The Untold Story ✓

By Rosmaidasnrt

7.9K 2.3K 272

Hafta Petramula dan Dwiyata Pattareksa adalah saudara kandung. Petra dan Pattar, mendengar nama mereka saja s... More

Visualisasi
Prolog
1. Pulang
2. Takoyaki
3. Makan Malam
4. Sekolah Baru
5. Teman Lama
6. Bunda
7. Es Krim
8. Susu
9. Fans
10. Langkah Pertama
11. Rival
12. Cemburu
13. Biasa
14. Biru
15. Nomor Dua
16. Fakta
17. Sepatu
18. Resion
19. Pohon Mangga
20. Pendidikan
21. Kos Baru
22. Hari Pertama
23. Sepak Bola
24. Bengkel
25. Timezone
26. 127
27. Saudara
28. Bunda
🎉Surprise🎉
29. Demam
30. 127 Squad
31. Jilid
32. Playboy
33. Maaf
34. Rumah
35. Sadar
36. Mie Instan
37. Name Tag
38. Jeffry Narendra
39. Fakta Kedua
40. Pergi
41. Runtuh
42. Damai
Epilog
1 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
2 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
4 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
Aloha! Woro-woro, nih!
Lagi Kangen
Aloha! Tim Pattar Hana Mari Merapat

3 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds

73 18 2
By Rosmaidasnrt

Ruangan yang diisi dengan banyak rak berisi buku itu dipenuhi banyak orang. Jelas saja karena semester baru telah dimulai. Pada awal semester seperti saat ini, kebanyakan mahasiswa pastilah tengah bergelut dengan banyak tugas dan laporan. Apalagi Orion, selain disibukkan oleh kuliah, ia juga kini menjabat sebagai kepala divisi kaderisasi di himpunannya.

Kalau kata Petra, Orion dianugerahi kecerdasan sedari lahir. Namun, pada kenyataannya ia tetap harus bergelut dengan buku di perpustakaan untuk menyelesaikan laporannya. Ya, yang benar saja, mana bisa laporannya selesai tanpa membaca buku. Laki-laki dengan kemeja hitam itu menyusuri rak yang memajang buku patologi.

Orion mengambil beberapa buku yang dibutuhkannya untuk menyusun laporan. Jangan tanya ketiga sahabatnya ada di mana. Laki-laki itu tengah mengibarkan bendera perang pada ketiga sahabatnya karena mereka pergi ke studio milik kakak Johnny tanpa mengajaknya.

"Bang Ion."

Orion yang tengah memeluk beberapa buku dibuat terkejut karena sapaan seseorang. Ia membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang gadis tengah tersenyum dan melambai padanya.

"Ngerjain tugas, Bang?" Hana mendekat dan mengintip buku yang ada di pelukan Orion.

Orion membeku di tempat. Jantungnya memberontak tak karuan. Matanya bergetar karena tidak percaya. Laki-laki itu menelan salivanya sendiri sebelum menjawab, "Iya."

"Boleh duduk bareng?" Hana bertanya sambil menunjukkan buku yang ia pegang.

Orion mengangguk kaku. Ia merasa dunia tengah berpihak padanya. Kalau saja ia tidak ingat ini adalah perpustakaan, pastilah ia sudah berteriak kegirangan.

Hana membuka buku yang menunjukkan anatomi manusia dan membacanya dengan seksama. Orion dibuat salah fokus dan ia tidak melanjutkan menulis laporannya. Ia malah bertopang dagu dan menikmati pemandangan yang tersuguh di depannya.

"Bang, bisa bantu jelasin ini nggak?" Hana berbicara tanpa melihat Orion yang kini tengah sibuk memandanginya.

Kesadaran laki-laki itu kembali dengan segera. Ia menyambut buku yang Hana sodorkan padanya. Ia membaca sekilas kemudian tersenyum dan menjelaskan materi tersebut pada Hana.

"Penjelasan Abang lebih mudah dimengerti daripada penjelasan Bang Petra. Nggak salah Bnag Petra suruh aku cari Bang Orion di perpus. Terima kasih, Bang. Oh, iya. Aku masih punya satu hutang loh."

"Hutang apa?" Orion menghentikan kegiatan membacanya dan menatap Hana.

"Jilid yang waktu itu. Aku mau bayar dengan traktir makan. Sekalian mau berterima kasih karena Abang udah bantu aku untuk nulis laporan ini."

Laki-laki dengan kemeja hitam itu tersenyum dan melipat kedua tangannya di dada dan ia bersandar pada bangku.

"Yakin mau traktir? Aku makannya banyak loh."

"Ya asal yang masuk akal aja, Bang. Jangan minta beliin wine atau steak, uang aku nggak cukup." Hana menunduk malu.

Orion tertawa lepas, lupa akan fakta kalau mereka tengah berada di perpustakaan. Semua mata menatap tajam ke arah meja mereka. Orion mengangguk meminta maaf pada orang-orang yang menatap mereka dan Hana malah tersenyum.

***

Sepasang anak muda duduk di sudut warung tenda emperan yang ada di pinggir jalan. Sebuah gerobak ada di depannya dan sisi tenda itu ditutupi oleh spanduk kampanye yang masa pemilihannya baru saja usai.

"Nggak nyangka kalau Abang mau juga makan di emperan gini." Hana menatap sekeliling setelah mereka duduk.

"Eh, jangan salah. Bakso di sini tuh langgananku tau."

Hana tersenyum dan mengamati Orion yang baru saja beranjak dari bangku plastiknya dan memesan makanan mereka. Ia kelihatan akrab dengan penjual di tempat itu. Hana jadi tambah kagum karena ia tahu kalau Orion berasal dari keluarga kaya raya.

Laki-laki dengan gigi kelinci itu kembali ke meja dengan membawa dua gelas es teh di tangannya. Hana tersenyum dan menyambut es teh yang dibawa oleh Orion.

"Kok tahu sih aku suka es teh?"

"Dari SMA kan kamu memang selalu minum es teh di kantin." Tanpa sadar Orion baru saja membuat pengakuan kalau ia memperhatikan Hana sejak SMA.

Salah satu alis Hana terangkat. Ia menyipitkan matanya namun tidak berani mengkonfirmasi hal tersebut.

Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang. Orion langsung menempatkan mangkuk pertama ke depan Hana dan mengambil miliknya kemudian. Ia juga mendekatkan kecap dan sambal kemudian memindahkan saus ke meja sebelah.

"Kok, sausnya dipindah?" Hana menyerukan protes.

"Nggak baik buat kesehatan. Dah pake ini aja." Orion menyodorkan tempat sambal ke samping mangkuk milik Hana.

Hana sibuk meracik kombinasi kecap dan cabai yang ia tuangkan dalam mangkuknya. Sayang sekali karena saus tidak bisa bergabung dengan pesta di mangkuknya, tetapi Hana senang karean Orion memperhatikannya dengan baik.

Hana menyendok satu butir bakso dan mendekatkan wajahnya ke mangkuk bakso yang masih mengeluarkan asap. Rambut Hana yang terurai, jatuh mendekati mangkuk dan dengan sigap Orion menahan rambut Hana agar tidak ikut masuk ke mangkuk.

Hana melihat gerakan tangan laki-laki yang ada di hadapannya dan tersenyum malu. Dengan cepat Hana melepaskan gelang karet berwarna kuning yang ada di pergelangan tangannya dan mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Gelang kamu sama dengan gelang Pattar?"

"Oh, ini? Iya, ini sebenarnya gelang tapi bisa jadi ikat rambut juga. Loh, kok Abang tahu ini kembar sama punya Pattar?"

Orion juga terkejut dengan pertanyaan bodohnya yang berubah menjadi bumerang.

"Tau dari Petra."

Hana mengangguk dan melanjutkan kegiatan makannya.

Hana tengah mengenakan pakaian lengan panjang yang kebesaran sehingga ujung bajunya menjuntai. Dengan tiba-tiba, Orion mengulurkan tangannya dan bergerak melipat ujung baju Hana yang ada di pergelangan tangan.

Hana terlalu terkejut dan tidak bisa berkata-kata. Si pelaku malah melanjutkan makannya tanpa perubahan ekspresi yang signifikan. Hana biasa mendapat perlakuan manis dari Petra, tetapi entah mengapa perhatian Orion terasa berbeda atau mungkin karena Orion bukan saudaranya?

"Bang," Hana menatap Orion yang tengah sibuk mengunyah makanannya, "jangan tiba-tiba perhatian gitu. Nanti aku suka."

Orion terbatuk dan matanya membelalak tidak percaya. Hana menyerahkan minumannya untuk membantu Orion yang tidak berhenti batuk.

Setelah batuknya usai, Orion menatap Hana dengan serius. "Hana, kamu nggak boleh bercanda gitu. Kalau aku mati karena jantungan gimana?"

"Emang nggak boleh aku suka sama Abang?"

Kesabaran Orion diuji. Kini ia memilih untuk tidak percaya dan lebih memilih menggunakan logikanya.

"Hana, suka atau nggak suka itu nggak seharusnya dibicarain tiba-tiba begini. Memang kamu punya rencana buat suka sama aku?"

Orion tahu kalau pertanyaannya adalah pertanyaan bunuh diri, tetapi apa boleh buat. Bisa jadi ini adalah kesempatan sekali seumur hidup yang ia punya.

Terima kasih sudah membaca.

#30DayWritingChalange #30DWCJilid26 #Day 5


Continue Reading

You'll Also Like

671 206 31
Tora tidak menyangka, jika menjadi anggota OSIS di SMA Wina Dharma justru menjadi sakelar terburuk yang pernah ia hidupkan. Demi mempertahankan beas...
1.2K 357 29
Kehidupan SMA Tya Anastasya baik-baik saja sebelum Reina, teman semasa SMP yang hanya memanfaatkan kepintarannya pindah ke sekolah yang sama. Reina m...
26.2K 3.6K 34
[ S E L E S A I ] Book 2 - Hilang Setelah lama perpisah jauh denganmu aku sering membayangkan suatu saat nanti aku bisa memilikimu seutuhnya. Suatu...
302 71 23
Hampir setiap besar orang yang mendengar seorang Dazaina mengaku bahwa dirinya berpacaran dengan seorang Drana adalah suatu hal yang tidak mungkin. S...