita dan membandingkan tinggi badan dirinya dengan gadis itu yang kebetulan sedang memakai flatshoes.
Huft minder dikit. Ya walaupun sama.... Tapi gimana ya....
Dejun langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Dejun yang sadar bahwa dirinya baru saja memikirkan sesuatu yang tidak berguna, langsung membuang perkataan kawannya itu jauh-jauh. Tidak berbobot, tidak berpengaruh buat kelangsungan hubungan dirinya dengan sang pujaan hati.
Buat apa dipikirkan sih? Kan gak penting!!!! Ayo Dejun, stop overthinking!!!!
Begitu baru mau masuk ke supermarket, ada beberapa gadis yang kelihatannya masih SMP menghampiri dan memanggil Dejun.
"K-kak Arjuna bukan?!"
Dejun lantas menoleh ke mereka. Tanpa melepas genggaman tangannya.
"Iya, kenapa?"
Gadis-gadis itu tampak kegirangan mengetahui bahwa lelaki itu sungguh-sungguh Arjuna Mahardika Sultan.
"Kita fans Kakak dan suka dengerin lagu Kakak di YouTube! Boleh minta foto bareng gak, Kak?" pinta gadis itu antusias.
Satu gadis lain kemudian mengangguk-angguk sambil tersenyum girang.
Ah, kadang Dejun lupa banyak orang yang nge-fans sama dia. Saking seringnya dicengcengin sama anak Pancabintang, lupa kalau dia artis.
"Boleh," jawab Dejun ramah dan mengangguk. "Selfie?"
Kemudian Jelita memotong, "Aku aja yang fotoin sini."
Perempuan itu langsung melepas genggaman tangan Dejun dan meminta ponsel dua anak SMP itu. Ponselnya langsung diserahkan oleh mereka untuk dimintakan memotret.
Dejun mengernyitkan dahinya. "Beneran?"
Jelita mengangguk, "Iya, aku aja."
Sesi foto berlangsung. Dejun di tengah diapit oleh dua remaja SMP itu sampai akhirnya selesai.
"Makasih Kak Dejun!" ucap mereka ketika sudah selesai.
"Sama-sama, jangan lupa nanti dengerin lagu band-ku yang mau rilis, ya!" Dejun berkata ramah ke mereka.
Setelah dua orang itu pergi, mereka berdua lanjut masuk ke supermarket. Dejun sadar bahwa ada perbedaan atmosfir di antara dirinya dan Jelita sejak dua perempuan tadi meminta foto bersamanya.
Jelita sejak tadi diam saja. Padahal harusnya ia melanjutkan ceritanya mengenai Gucci. Tapi detik ini dirinya tutup mulut dan hanya berjalan lurus.
"Kamu kenapa?" tanya Dejun ke Jelita yang sejak tadi diam saja.
"Hah? Gapapa kok." jawabnya tanpa menoleh ke Dejun sama sekali.
"Kalo gak kenapa-napa kenapa mukanya bete, Tataaa?"
"Enggak kok. Aku dari tadi diem aja."
"Justru karena kamu diem makanya kayak bete,"
Jelita mendengus, "Ah ngaco kamu. Udah ayo sekarang cari Pro Plan-nya."
Jelita kemudian langsung berjalan cepat mendahului Dejun. Membuat Dejun semakin sadar bahwa ada yang tidak beres.
Dejun lantas menyusul perempuan itu. Ia berdiri menghadap Jelita yang kian membuat Jelita menghentikan langkahnya. Dejun menatap Jelita. Saat itu juga sifat usil dalam diri Dejun keluar.
"Kamu cemburu ya?" tanya Dejun dengan senyuman usil.
Jelita melotot. "Cemburu apa?"
"Ya itu tadi, sama cewek yang minta fotbar sama aku."
Jelita menggeleng, "Enggak. Aku gak cemburu."
Dejun tertawa pelan, "Bad liar...."
Sialan. Rasanya Jelita malu berat karena ketahuan cemburu melihat Dejun diapit dua cewek tadi. Pipinya merah sekarang dan matanya sama sekali gak mau menatap mata Dejun.
Dejun bertanya sambil nyengir, "Ngapain cemburu, kan mereka cuma fans aku?"
"Ya emang gak cemburu?"
"Boong banget."
"Enggaaaak, aku gak cemburu. Lagian aku kan cuma—ah." Jelita memotong kalimatnya sendiri. Enggan melanjutkan padahal Dejun sudah menunggu lanjutannya.
Jelita terdiam dan gak melanjutkan ucapannya. Ia bahkan menolehkan pandangannya ke sisi lain, asal bukan ke Dejun yang di depannya.
"Gak mau dilanjutin tuh omongannya?" Lagi dan lagi, Dejun dengan iseng menanyakan pertanyaan jebakan.
Batin Jelita pun saat itu juga urak-urakan. Dia diam seribu bahasa. Mau melanjutkan pun rasanya masih gengsi.
"Ya udah, gapapa kalo gak mau dilanjutin. Tapi jangan cemburu dong. Walau mereka bisa deket-deket aku, tapi mereka kan gak bisa kayak gini ke aku." Dejun mengucapkan kalimatnya seraya menggenggam jemari Jelita lagi. Lelaki itu tersenyum manis yang tentu saja membuat perempuan di hadapannya tersentak dan wajahnya merah padam.
"Gemes." ujar Dejun seraya mencubit hidung perempuan itu. "Yuk, lanjut cari mamam buat Gucci." Dejun menarik Jelita yang kini sedang tersenyum simpul.
Tuh kan! Dejun dimintain foto sama fansnya aja udah bikin Jelita cemburu! Berarti kan emang isi hati Jelita adalah Dejun! Jadi buat apa Dejun minder-minder gak jelas kayak tadi?
"Kalo Bella sih lebih suka yang ini, tapi menurut aku yang ini seleranya Gucci." ujar Dejun seraya memperhatikan dua buah bungkus makanan anjing di kedua tangannya.
Jelita memperhatikan lelaki beralis tebal di hadapannya itu. Wajahnya nampak sangat serius hanya untuk memilih makanan anjing untuk anjing peliharaan Jelita.
Itu dia, salah satu alasan mengapa Jelita menaruh hatinya pada pemuda Arjuna ini. Selain karena unik dan lucu, menurut Jelita laki-laki ini sangat cermat untuk semua hal. Lelaki ini peka, sensitif terhadap sekitarnya. Jelita suka itu.
Apalagi ternyata mereka sama-sama dog-person. Mereka bisa saja menghabiskan satu malam hanya untuk berbicara mengenai seekor anjing. Bahkan bisa berhari-hari kalau membicarakan anjing peliharaannya masing-masing. Dejun membicarakan Bella dan Jelita membicarakan Gucci.
Jelita sudah tak peduli dengan fakta bahwa justru semakin banyak laki-laki yang mendekatinya begitu kedekatan dirinya dengan Dejun sudah tersebar. Semua ia abaikan, hanya Dejun yang ia hiraukan.
Jelita mengamati Dejun lamat-lamat. Maniknya fokus menatap wajah tegas pemuda itu. Sampai ia tidak sadar bahwa Dejun sadar Jelita memperhatikan Dejun segitu dalamnya.
"Akunya jangan diliatin mulu dong, malu nih." celetuk Dejun yang padahal matanya tertuju ke makanan anjing kemasan.
Karena tak kunjung mendapat balasan Jelita, mata Dejun langsung menatap Jelita yang sedari tadi hanya diam saat Dejun sibuk mengoceh mengenai makanan anjing.
"Kamu masih bete?" tanya Dejun seraya meletakkan makanan anjing kemasan ke etalase semula.
Jelita tersenyum simpul, ia lalu menggelengkan kepalanya lembut. "Maaf, ya."
Dejun mengangkat sebelah alisnya. "Maaf untuk...?"
"Tadi. Padahal harusnya aku tahu diri. Kamu kan banyak fansnya. Pasti hal kayak tadi gak sekali dua kali terjadi kan? Bahkan di sekolah juga pun kamu sering diminta foto. Harusnya aku gak bersikap kayak tadi,"
Dejun speechless sesaat sebelum akhirnya ia tersenyum lembut. "Maaf juga ya, kadang aku pun gak bisa nolak, Ta...."
Jelita mengangguk, "Iya, gapapa. Kamu kan emang ramah, aku paham banget kok. Malah bagus kamu gak kelihatan sombong jadinya."
"Bener nih?"
"Iyaaa, bener. Mungkin aku cuma minder aja kalau perhatian kamu jadinya ke orang lain." jelas Jelita jujur. Kali ini ia mengenyampingkan gengsinya.
Dejun tersenyum mendengar kejujuran Jelita. Yang mana senyuman Dejun menular dan Jelita ikut-ikutan tersenyum malu.
"Kamu emang orangnya kadang terus-terang ya, Ta. Pantes aku suka."
Mereka akhirnya tertawa bersama-sama. Ternyata gak cuma Dejun yang bisa minder, Jelita juga bisa. Cewek secantik dan selembut Jelita pun bisa merasakan hal demikian.
Ah, yang namanya minder mah mau Maudy Ayunda atau Christiano Ronaldo juga pernah. Gak kenal kamu sehebat apa. Kalau kamu manusia, kamu pasti pernah minimal sekali merasakan minder.
Dejun minder sama tinggi badannya dan Jelita minder sama popularitas Dejun. Berarti... keduanya bisa saling melengkapi bukan? Asal hal itu gak dijadikan bumerang untuk keduanya kelak.
"Kamunya tahan-tahan ya kalo aku dimintain foto. Itung-itung latihan buat nanti."
Jelita bingung. "Latihan buat nanti?"
"Buat jadi milik aku."
Jelita bergidik. "Ih, apa sih, dangdut." ujarnya salah tingkah lalu memukul pelan bahu Dejun. "Geli banget tahu gak."
Keduanya tertawa. Karena ketegangan di antara mereka sudah melenyap, Jelita sekarang bercandain Dejun balik.
"Kalo gitu kamu juga harus tahan sama aku."
"Kenapa tuh?"
"Aku posesif."
Dejun pun tertawa lagi. "Tahu gak, Ta?"
"Apa?"
"Kamu gemes banget dari tadi. Tadinya pengen aku cium sambil aku tembak, tapi rame banget ini supermarket."
PULAAAAANG KALIAN WAHAI ANAK MUDA DIMABUK ASMARA.
"Tata?"
"Loh, Donna? ... Kak... Dimas?"