The Untold Story ✓

Von Rosmaidasnrt

7.9K 2.3K 272

Hafta Petramula dan Dwiyata Pattareksa adalah saudara kandung. Petra dan Pattar, mendengar nama mereka saja s... Mehr

Visualisasi
Prolog
1. Pulang
2. Takoyaki
3. Makan Malam
4. Sekolah Baru
5. Teman Lama
6. Bunda
7. Es Krim
8. Susu
9. Fans
10. Langkah Pertama
11. Rival
12. Cemburu
13. Biasa
14. Biru
15. Nomor Dua
16. Fakta
17. Sepatu
18. Resion
19. Pohon Mangga
20. Pendidikan
21. Kos Baru
22. Hari Pertama
23. Sepak Bola
24. Bengkel
25. Timezone
26. 127
27. Saudara
28. Bunda
🎉Surprise🎉
29. Demam
30. 127 Squad
31. Jilid
32. Playboy
33. Maaf
34. Rumah
35. Sadar
36. Mie Instan
37. Name Tag
38. Jeffry Narendra
39. Fakta Kedua
40. Pergi
41. Runtuh
42. Damai
Epilog
2 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
3 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
4 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds
Aloha! Woro-woro, nih!
Lagi Kangen
Aloha! Tim Pattar Hana Mari Merapat

1 [SIDE STORY- Hana & Orion] 10 Seconds

124 26 6
Von Rosmaidasnrt

Orion tengah sibuk berkutat dengan laptop dan proyektor, Petra sedang menyiapkan beberapa camilan, Johnny berdiri di depan kulkas, dan Jeffry sibuk dengan layar handphonenya. Ruangan berukuran 5x5m itu terasa sempit karena dipenuhi oleh tubuh-tubuh menjulang yang kini tengah tersebar di berbagai sudut.

"Miracle in Cell No.7 atau Extreme Job?"

Pertanyaan Orion membuat perhatian Johnny teralih, "Kita sudah nonton Miracle in Cell No.7 tiga kali, Yon. Extreme Job aja." Johnny langsung menjawab pertanyaan Orion dengan cepat. Ia sudah lelah menangis karena kisah Miracle in Cell No.7.

"Kenapa lo hobi banget nonton Miracle in Cell No.7?" Jeff menatap Orion dengan tatapan penuh selidik.

"Kapan lagi bisa lihat playboynya prodi kedokteran nangis sambil sesenggukan." Orion terkekeh kemudian tersenyum hingga menampilkan gigi kelincinya.

Jeff yang merasa tersindir akhirnya melemparkan bantal sekuat tenaga ke arah Orion. Orion yang sudah tahu akan jadi bulan-bulanan Jeff, berhasil menghindar dengan tepat.

"Loh, anda merasa?" Orion masih menampilkan senyum yang sama.

Johnny tertawa hinga terbahak, "Lo aja ngaku Jeff. Anak Jatayu mana yang gak kenal Jeffry Narendra? Playboy kampus nomor satu."

"Diem lo. Mending gue kemana-mana dibanding lo bertiga yang gak punya pacar." Jeff mengangkat dagu dengan sombong. Kata-katanya tidak dapat dibantah oleh ketiga laki-laki yang kini terdiam kaku.

"Mau gue ajarin gak?" Jeff jadi sombong betulan.

"Sorry, Bro. Gue masih setia." Johnny menolak pasti.

"Masih aja belom move on lo?" Petra menatap Johnny prihatin.

"Gue sih belom tertarik ya buat pacaran. Mending gue tidur atau nonton drama deh, daripada harus ngurusin orang lain." Orion melakukan pembelaan.

Kenalin gue Orion, mungkin lo pada nggak terlalu ingat sama gue karena gue cuma teman Petra si ketua himpunan. Tapi gue punya cerita sendiri. Kalian ingat waktu gue bilang kalau gue nggak tertarik buat pacaran? Sebenarnya itu nggak sepenuhnya benar. Gue nggak bohong ya, cuma nggak ngasih tahu semua aja. Gue sudah suka sama seseorang sejak masa SMA. Seseorang yang tadinya gue kira nggak akan memberi dampak apapun buat hidup gue. Tapi gue salah. Memang manusia tuh cuma bisa ngomong doang, kalo soal rasa udah urusan lain.

Terik matahari siang itu tidak menyurutkan semangat panitia MOS SMA Budi Luhur. Mereka berbaris dan berteriak mengarahkan siswa siswi baru yang masih mengenakan seragam SMP. Sang ketua OSIS tengah memberikan arahan mengenai tugas mereka esok hari. Kala itu, Orion mengenakan slayer merah bertuliskan komdis di lengannya.

Di tengah keluh kesah siang itu, Orion dibuat terkejut oleh gerakan seseorang. Tepat di depannya, seorang siswi jatuh pingsan. Bukannya menolong, ia malah dibuat membeku karena melihat seorang gadis yang dengan sigap langsung menangkap temannya yang pingsan. Ia terkagum sejenak hingga kesadarannya kembali. Ia segera berteriak memanggil tim medis dari PMR.

Hari itu adalah pengalaman pertamanya menangani seseorang yang pingsan. Entah mengapa sekujur tubuhnya jadi sakit. Ia berjalan ke halte dengan gontai. Sebenarnya mudah saja untuknya meminta dijemput, tapi ia terlalu malas untuk menelepon.

Orion melihat seorang gadis yang mengenakan seragam SMP tengah duduk berdampingan dengan seorang anak yang sepertinya adalah pengamen jalanan. Ia melihat gadis itu berbincang dengan anak yang sedang mengunyah roti seperti, seseorang yang sudah kenal lama. Anak itu tiba-tiba terbatuk, dengan sigap gadis itu membuka tasnya dan memberikan tumblernya pada anak tadi. Orion tidak bisa mengalihkan pendangannya dari gadis itu.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik ...

Gadis itu menepuk pelan punggung anak tadi.

Empat detik ...

Lima detik...

Enam detik...

Wajah gadis itu terlihat khawatir. Ia membantu untuk membuka tumblernya.

Tujuh detik...

Delapan detik...

Sembilan detik...

Batuk anak tadi berhenti. Gadis itu tersenyum hingga matanya menyipit dan pipinya mengembang.

Sepuluh detik...

Mungkin ini konyol, tapi dalam 10 detik Orion sudah menyukai gadis itu.

Orion datang lebih pagi dari biasanya. Kali ini ia bertugas sebagai penanggung jawab lapangan. Matanya terus mencari di setiap barisan. Ia masih mencari gadis yang kemarin ia lihat. Matanya mengerjap tidak percaya ketika melihat sahabatnya tengah berjalan bersama dengan gadis itu.

Begitu Petra tiba, Orion langsung memberondongnya dengan pertanyaan. "Siapa tadi? Cewe lo? Kelompok berapa?"

"Adek gue. Kenapa lo tanya-tanya?" Petra menjawab dengan sedikit emosi.

"Adek kandung atau sepupu? Gue nggak lihat kemiripan kalian."

"Adek sepupu. Kenapa? Nggak ada pedekate ya. Adek gue itu. Lo cari yang lain aja." Petra menjawab dengan penuh emosi.

"Emang gue suburuk itu apa? Lo nolak sebelum gue bertindak."

"Kalo lo mau sama adek gue. Sekolah yang bener. Gue nggak akan pernah izinin adek gue sama orang nggak bener kaya lo."

Saat itu, untuk pertama kalinya gue patah hati. Kalo mau nekat sebenarnya bisa aja sih. Tapi ya, di masa SMA, gue lebih milih sahabat gue daripada mencoba maju untuk mendekati cewek yang namanya Reihana Elvazia.

Pada tahun ajaran baru satu tahun kemudian, Orion tengah berdiri di depan pintu sekret OSIS ketika Hana datang menghampirinya.

"Permisi, Kak. Bang Petranya ada?"

Orion tersenyum, "Petra baru aja pulang. Ada perlu apa?"

"Saya mau kumpulin formulir pendaftaran."

"Oh, kalau itu sama saya aja nggak apa-apa."

"Terima kasih, Kak."

Gadis itu berlalu dan Orion ditinggalkan dengan kertas formulir yang memuat biodata lengkap gadis itu. "Rei, nama yang bagus."

Tidak lama setelah perekrutan anggota OSIS baru, seorang anak baru masuk ke sekolah. Usianya satu tahun di bawah Orion dan tanpa terduga anak baru itu adalah adik Petra. Orion sempat melihat kedekatan Hana dengan Pattar si anak baru. Tapi ia menganggap itu hal biasa bagi sepasang sepupu.

Setelah masuk ke universitas, Orion sering menanyakan kabar Hana pada Petra. Untungnya Petra tidak sadar kalau ia masih menyukai adik sepupu sahabatnya itu. Kabar terakhir yang ia ketahui mampu membuatnya patah hati untuk kedua kalinya. Hana berpacaran dengan kapten tim sepak bola sekolah. Sejak saat itu, Orion tidak pernah menanyakan apapun tentang Hana pada Petra.

Hanya karena sebuah foto yang terpampang di layar handphone Jeff, Johnny dibuat membisu. Orion jadi ikut penasaran. Ia beranjak dari duduknya dan mendekat untuk melihat foto siapa yang ada di layar handphone sahabatnya. Orion ikut terkejut, tapi kesadarannya segera menghampiri.

"Pet, lo gak tertarik nih lihat foto yang ada di handphone Jeff?" Orion menatap laki-laki yang masih sibuk dengan kaleng bir dan terlihat tidak tertarik dengan topik pembicaraan mereka.

"Nama gue Petra, jangan dipotong gitu." Petra sangat kesal kalau Orion sudah memotong namanya begitu. Namanya seolah menyiratkan arti lain.

"Pet, adek lo hampir jadi mangsa buaya nih." Orion masih mengabaikan teguran Petra.

Petra masih tidak peduli.

"Adek lo, Hana. Nih." Johnny mengambil handphone Jeff dan menunjukkannya pada Petra.

Petra berusaha tenang meski emosinya memuncak, "Jeff, jangan main-main sama adik gue. Gue gak peduli walaupun kita sahabatan."

"Dengerin, kaya enggak ada cewe lain." Johnny memukul Jeff dengan bantal yang tadinya ia duduki.

"Dia lucu, sih." Seperti biasa, Jeff pantang menyerah.

"Stok lo kan masih banyak, jangan adeknya Petra lah." Johnny masih berusaha menasehati.

Jeff menghembuskan napas kasar, "Iya, iya. Sensitif banget kalian."

Orion menghembuskan napas lega. Bukannya apa-apa, Jeff itu sangat suka bermain-main. Orion hanya khawatir jika Hana sampai jadi korban Jeff berikutnya.

Jangan ditanya gimana paniknya gue saat lihat foto yang ada di hp Jeff. Gue tahu Jeff itu sahabat gue, tapi justru karena gue kenal dia dengan baik makanya gue mancing Petra supaya dia ambil tindakan. Coba kalo gue nggak tahan emosi, kayanya gue sama Jeff bisa baku hantam di tempat.

Orion tengah berjalan keluar kampus ketika ia melihat seseorang yang ia kenali sedang duduk di kursi plastik dengan wajah panik. Setelah mengumpulkan keberanian dan menyiapkan siasat, ia menghampiri tempat fotokopi itu.

Setelah menyerahkan kertas bekas di tas yang sengaja ia kumpulan untuk dijilid, Orion menyapa Hana. Sebenarnya ia ingin memanggil nama gadis itu, tapi ia malah memanggilnya dengan sebutan yang menurutnya juga aneh, "Adiknya Petra?"

"Hng..." Hana kelihatan terkejut dan menatap mata Orion.

"Kamu adiknya Petra kan?" Sebenarnya pertanyaan ini Orion ajukan bukan untuk mengkonfirmasi, tapi untuk menghilangkan kecanggungan yang terbentuk.

"Reihana, Bang. Hana. Aku punya nama tahu. Nama aku bukan adiknya Petra." Hana jadi cemberut.

"Iya, Reihana." Orion tersenyum sangat lebar dan menampilkan gigi kelincinya dengan jelas. "Ingat siapa saya?"

"Orion Dirgantara, sahabatnya Bang Petra dari SMA. Masa Abang gak ingat namaku sih? Aku tuh adik kelas Abang tahu."

Orion dibuat tertawa, "Iya, iya. Kamu ngapain di sini, Rei?" Sebenarnya Orion sangat gugup karena gadis itu terus menatapnya dengan intens.

"Rei?" Hana mengulang.

Orion jadi panik. Kepalanya dipenuhi pertanyaan, apa dia salah memilih nama panggilan atau Hana tidak suka dipanggil dengan nama depannya. Ia berusaha tenang dan balik bertanya, "Namamu Reihana kan? Gak masalah dong kalau dipanggil Rei?" Orion memaksakan senyum.

Wajah gadis itu berubah merah. Mungkin ia tidak sadar kalau kini telinga Orion juga pasti sudah memerah.

"Kamu sakit?" Orion bertanya dengan nada yang setenang mungkin.

"Hng... enggak." Hana menggeleng pelan.

"Jilidnya sudah, totalnya tiga puluh ribu." Suara Abang fotokopi membuat Orion merasa telah diselamatkan. Ia sempat berniat mentraktir Abang fotokopi hari ini juga karena sudah menyelamatkannya dari situasi canggung yang mungkin akan terjadi jika Abang fotokopi tidak datang.

"Kalo gak bawa uang, nanti balik lagi aja, Mba."

Hana menunduk malu, "Terima kasih, Bang."

Dengan cepat, Orion membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar uang berwarna biru, "Sekalian sama punya saya tadi, Bang." Dengan bangga Orion menyerahkan selembar uang itu.

"Wah, dibayarin nih?" Abang fotokopi meledek dengan antusias.

"Nggak usah, Bang." Hana menahan tangan Orion.

"Enggak apa-apa, kamu bisa bayar lain kali." Orion senang bukan kepalang. Ia seperti mendapat jackpot karena berhasil memiliki alasan untuk bisa bertemu lagi dengan Hana. Ia mengambil hasil fotokopinya dan menerima uang kembalian dari Abang fotokopi, "Sampai ketemu lagi, Rei."

Hana tersenyum. Senyumnya membuat Orion kembali jatuh. Ia menatap Hana sambil menghitung dalam hati.

Sepuluh detik. Cukup sepuluh detik, gue menyukai Reihana Elvazia.

Terima kasih sudah membaca.

Holaaaa, seneng banget bisa nulis ini. Berasa lagi dengerin Orion curhat.

Siapa bilang Pattar sama Petra tuh sadboy? Orion sudah lebih dulu jadi veteran sadboy. :D

Dapet salam nih dari Orion.
"Kalo mau kenal lebih jauh sama sohib gue yang buaya darat -Jeffry Narendra- baca Gelembung Mimpi sono."

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

37.4K 2.2K 10
Sequel. Obsession. (COMPLETED) Kehamilan Seulgi mempengaruhi segala pemikiran dan tingkahlakunya. Membuat Jimin harus ekstra sabar untuk menjaganya P...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
584K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
3.1K 479 13
Ini sebuah kisah, tentang Haruto Nathaniel yang bodoh tentang percintaan, dan Lizzy Andrea yang sangat membenci laki-laki. A Haruliz fiction. © falli...