Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PAST : Twenty Four.

585 135 22
By clvrxxmnky

Recommendation : 'Beautiful' by Pentagon (Prod. Jung Ilhoon) or play the multimedia while reading

×××

Dengan mata tertutup selembar kain hitam, Yeeun hanya bisa melingkarkan kedua tangannya ke leher Chan dan membiarkan pemuda Bang itu membawanya ke gazebo yang ada di pinggir lapangan.

Yeeun sebenarnya tak mengerti kenapa kedua matanya harus ditutup padahal ia sudah tahu kemana Chan akan membawanya, tetapi ia tak bisa memprotes ketika Chan mengancamnya dengan tidak memberikan izin agar ia bisa bermain bersama Berry. Maka gadis itu hanya bisa pasrah di gendongan si pemuda Bang.

“Kita sudah sampai?” tanya Yeeun ketika dirasanya langkah Chan yang sudah berhenti.

“Sudah,” jawab Chan.

“Berarti kainnya sudah boleh kubuka?”

“Biar aku yang buka, Noona.” Dari suaranya, Yeeun mengenali bahwa itu adalah Changbin. Yeeun kemudian menganggukkan kepala dan membiarkan pemuda yang lebih muda dua tahun itu melepas kain hitam yang menutupi kedua matanya.

Ketika kain terlepas Yeeun tak dapat langsung membuka kedua matanya akibat cahaya matahari yang siang itu cukup menyilaukan. Butuh waktu kurang lebih setengah menit untuk Yeeun bertoleransi dengan cahaya matahari sebelum menemukan teman-temannya yang berdiri tepat di belakang kursi roda yang ada di tengah-tengah gazebo.

Surprise!!!”

“Ini ....” selama beberapa saat Yeeun kehilangan kata-katanya. Gadis itu hanya bisa menatap kursi roda dan temannya satu persatu dengan tatapan tidak percaya. Hingga kemudian tatapan gadis itu tertuju pada Chan yang masih setia menggendongnya. “… untukku?” tanya Yeeun ragu.

Chan mengangguk sementara Changbin yang masih berdiri di dekatnya menyahut, “Untuk Yeeun-noona kesayangan Changbin, dong!”

Kursi roda itu kemudian didorong oleh Sangyeon dan Chan dengan hati-hati menurunkan Yeeun  dari gendongannya agar berpindah ke kursi roda.

“Kursi roda ini dari kita semua buat kamu,” masih dalam keadaan berjongkok namun dengan posisi berhadap-hadapan Chan menjelaskan, “Kita semua sama-sama beli kursi roda ini supaya kamu bisa lebih bebas beraktivitas tanpa harus nunggu Deokmi Ajhumma atau aku pulang.”

Minggu lalu, sejak insiden dimana Yeeun tiba-tiba terjatuh, dokter mendiagnosis jika saraf-saraf di kedua kaki Yeeun melemah. Kemungkinan besar disebabkan oleh sel-sel kanker yang selama ini mendiami tubuhnya serta efek samping dari kemoterapi yang dijalaninya. Berbagai upaya dilakukan agar Yeeun bisa kembali berjalan, tetapi untuk saat ini Yeeun hanya bisa bergantung pada Chan yang dengan senang hati menggendongnya kesana-kemari.

Sebenarnya sejak dulu Yeeun tak begitu suka berpergian, terlebih setelah kakinya tak lagi bisa dibuat berjalan, keinginannya untuk berjalan seakan hilang. Namun Chan yang setiap harinya datang tak pernah lelah mengajaknya berpergian. Alasannya agar ia tak merasa bosan.

Maka setiap hari pula Chan tak pernah lelah menggendongnya. Entah itu hanya untuk pergi ke ayunan yang berada di halaman, ke rumah keluarga Bang untuk bermain dengan kedua adik dan anjing kesayangan Chan, atau ke gazebo yang ada di pinggir lapangan seperti sekarang.

Yeeun tak pernah berpikiran untuk membeli kursi roda. Selain karena dipikirnya takkan terlalu berguna, Yeeun tak ingin merepotkan Deokmi Ajhumma yang sekarang harus bekerja ekstra untuk membiayai kehidupan sehari-hari mereka. Namun siapa sangka bahwa teman-temannyalah yang akan membelikan kursi roda itu untuknya.

“Selain itu supaya kamu bisa tetep ikut pergi ke pantai,” Sangyeon menambahkan, “jadi hari ini kamu enggak punya alasan buat enggak ikut pergi.”

Kedua sudut bibir Yeeun terangkat—membentuk senyum yang begitu lebar hingga gigi-gigi putihnya terlihat. “Terima kasih, teman-teman.”

“Kalau begitu hari ini jadi pergi ke pantai, ‘kan?” tanya Changbin yang dengan serempak dijawab, “Jadi, dong!”

×××

Matahari sudah sedikit condong ke arah barat ketika mereka tiba di pantai. Karena jalanan yang lebih padat dari biasanya, mobil elf keluarga Changbin yang mereka tumpangi beberapa kali terjebak macet hingga perjalanan yang mereka lalui menjadi lebih lama. Meski begitu mereka semua masih antusias untuk bermain-main di pantai.

Hannah dan Lucas tampak asik membangun istana pasir bersama Yugyeom. Changbin dan teman-temannya yang lain asik berenang-renang. Sementara itu, Chan duduk di atas tikar yang ia gelar di atas pasir dan menemani Yeeun yang tengah memangku Berry dengan tangannya yang sesekali bergerak untuk membelai bulu-bulu halus anjing manis itu.

“Chris, kamu beneran enggak mau berenang kayak yang lain atau main air gitu?” tanya Yeeun.

Sebenarnya Yeeun sudah mengajukan pertanyaan itu beberapa kali. Gadis itu bahkan sudah memaksa Chan untuk bergabung dengan teman-temannya, tetapi Chan tetap kekeuh menemani Yeeun yang tak melakukan kegiatan apapun selain duduk dan membelai bulu-bulu halus milik Berry.

Dan bukannya memberi jawaban, Chan justru ajukan pertanyaan, “Kamu mau main air?”

Yeeun menggeleng.

“Kalau mau main air enggak apa-apa, kok. Nanti aku temenin.”

Yeeun melemparkan pandangannya ke depan, ke arah ombak yang untuk kesekian kalinya berdebur serta hamparan laut membiru yang begitu luas. Biasanya setiap kali pergi ke pantai Yeeun selalu bermain-main dengan ombak. Entah kenapa sejak pertama kali mengunjungi pantai, ombak adalah bagian yang paling ia suka.

Sepertinya memang tak ada salahnya jika ia bermain air di sekitaran ombak sebentar, tetapi, “Berry bagaimana?”

“Biar aku titip ke Hannah,” ucap Chan yang langsung menggendong anjing kesayangannya dan berlari ke arah sang adik yang dengan senang hati menjaganya.

Sesaat kemudian Chan kembali. Awalnya Yeeun pikir Chan akan membiarkannya menggunakan kursi roda ketika bermain air, tetapi begitu menaiki punggung Chan, Chan langsung berdiri dan berjalan mendekati ombak tanpa peduli dengan kursi roda yang ada. Yeeun tentu ajukan protes, tetapi pada akhirnya ia hanya pasrah dan malah menyamankan posisinya di gendongan si pemuda.

Keduanya hanya bermain di sekitaran ombak. Chan sesekali akan merendahkan tubuhnya agar kedua kaki Yeeun bertemu dengan ombak yang datang. Sesekali juga Chan akan berlari kencang hingga Yeeun yang berada di gendongannya memekik ngeri. Namun pekikan itu segera berganti dengan tawa yang lepas ketika Hannah dan Lucas bergabung. Gadis itu bahkan beberapa kali menyuruh Chan berlari lebih kencang untuk mengejar Hannah dan Lucas yang berlarian usai mencipratkan air ke arah mereka.

Tawa gadis itu lepas.

Benar-benar lepas.

Dan Chan sangat bersyukur bisa mendengar tawa Yeeun yang begitu lepas.

Matahari sudah semakin turun. Cahayanya mengubah langit menjadi keemasan yang amat nyaman dipandang. Chan tak lagi berlari kencang untuk mengejar kedua adiknya yang sudah beristirahat di tikar yang sebelumnya Chan gelar untuk menikmati sandwich. Kini ia hanya berjalan pelan menikmati keindahan yang langit sajikan dengan Yeeun yang masih ada di gendongan.

Begitu tiba di ujung pantai, Chan perlahan menurunkan Yeeun dari gendongannya. Yeeun pikir Chan sudah kelelahan, tetapi ketika Chan berbalik dan dengan begitu telaten memposisikan kedua telapak kaki Yeeun di atas punggung kakinya, Yeeun sadar bahwa Chan bermaksud melatihnya berjalan seperti yang dokter sarankan.

Gadis itu kemudian menaruh kedua tangannya di bahu Chan sementara Chan sendiri membawa kedua tangannya ke pinggang si gadis untuk menahan bobot tubuhnya sebelum berjalan mundur dengan perlahan. Selama beberapa saat keduanya hanya bergerak seperti itu dengan Yeeun yang sesekali masih hilang keseimbangan namun tak sampai jatuh karena Chan menahannya.

Chan memandangi wajah gadis di hadapannya dengan senyum simpul yang terulas. Sudah pernahkah Chan mengatakan bahwa gadis di hadapannya benar-benar cantik?

Sudah pernahkah Chan mengatakan bahwa ia menyukai mata gadis di hadapannya yang senantiasa berubah warna menjadi cokelat terang yang begitu indah ketika memantulkan cahaya matahari?

Sudah pernahkah Chan mengatakan bahwa ia menyukai satu bintik hitam di pipi gadis itu yang hanya bisa dilihat dalam posisi dekat sepertinya sekarang?

Sudah pernahkah Chan mengatakan bahwa ia menyukai semua yang melekat pada gadis yang ada di hadapannya sekarang?

Dan sudah pernahkah Chan mengatakan bahwa ia takkan pernah bosan memandangi wajah gadis yang ada di hadapannya sekarang?

Beautiful,” tanpa sadar pujian itu terlontar dari mulut Chan hingga yang mendengar mengangkat kepala untuk ajukan tanya, “Kamu bilang apa barusan?”

“Bukan apa-apa.”

Yeeun memincing tak percaya. “Kamu habis ngatain aku, ya?”

“Enggak, kok.”

“Terus?”

“Aku cuma bilang kalau kamu cantik—” dengan cepat Chan mengulum bibirnya yang tanpa disengaja malah berterus terang.

Awalnya Chan ingin meluruskan, tetapi melihat bagaimana rona merah yang menjalari kedua pipi hingga ke kedua telinga Yeeun membuat Chan mengurungkan niatnya. Chan malah diam-diam terkekeh gemas ketika Yeeun berusaha keras mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menutupi rona merah di wajahnya.

Angin berhembus, menerbangkan helai-helai hitam milik Yeeun yang sebagian terurai. Salah satu tangannya Chan bergerak untuk selipkan helai-helai hitam yang menutupi wajah Yeeun ke belakang telinga. Rona merah itu masih dapat Chan temukan di wajahnya.

Jika Chan belum pernah mengatakan bahwa gadis di hadapannya sekarang benar-benar cantik, maka biarkan Chan mengatakannya sekarang.

You’re beautiful as you are,” Chan memujinya dengan suara yang pelan, tetapi sukses membuat debaran di dada yang dipuji mengencang, “and I love you, Yeeun.”

Yeeun hanya bisa diam ketika Chan mendekatkan wajahnya sembari memejamkan mata dan sedetik kemudian dapat Yeeun rasakan bibirnya yang bertemu dengan bibir Chan.

Kedua mata Yeeun melebar. Debaran di dadanya kian mengencang. Pun dirasakan sensasi aneh dalam perutnya ketika tangan Chan yang sebelumnya menyelipkan helai-helainya ke belakang telinga berpindah untuk menahan tengkuknya guna memperdalam ciuman.

Bibir Chan bergerak dengan lembut dan penuh kehatian-hatian. Membuat Yeeun terbuai hingga akhirnya memutuskan untuk ikut memejamkan mata dan membalas apa yang sudah Chan mulai. Salah satu tangannya melingkar ke leher Chan, sementara tangan lainnya bergerak turun untuk merasakan debaran serupa di dada si pemuda.

Dengan mata terpejam, Yeeun temukan sosok Chan kecil dengan Treasure Box di pelukan mendatanginya yang tengah duduk di ayunan sore kala itu. Pelafalan Bahasa Korea Chan masih terdengar aneh di telinga, tetapi Chan dengan sangat percaya diri mengulurkan tangan untuk mengajaknya berkenalan. Dan sejak hari itu sosok Chan selalu mendatanginya dengan membawa status pertemanan.

Tak dapat Yeeun bayangkan apa jadinya ia sekarang jika saat itu Chan tidak datang atau minggu lalu Chan benar-benar pergi meninggalkannya setelah mengetahui bahwa ia tak lagi bisa berjalan. Mungkin saat ini Yeeun hanya bisa berdiam di atas ranjang dan merasakan sakitnya sendirian. Atau lebih parahnya lagi mungkin Yeeun sudah lama meninggalkan dunia ini karena tak memiliki harapan.

Gadis mungkin tak pernah mengungkapkannya tetapi tak dapat dipungkiri bahwa gadis itu sangat bersyukur atas kehadiran Chan dalam hidupnya selama ini.

Maka ketika ciuman mereka terlepas, Yeeun tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan, “Terima kasih, Chris, karena sudah hadir dalam hidupku.”

“Jangan berterima kasih padaku, aku—” Chan belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Yeeun lebih dulu kembali menyatukan bibir mereka. Hanya menyatu dalam waktu yang singkat sebelum Yeeun menarik diri lalu berkata, “and I love you too, Chris.”

Woah seminggu aku update cerita ini empat kali 🙈🙈🙈 Semoga gak pada bosen deh ya karena diantara semua cerita yg tiap hari aku tulis cuma ini yg bisa selesai hehehe selain itu kalau kalian notice pembatas akhir cerita yg berubah dari pertama gambar lego sampai pasir pantai sekarang, jadi aku kayak ngebedain era dan ada tiga era dimana ini adalah bab terakhir dengan pembatas pasir pantai karena setelah ini udah jadi era terakhir dimana akan banyak part PRESENT dan kalian tahulah apa artinya hehehe

Anw thank you for reading, voting, and commenting, love you, and see you^^

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 1.1K 24
Namanya Kim Sujeong, namun ada yang terasa berbeda setelah dia sadar dari komanya. Namanya, tempat dia berada, keadaan yang dia rasakan, bahkan orang...
105K 15.5K 27
tanggung jawab bro, tai gua masuk lagi
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
509K 5.5K 88
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...