Diabolus

By Dillaft

576K 86.5K 19.6K

(Mengandung adegan kekerasan dan kata-kata kasar) Bona, gadis keturunan campuran manusia-iblis yang seratus t... More

Prolog
One: I am Diabolus
Two: Blood
Three: History Of Diabolus
Four: Akennaton
Five: Right hand
Six: Why?
Seven: Good bye, Papa
Eight: The Real King
Nine: Blue Eyes
Ten: Seducer
Eleven: The Fake Princess
Twelfe: Defeat or Death?
Thirteen: Not a Slap, But a Hug
Fourteen: The New Lie
Fifteen: Raxil
Seventeen: Become a Queen
Eighteen: Women and Weapon
Nineteen: Socialite Woman
Twenty: Angel Of Death
Twenty One: War Of the Underworld
Twenty Two: The King Of The North
Twenty Three: Mine
Twenty Four: Gossip
Twenty Five: An Aroggant Man
Twenty Six: Not Now
Twenty Seven: Crazy Suggestion
Twenty Eight: We Are Family
Twenty Nine: Someone Between You and Me
Thirty: Dangerous Man
Thirty One: Crazy Speculation
Thirty Two: An Enemy
Thirty Three: Great King Of The Past
Thirty Four: Love Is Weakness
Thirty Five: Wasted Women
Thirty Six: What Do You Know About Me?
Thirty Seven: Dark Version of Cinderella
Thirty Eight: Another Ruler
Thirty Nine: Life For Life
Forty: Dark and Light
Forty One: Innocent Creature
Forty Two: Mystery Of The South
Forty Three: Concubine Charade
Forty Four: Secret in the Hereditario Book
Forty Five: Cruel Past
Forty Six: Akennaton Woman
Forty Seven: The Gladiator
Forty Eight: The Dark Side Of Sacrifice
Forty-Nine: Happines Becomes Disaster
Fifty: The Stupidest Creature on Earth
Fifty One: Despair
Fifty Two: Hope and Help

Sixteen: The Dark Side Of Psycho

11.9K 1.8K 314
By Dillaft

Note:

- Diabolus: Diabolus adalah cicit Lucifer yang kekuatannya telah terbagi menjadi enam elemen. Mereka tak sekuat Lucifer. Mereka keturunan Iblis, namun berkekuatan terbatas.
- Clan Akennaton: Clan iblis elemen api (merupakan clan terkuat di dunia alam bawah)
- Clan Asten: Clan iblis elemen air
- Clan Dexter: Clan iblis elemen es (juga merupakan clan terkuat di dunia alam bawah). Clan ini dulu bernama Clan Ausar, tapi berganti nama menjadi Clan Dexter saat Lord Gavriel berkuasa.
- Clan Aneor: Clan iblis elemen alam
- Clan Akins: Clan iblis elemen udara
- Sinar ikatan: Merupakan sebuah ikatan bagi para Diabolus untuk mengklaim pasangannya.
- Pegaso: Merupakan sebuah gelembung, tempat dimana janin Diabolus tumbuh hingga akhirnya lahir setelah pegaso mereka meletus. Diabolus wanita memang tak memiliki rahim layaknya manusia. Begitulah cara mereka mengandung anak-anaknya. Ketika Diabolus wanita mengandung, keesokan harinya pegaso yang berwujud gelembung kecil akan keluar dari mulut mereka dan tumbuh semakin membesar hingga meletus. Kandungan dalam pegaso iblis pada umumnya hanya mencapai sekitar 1 atau 2 bulan.
- Ramuan Glad: merupakan ramuan berwarna hijau lumut yang berfungsi untuk menambah energi/daya tahan tubuh sekaligus penahan rasa lapar. Ramuan ini acapkali diminum oleh Bona jika ingin berkegiatan dalam waktu yang lama bersama Diabolus lain.
- Ramuan Raxil: merupakan ramuan berwarna biru gelap pekat yang berfungsi menetralkan kondisi tubuh dalam cuaca yang ekstrem. Raxil adalah ramuan yang sangat dibutuhkan oleh Bona agar dapat bertahan hidup di Clan Akennaton.
- Buku Hereditario: buku ajaib dunia alam bawah yang menulis riwayat hidup raja-raja dari setiap clan dan keturunannya.

Note di atas sebagai penyegar ingatan karena authornya gak update setelah lima abad lima puluh purnama.

Istilah lain nyusul, ya. Nanti aku tambahkan di prolog. Jadi, yang masih lupa-lupa ingat istilahnya, silakan cek di prolog aja. Setiap ada istilah baru pasti aku tambahin, kok.

Selamat membaca~

●●●


Sebuah pesta di istana megah bawah laut Clan Asten tengah berlangsung. Banyak bangsawan diabolus yang berdatangan untuk memenuhi undangan Sang tuan rumah.

Para pengawal bertrisula dan pelayan menyambut kedatangan tamu undangan.

Laut membelah dengan lebar nan panjang untuk menyisakan daratan bagi para tamu undangan yang bukan merupakan keturunan elemen air. Meski begitu, pemandangan bawah laut tetap disuguhkan dengan indah. Ikan-ikan dari berbagai ukuran, tanaman-tanaman laut, dan perhiasan laut lainnya seolah menyambut kedatangan mereka.

Di dalam istana, para diabolus kelihatan senang dan betah. Pelayan-pelayan Asten memang lihai dalam urusan memanjakan mata. Dekor ruangan yang didominasi dengan warna biru terlihat begitu megah. Kursi dan meja telah tersusun dengan rapi. Alunan musik mengalun dengan lembut. Beberapa mermaid berpakaian minim menari di dekat merman yang memainkan alat musik. Mermaid lainnya terlihat berpencar di penjuru ruangan untuk menghibur diabolus berhidung belang.

Sang tuan rumah sendiri tengah berbincang dengan tokoh-tokoh penting dari semua clan.

Lord Eduardo terlihat sedang berbincang dengan Lord Caesar, Raja Clan Aneor dan puteranya, Lord Baron.

Sedangkan Lady Casmira tengah berbincang dengan Lady Helena, penguasa Clan Akins. Kedua wanita terhormat ini beberapa kali membahas lelucon-lelucon mengandung sarkasme untuk menghibur diri sekaligus menyombongkan status bangsawan mereka. Bahkan Lord Victor yang tadinya berada di kelompok Eduardo memilih bergabung bersama dua wanita cantik itu.

"Ada bagusnya juga kau mengadakan pesta seperti ini, Lord Eduardo. Lumayan untuk rehat sejenak dari penat di kepala," ucap Lord Baron dengan sedikit kekehan.

Lord Victor menyahut, "Benar sekali."

Pria itu datang bergabung bersama Casmira dan Helena.

"Tapi, Lord Eduardo pasti memiliki tujuan tersendiri. Aku mengenal baik keturunan Asten. Mereka tak terlalu gemar mengadakan pesta meriah seperti ini hanya untuk tujuan bersenang-senang. Bukan begitu, Lord?" kata Lord Caesar. Eduardo tak menjawab, ia hanya memberikan senyuman tipis.

Kali ini Helena yang bersuara, "Atau jangan-jangan Lady Casmira yang memiliki kejutan untuk kita. Mmm... perayaan karena telah memiliki pasangan misalnya," katanya dengan sedikit menggoda.

Casmira tersenyum canggung. Meski begitu, gadis ini pandai menetralkan ekspresinya secepat mungkin. Casmira membalas, "Pangeranku belum datang, tapi mungkin saja dia datang hari ini."

"Kenapa harus menunggu seorang pangeran? Raja lebih pantas untuk itu. Aku, misalnya," canda Victor dengan mimik menggoda. Mereka semua tertawa.

Milson yang duduk tak terlalu jauh dari mereka telah memantau sejak tadi. Perbincangan mereka dapat terdengar jelas olehnya. Raut wajah pria itu terkesan biasa-biasa saja mendengar semua lelucon yang telah mereka lontarkan. Karena memang bagi Milson, tidak ada yang lucu.

Milson telah lelah menanti tujuan utama pesta ini. Sang tuan rumah terlalu banyak berbasa-basi. Mungkin sudah hampir 3 jam ia duduk bersama Zinki, pelayan setianya yang senantiasa selalu menemani.

Milson dan Eduardo telah melakukan kesepakatan baru, yakni pembongkaran identitas Bona. Milson mendesak pihak Asten untuk segera memberitahu kehadiran Bona pada diabolus lain, tentunya dengan jaminan kebohongan Asten akan aman di tangan Akennaton.

Tentu Milson punya alasan atas desakannya. Mengingat bahwa bangunan istana baru Clan Akennaton hampir selesai dan tak lama lagi diresmikan, tetapi untuk membangun struktur kerajaan baru, Milson membutuhkan pendamping untuk itu. Bisa rumit urusannya jika Milson tiba-tiba memperkenalkan Bona tanpa identitas.

Kembali ke perbincangan para penguasa clan dunia alam bawah, kali ini mereka membahas topik baru.

"Aku dengar Clan Akennaton akan memiliki istana baru. Apa itu benar?" Tanya Lord Caesar pada Victor.

Senyuman Victor memudar mendengarnya. Perasaannya mulai tak enak. Meski begitu, penguasa Clan Akennaton itu membenarkan dengan anggukan.

Kening Lady Helena berkerut, "Mengapa tiba-tiba? Apa ada kesalahan pada istana Akennaton yang sekarang?"

"Tidak ada, Lady. Semua baik-baik saja."

"Lalu apa tujuannya? Siapa yang akan memimpinnya?" Lord Baron ikut keheranan.

"Aku," Milson datang dengan senyuman miring.

Suasana langsung berubah setelah Lord Milson bergabung. Yang paling menonjol perubahan ekspresinya, ialah Eduardo dan Casmira. Mereka jelas terlihat tak nyaman.

Milson terlihat puas melihat ekspresi mereka. Pria itu kembali memasang topengnya. Senyumannya melengkung begitu manis, "Akennaton akan membentuk struktur kerajaan baru," katanya.

Caesar terlihat tak rela. Pandangan pria itu beralih menatap Victor, "Kau yakin memberinya izin untuk keputusan besar seperti ini?"

"Ya, Lord," jawab Victor. Dengan berat hati pria itu berusaha terlihat percaya diri dengan tersenyum, ingin mempertahankan kehormatannya seolah semua akan baik-baik saja di bawah keputusannya. Victor menambahkan, "kupikir itu tak masalah. Justru jika dipimpin oleh dua Raja akan membuat Clan Akennaton semakin kuat."

"Tak perlu risau, Lord Caesar. Aneor akan tetap berteman baik dengan Akennaton."

Perkataan Milson terdengar bermaksud baik. Namun, tidak dengan Caesar. Pria itu seolah ingin bermain-main dengannya. Entah apa maksud perkataan Milson, tetapi Caesar akan selalu waspada dengan pria berbahaya ini.

Setelah itu, tak ada lagi perbincangan. Satu persatu diantara mereka memulai memisah diri dan mencari teman mengobrol baru hingga menyisakan Milson, Victor, dan Zinki.

Tak lama setelah itu, istana Asten sedikit berguncang. Suara ikan paus terdengar dari luar. Nyanyian makhluk laut itu terdengar indah. Hiburan lain datang. Diabolus-diabolus Asten terlihat mengendalikan elemen mereka. Semua pasang mata disuguhkan dengan kumpulan gelembung air yang membentuk ikan di atas. Gelembung yang berbentuk ikan-ikan tersebut tampak seperti menari dan berputar-putar di ruangan. Ketika Djoser, pelayan setia Eduardo meniup terompet kerang, gelembung-gelembung ikan tersebut pecah.

Tamu undangan tepuk tangan bersorak riuh atas hiburan ini. Ketika Lord Eduardo berdiri di depan para tamu undangan, kebisingan lenyap.

"Kuucapkan terima kasih pada kalian untuk menyempatkan diri ke sini. Aku yakin bahwa kalian menikmati pesta ini. Beri aku penghormatan sebagai ucapan terima kasih atas hiburan ini," kata Eduardo.

Tamu undangan memberikan tepuk tangan untuknya. Lord Eduardo tersenyum dan menunduk rendah, menunjukkan rasa tersanjungnya.

"Anggap saja ini merupakan hari bahagia. Untuk itu, aku ingin mengenalkan anggota baru kerajaan Clan Asten," Lord Eduardo tersenyum lebar, berusaha untuk tetap terlihat terhormat ketika para tamu berbisik-bisik penasaran.

Eduardo memberi isyarat pada Djoser melalui tatapan. Lantas tangan kanan penguasa Clan Asten itu kembali meniup terompet kerangnya.

Saat suara terompet berhenti, terlihatlah sosok gadis bersama dua pelayannya menuruni tangga dengan pelan. Dia adalah Bona.

Semua pasang mata tertuju pada gadis itu, termasuk Milson. Bona mengenakan dress panjang tanpa lengan berwarna biru. Gadis itu terlihat begitu cantik. Rambut hitam nan legamnya disanggul sehingga membuat bahu dan lehernya terekspos. Lekuk tubuhnya meninggalkan kesan yang seksi, tetapi tidak dengan wajahnya. Riasan wajah Bona begitu tipis, nyaris terlihat seperti tak menggunakan riasan. Bibirnya yang berwarna merah muda alami membentuk sebuah senyuman. Wajahnya kelihatan mungil dan meninggalkan kesan lugu.

Memandang Bona dari kejauhan mengundang bibir Milson tersenyum, sangat tipis, nyaris tak terlihat.

Casmira tersenyum miring saat menyadari tamu undangan terlihat terpesona dengan Sang adik. Sengaja ia memasang konsep berpakaian dan riasan seperti itu agar peran Bona sebagai diabolus lugu berumur 17 tahun dapat berjalan dengan baik diatas panggung.

Kini Bona telah berada di samping Eduardo. Gadis itu tak bisa menyangkal bahwa ia gugup setengah mati saat ini, tetapi demi mencerminkan sikap anggun seorang bangsawan, Bona berusaha untuk selalu memasang senyum.

"Dia adalah Adikku, Bona Asten," ujar Lord Eduardo, dengan bangga ia memperkenalkan Sang adik.

Raut wajah tamu undangan jelas terkejut. Namun, Eduardo tetap bersikap santai. Setidaknya, tidak untuk setelah ini. Sebab selebihnya, kebohonganlah yang akan keluar dari bibirnya. Maka, tiga bersaudara berdarah Asten itu memainkan peran mereka di atas panggung.

"Kami memiliki Ayah yang sama, tapi Ibu yang berbeda. Ibu Lady Bona merupakan seorang bangsawan kelas bawah yang enggan kusebutkan namanya karena beliau telah abadi di neraka," Lord Eduardo agak sedikit berdebar mengatakan kebohongan ini. Sebisa mungkin ia mencoba untuk melenyapkan kegugupannya.

Dengan sedikit usaha, Penguasa Clan Asten itu mengatakan sebuah lelucon, "Jadi, untuk pria bangsawan diluar sana, kuharap kalian bisa menahan diri dan sadar umur. Karena gadis tujuh belas tahun seperti Adikku tak akan paham dengan level rayuan kita yang sudah berumur ratusan tahun ini."

Mereka semua tertawa. Dengan begitu, kegugupan Eduardo enyah. Peran mereka sukses diatas panggung. Kebohongan perihal identitas Bona dapat diterima publik alam bawah. Hal itu membuat Eduardo dan Casmira lega luar biasa.

Eduardo beralih menatap Bona, memberi kode melalui tatapan untuk angkat bicara.

Bona menoleh menatap Gelsy dan Damares. Ketika mengetahui tuan mereka gugup, mereka melemparkan senyuman untuknya.

Pandangan Bona mengedar, menatap tamu undangan yang terlihat menanti suaranya terdengar. Mereka semua terlihat menghargai Bona. Beberapa bahkan memandangnya dengan perasaan tertarik.

Saat mata Bona bertemu dengan mata Milson, senyuman gadis itu otomatis tertarik dan semakin melebar. Ia tak dapat memungkiri bahwa ia merasa sangat bahagia. Milson telah menarik Bona keluar dari lubang hitam yang selama ini menjadi tempat persembunyiannya. Milson membantu Bona melepaskannya dari kehampaan dan kesendirian yang mendalam. Milson memberi Bona sebuah kebebasan. Perkataan Milson akhirnya terbukti kebenarannya, bahwa tempat yang paling aman untuk Bona, ialah di samping pria itu.

Bona dengan mata yang berbinar berkata, "Senang bertemu dengan kalian." Bona menunduk rendah, layaknya gadis bangsawan pada umumnya. Keanggunan Bona yang terpancar dari suara dan gerak-gerik tubuhnya mengundang sorakan tamu undangan. Mereka tepuk tangan untuk gadis itu.

Kebahagiaan jelas terpancar di mata Si tiga bersaudara dari Asten. Meski, marabahaya baru telah tercipta karena kebohongan, tapi disamping itu mereka merasa lega. Sebab mereka tak perlu repot-repot lagi menyembunyikan rahasia mengenai keberadaan Bona di dunia alam bawah. Bagi Eduardo, jika pun rahasia perihal Bona belum dibongkar, mereka akan tetap berada dalam marabahaya. Jadi, semuanya sama saja. Daripada diam mati kutu tanpa bertindak sesuatu, lebih baik Eduardo melangkah maju untuk menyelesaikan masalah satu-persatu.

Djoser kembali meniup terompet kerangnya. Pesta berlanjut dengan hiburan yang lebih meriah. Merman kembali memainkan alat musik mereka. Para mermaid kembali menari, tetapi dengan tarian yang lebih nakal sehingga mengundang beberapa diabolus untuk bergabung dalam tarian mereka.

Eduardo menarik Bona, membawanya untuk berkenalan dengan para penguasa clan dunia alam bawah.

Mereka menyambut kedatangan Bona dengan senyum lebar. Terutama Lady Helena, dia membungkuk, "Helena..." katanya memperkenalkan diri, "aku pemegang takhta Clan Akins," lanjutnya.

Bona begitu terpesona akan kecantikan gadis di hadapannya ini. Bona balas membungkuk dengan tersenyum manis.

Kemudian tatapan Bona beralih pada Baron. Sosoknya tinggi dengan tubuh yang tak terlalu berisi. Pria ini sangat manis dengan lesung di pipi. Perlakuannya pun tak kalah manis. Bona dibuat tersanjung ketika pria itu meraih tangannya kemudian memberi sebuah kecupan.

"Lord Baron, Pangeran tunggal Clan Aneor," kata pria itu. Baron kemudian ikut memperkenalkan sang Ayah, "Dia Ayahku, Lord Caesar, my King."

Bona kembali membungkuk untuk kedua pria itu. Perawakan Caesar yang awet muda menjadikannya kelihatan seperti bersaudara dengan Baron. Pasalnya, wajah mereka lumayan mirip. Bona awalnya tak menyangka bahwa Caesar sudah memiliki anak. Diabolus pada umumnya memang seperti itu. Mereka akan selalu menjadi awet muda, walau telah berumur ratusan tahun. Mereka akan selalu terjebak pada fisik berumur tiga puluhan tahun. Ini sama halnya dengan ayah Bona, Lord Ladarius.

Kini giliran Victor yang memperkenalkan diri, "Victor... penguasa Akennaton," katanya tersenyum. Pria itu dan Bona saling membungkuk rendah seolah belum saling mengenal. Meski, telah mengetahui identitas masing-masing, untuk mengkhayati peran, kepura-puraan ini perlu dilakukan.

"Kenapa baru beritahu sekarang bahwa kau punya Adik secantik ini, Lord Eduardo? Aku selalu suka dengan daun-daun muda seperti ini," ungkap Baron membuat Bona tersipu.

"Sadar umur, Lord," kata Eduardo. Baron tertawa menanggapinya.

"Kupikir bukan ide yang buruk bila Asten dan Aneor menjadi keluarga," sahut Lord Caesar bermaksud bercanda, tetapi jika Eduardo ingin serius, boleh-boleh saja. Giliran Eduardo yang tertawa.

Victor hanya bisa menyimak tanpa minat untuk menyahut. Pria itu senyum-senyum, mencoba menahan tawa karena harus terlibat dalam situasi konyol ini. Sayang sekali untuk Lord Caesar. Pria itu salah sasaran. Nyatanya, Bona sebentar lagi akan menjadi keluarga Akennaton.

Bona mendekati Casmira, dengan berbisik ia bertanya, "Bolehkah aku pergi sebentar?"

Casmira yang langsung mengerti bahwa Sang adik hendak menemui pendampingnya langsung mengiyakan, ia balas berbisik, "Jangan lama-lama!"

"Aku pergi dulu, ya," pamit Bona dengan sopan pada penguasa-penguasa dunia alam bawah di hadapannya.

Mereka mengiyakan. Bona membungkuk rendah lalu pergi darisana setelah menerima anggukan dari Eduardo.

Pandangan Bona mengedar mencari Milson. Beberapa kali Bona harus melemparkan senyumannya pada diabolus-diabolus yang sempat menyapa.

Ketika Bona berbalik, tatapan intens Milson telah lebih dulu menemukannya dari kejauhan. Bona tersenyum lebar. Dia melambai pada pria itu. Milson terlihat duduk seorang diri bersama Zinki yang selalu berdiri di belakang tuannya.

Jika dilihat-lihat, pendampingnya itu memang menyedihkan. Milson seolah tak punya satu pun teman yang bisa diajak bicara. Semua diabolus menjauhinya. Hal ini mengundang iba di hati Bona. Pantas saja ia selalu merasa hampa. Rupanya, di tengah keramaian pun yang ditemukan Milson hanya kesendirian.

Raut wajah Milson terlihat seperti biasanya. Begitu dingin seolah tak lagi memiliki perasaan. Pria itu menanti kedatangan Bona. Setidaknya, Milson memiliki Bona. Jadi, kesendirian yang dirasakannya di tengah keramaian pun tak menjadi masalah, asal Bona bersedia menjadi pengganti untuk itu.

Bona berjalan pelan menuju pria itu, tanpa tahu bahwa rupanya Lord Baron mengikutinya.

"Lady Bona!"

Bona menoleh ke belakang. Senyuman manis Lord Baron menyambutnya. Bona pun tersenyum untuk pria itu, "Ada apa, Lord?"

"Mau ke mana, Lady? Aku akan menemanimu. Mungkin kita bisa berbincang sedikit lama."

Suara pria itu terdengar lembut. Tatapannya teduh. Terlihat jelas bahwa Baron menyimpan ketertarikan pada Si bungsu dari Clan Asten itu.

Dan dari kejauhan, Milson menyadarinya. Milson memantau mereka dari kejauhan. Semakin lama waktu berjalan, hati hingga menjalar ke seluruh tubuhnya terasa seperti terbakar.

"Mungkin kita bisa mencoba untuk saling mengenal satu sama lain," kata Baron. Kali ini terlihat meyakinkan.

Bona menangkap maksud pria itu. Ia mengerti dan hanya terdiam menatapnya. Senyuman manis Bona lenyap, tergantikan dengan raut canggung yang penuh kebimbangan.

"Kau cantik. Aku tertarik. Aku menghargaimu. Aku tahu kau belum paham soal pendekatan, tapi aku akan mengajarimu."

Bona semakin canggung. Lord Baron dengan terang-terangan merayunya. Cara pria itu tersenyum pun terlihat mencoba untuk menggodanya. Bona tahu bahwa diabolus pada umumnya memang selalu agresif, tetapi ia tak menyangka akan menerima perlakuan dari pria terhormat seperti Lord Baron.

"Tapi, aku sudah memiliki pendamping, Lord," kata Bona, menolaknya dengan halus.

Baron yang tak percaya hanya terkekeh pelan. Pria itu menanggapi dengan candaan, tapi dengan nada yang menggoda, "Mana? Aku tak melihatnya."

"Hei!" Seseorang dengan tubuh yang terasa terbakar memanggil Baron dari belakang.

Lantas Baron berbalik, dan menemukan wajah Milson dengan senyuman miringnya.

"Sekarang kau melihatnya," kata Milson. Pria itu mendekati Bona kemudian merangkulnya.

Lord Baron terlihat terkejut. Dengan perasaan sedikit percaya, ia merasa kesal. Tatapan menghinanya jelas tertuju pada Lord Milson. Sekarang ia mengingat bahwa ketika Aneor mengadakan pesta kala itu, Lord Milson memang telah menemukan pendampingnya. Baron tak menyangka bahwa gadis itu, ialah Bona. Sungguh sangat disayangkan pria sehina Milson harus bersanding dengan gadis terpandang seperti Bona.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Baron bergegas pergi dan kembali bersama rombongan Sang penguasa. Dari mulut Baron, fakta bahwa Bona merupakan pendamping Milson telah tersebar ke seluruh penjuru ruangan.

Ketika Bona dan Milson berjalan, Bona sadar bahwa kini suasana telah berbeda. Gosip yang telah beredar membuatnya menjadi pusat perhatian. Karena statusnya yang terpandang dan sosoknya yang sudah terlanjur dipuja, para diabolus tetap menyapa Bona. Namun, tidak untuk Milson. Tak ada sapaan atau pun senyuman untuk pria itu.

Milson menyadari ini. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa tak percaya diri saat dikucilkan. Yang jelas, Milson takut bahwa hal ini akan berdampak buruk pada Bona. Ia merasa tak enak untuknya. Lantas pria itu memperlambat langkahnya agar tak lagi bersejajar bersama Bona.

Namun, maksud baik Milson ditolak mentah-mentah oleh Sang pendamping. Bona malah menggenggam tangan pria itu dan tersenyum untuknya. Mata Bona seolah berkata bahwa memiliki Milson bukanlah hal yang memalukan baginya.

Hati Milson yang membeku, tersentuh. Pria itu menatap dalam manik biru Sang Lady.

"Tutup matamu," kata Milson.

Bona bingung mendengarnya, tetapi karena menganggap ini keseruan, Bona menyanggupi perkataan Milson.

Saat Bona membuka mata, latar tempatnya telah berbeda. Pandangan Bona mengedar. Mereka berada di pantai wilayah Asten saat ini.

"Wah..." kata Bona terkagum-kagum. Dirinya dan Milson baru saja berteleportasi tanpa menggunakan portal. Ini pertama kalinya bagi Bona.

Milson meninggalkan Bona dan berjalan menyusuri pantai. Lantas Bona cepat-cepat membuka sepatu hak tingginya dan menyusul pria itu.

Saat tubuh mereka telah bersejajar, Bona menatap Milson, "Terima kasih, Lord."

Milson menoleh dengan alis terangkat. Tatapannya penuh tanda tanya.

"Berkat dirimu, aku merasa bebas sekarang." Bona tersenyum penuh arti.

Milson hanya diam dan tak menjawab. Mereka melanjutkan perjalanan sembari menikmati sejuknya angin yang bertiup, serta suara ombak yang begitu menenangkan pikiran.

Lama mereka berjalan, rupanya yang menjadi tujuan Milson, ialah kediaman Bona. Pria itu bermaksud ingin mengantar Sang Lady ke rumahnya agar tak lagi diganggu oleh pria penggoda seperti Lord Baron.

Ketika mereka sudah berada di depan batu-batu karang yang menyembunyikan kediaman Bona, Milson berhenti berjalan.

Milson mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya. Cincin tersebut begitu indah dengan permata zamrud merah di tengah-tengahnya. Bona berbinar melihatnya.

Setelah memakaikan cincin itu di jari Bona, Milson berkata, "Cincin ini selalu terpasang di jari-jari Ratu Akennaton terdahulu," kata Milson terjeda. Pria itu tersenyum tipis, begitu tipis hingga tak disadari oleh Sang Lady.

"Kuberikan untukmu. Karena kau adalah Ratu yang selanjutnya," kata Milson.

●●●


Keesokan harinya, Bona dan Milson telah membuat janji. Hari ini, Milson akan mengajak Bona ke Clan Akennaton untuk yang pertama kalinya.

Bona berdiri di depan cermin. Wajahnya terlihat riang. Hari ini ia mengenakan gaun merah muda. Wajahnya polos tanpa riasan. Casmira pernah berkata padanya bahwa salah satu hal yang harus Bona lakukan untuk mengkhayati perannya menjadi diabolus berumur 17 tahun, ialah berwajah telanjang tanpa make up.

Gelsy memberikan ramuan raxil pada Bona lalu bertanya, "Kau yakin aku dan Damares tak perlu ikut, Nona?"

Bona belum menjawab. Gadis itu menatap botol ramuan di tangannya lalu meminumnya. Ramuan raxil begitu hambar. Bona tak merasakan rasa apapun di lidahnya.

"Biarkan kami ikut, Nona," ujar Damares. Pria itu tampak khawatir.

"Tidak. Kalian di sini saja," jawab Bona. Sengaja ia tak membiarkan dua pelayannya ikut. Sebab Bona tak ingin bila waktunya bersama Milson terganggu karena keberadaan mereka.

Damares menghela napas.

"Coba kau cek lagi di bawah, Damares. Mungkin Lord Milson sudah datang," ujar Bona. Gadis ini kelihatan sudah tak sabar ingin berjelajah.

Damares menyanggupinya. Saat pria itu kembali, jawaban Damares tetap sama seperti sebelumnya, "Dia belum datang."

Bona terlihat agak kecewa. Pasalnya, ini memang sudah yang kedua kalinya Damares turun ke lantai bawah untuk mengecek. Mungkin sudah hampir satu jam Bona menunggu kedatangan Milson. Pria itu terlambat. Hari sudah menjelang sore. Padahal, seharusnya Milson menjemput di siang hari.

Bona kembali menunggu dan mencoba untuk menyibukkan diri dengan membaca novel romansa karangan Damares. Di halaman ke-30, Milson belum juga datang. Bona letih dan tak dapat lagi menunggu.

"Gelsy, ambilkan jubahku," kata Bona.

Gelsy mengambil sebuah jubah berwarna biru gelap lalu memberikannya pada Sang Lady.

"Kau mau pergi sendiri, Nona?" tanya Gelsy.

"Ya. Aku tak bisa menunggu. Aku sudah tidak sabar."

Damares membantu Bona memakaikan jubahnya. Dengan nada ragu ia bertanya, "Kau yakin, Nona? Kau tidak takut?" Damares bimbang bahwa mungkin saja Bona ketakutan saat melihat situasi di Clan Akennaton. Sebab saat dirinya ke sana bersama Lord Eduardo tempo hari, Damares tak memiliki niat untuk menginjak wilayah elemen api itu lagi.

"Apa yang perlu ditakutkan, Damares?" Bona tersenyum.

Portal di dalam kamar terbuka. Bona masuk ke dalam. Sebelum portal menghilang, Bona memberikan senyuman pada dua pelayannya seolah berkata bahwa dirinya akan baik-baik saja.

Portal telah membawa Bona ke tempat tujuannya. Saat Bona keluar dari portal, senyumannya lenyap. Kakinya menginjak tanah tandus nan gersang wilayah Clan Akennaton. Bona disuguhkan oleh pemandangan yang cukup menyeramkan. Damares benar, Clan Akennaton sama sekali tak ada indah-indahnya. Pohon mati tak berdaun tumbuh di tanah tandus ini. Gumpalan asap tipis menyapu udara. Kerikil-kerikil yang bertebaran mengandung magma. Burung pemakan bangkai beterbangan di atas. Namun, suasana menyeramkan seperti ini memang cocok digambarkan untuk Clan Akennaton.

Melihat adanya keramaian di wilayah barat, Bona memutuskan untuk bergegas ke sana. Beruntung, jaraknya tak terlalu jauh. Saat sampai, pandangan Bona disambut oleh kemegahan sebuah istana. Itu adalah istana Milson. Istana tersebut berukuran sangat besar. Menara-menaranya menjulang tinggi. Jendela berukuran sedang dan kecil turut meramaikan. Pintu utama berukuran raksasa.

Bona terkagum melihatnya. Kemudian perhatiannya beralih para ogre. Ras makhluk raksasa itu sedang mengantri. Mereka membawa sebuah wadah besar. Setelah dibuat bingung akhirnya Bona tahu bahwa wadah besar tersebut berisi magma.

Di sisi kanan dan kiri jalan menuju pintu utama kastil, terdapat sebuah lubang besar yang membentuk lautan kecil. Disitulah para ogre menuangkan magma yang mereka bawa. Bona sedikit bergidik membayangkannya. Jika ia tak meminum ramuan raxil, mungkin sekarang tubuhnya sudah terbakar.

Dari kejauhan Zinki yang memantau sistem kerja para ogre memerhatikan Bona. Pria ras lycan itu lantas menghampiri Sang Lady. Wajah Bona yang tertutup tudung jubah membuat Zinki tak dapat mengenalinya, tetapi saat tudung jubah Bona terjatuh, barulah Zinki bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Zinki terlihat terkejut. Dengan cepat tangan kanan Milson itu membungkuk rendah pada pendamping tuannya, "Lady," katanya menyapa.

Bona menoleh, "Oh... kau rupanya, Zinki," kata Bona tersenyum.

"Sedang apa ke sini, Lady? Anda mencari Lord Milson?"

"Ya. Di mana dia? Biasanya dia bersamamu."

"Lord Milson berada di dalam istana, Lady. Lord sedang beristirahat."

Senyuman Bona memudar perlahan. Ia tampak kecewa. Rupanya inilah alasan mengapa Lord Milson tak menepati janjinya. Mungkin dia lupa. Namun, Bona mencoba untuk berpikiran positif. Milson butuh istirahat. Mungkin pendampingnya itu lelah. Bona mencoba untuk memakluminya.

Kepala Bona yang kembali segar setelah diisi dengan spekulasi positif membuat senyumannya kembali merekah. Ia berkata, "Ya, sudah kalau begitu. Aku tak akan mengganggunya. Oh, iya, kita belum berkenalan secara resmi, Zinki."

Zinki hanya bisa menunduk. Sifat Bona sangat ceria, begitu bertolak belakang dengan sikapnya. Zinki harus ekstra hati-hati. Sebab jika sekali saja ia salah bicara, bisa rumit urusannya.

"Aku tak pantas untuk menerima kehormatan seperti itu, Lady."

"Jangan bicara begitu. Aku tak pernah memandang sebelah mata seseorang yang berbeda ras denganku. Bagiku, semua makhluk hidup itu sama."

Kepala Zinki terdongak menatap Bona. Jujur, Zinki lumayan terkejut. Baru kali ini ia mendengar perkataan ras iblis yang bersikap rendah hati seperti Bona. Tak sama dengan tuannya, Milson yang selalu angkuh dan congkak seperti diabolus pada umumnya. Lady Bona berbeda, tetapi Zinki tak sedikit pun menaruh curiga.

"Aku akan mengantar Anda ke dalam, Lady. Lord Milson tak akan keberatan jika Anda menemuinya. Sudah dari beberapa jam yang lalu dia beristirahat."

"Ah... begitukah?" Bona tersenyum lebar, "baiklah. Aku akan masuk ke dalam, tapi kau tak perlu mengantarku," katanya kemudian.

Zinki terlihat ragu, "Tapi, Lady--"

"Tak apa. Kau di sini saja. Kau memiliki tugas yang lebih penting," kata Bona tersenyum, memotong perkataan pria itu.

Zinki membungkuk rendah selepas Bona angkat kaki menuju jembatan yang merupakan jalan utama menuju istana.

Bona melihat ke kiri dan ke kanan. Matanya menuju ke bawah, melihat magma yang sudah hampir memenuhi lubang di bawahnya membuat Bona bergidik.

Pengawal yang berjaga membukakan pintu utama untuk Bona. Saat berada di dalam, keadaan istana masih terlihat sunyi dan kosong. Segala atribut dan barang kepentingan kerajaan belum mengisi kekosongan istana.

Bona yang kebingungan harus ke mana, memilih jalan terus saja. Tak perlu terburu-buru untuk menemukan Milson. Jika perlu, ia ingin berkeliling dulu untuk melihat-lihat rumah barunya. Memikirkan itu membuat Bona terkikik sendiri.

Bona berhenti berjalan, dengan mulut yang menganga ia menatap koridor di hadapannya. Koridor tersebut sangat panjang. Ia bahkan tak dapat melihat ujungnya.

Bona menghela napas lelah dan kembali berjalan. Perjalanan Bona cukup terhibur kali ini. Sebab ia dapat melihat pemandangan dari setiap jendela di koridor. Para ogre terlihat masih melakukan pekerjaan mereka.

Perhatian Bona teralih saat melihat kedatangan gerombolan ras baru. Mereka adalah ras lycan. Sebagian dari mereka ada yang berwujud serigala. Mereka mengangkut segala macam atribut dan barang untuk diletakkan di dalam istana. Ada yang membawa kursi, meja, karpet, dan segala macam barang kebutuhan lainnya. Yang paling menyita perhatian Bona, ialah saat mereka membawa buku yang begitu banyak. Mungkin ada sekitar dua puluh lycan yang membawa tumpukan buku di tangan mereka. Darisini, Bona tahu bahwa rupanya Lord Milson merupakan seorang penikmat buku. Bona tersenyum memikirkan itu.

Bona menoleh ketika mendengar sebuah suara dari salah satu ruangan di koridor. Bona mendekati ruangan tersebut. Pintunya yang sedikit terbuka membuat gadis itu dapat mengintip di cela-cela pintu.

Bona melihat Milson di dalam ruangan tersebut. Pria itu sedang menatap jendela dengan posisi yang membelakanginya.

Milson tak sendiri di dalam ruangan itu. Dia bersama Victor. Kakak tiri Milson itu terlihat sedang duduk santai di sofa.

Ruangan yang diduga merupakan ruang pribadi Milson itu sudah diisi dengan barang-barang. Bona melihat ada banyak buku di dalam. Mungkin sekitar 4 rak buku telah mengisi ruangan tersebut.

"Aku memberinya cincin Ibumu," kata Milson.

Mendengar perbincangan mereka, membuat Bona mengurungkan niat mengetuk pintu. Bona tahu bahwa dirinya dan cincin yang terpasang manis di jarinya menjadi topik yang mereka bahas di dalam.

"Aku telah memberimu singgasanaku. Jadi, cincin turun-temurun Ratu tak sebanding dengan kebaikanku. Kau harus merelakannya."

"Ambil saja. Aku bisa membuat cincin baru untuk Ratuku kelak," kata Victor dengan raut dingin. Pria itu bersandar, menatap langit-langit ruangan lalu berkata, "apa dia menerimanya? Kau yakin dia sanggup menjadi Ratumu?" tanyanya kemudian.

Suara dengkusan Milson terdengar. Pria itu tersenyum meremehkan, "Cincin dan takhtanya hanya sekedar formalitas. Dia hanya gadis naif yang tak tahu apa-apa. Aku perlu posisi Ratu untuk membangun kerajaan baru. Dia tak akan merugi. Aku sudah membantunya bebas. Pasti dia kesenangan sendiri saat ini."

Senyum Bona memudar. Tangannya bergetar. Hatinya berdesir penuh kekecewaan dan amarah.

"Dia pasti sama saja dengan gadis pada umumnya yang hanya mengincar kekuasaan," Victor ikut menambahkan. Membuat amarah Bona semakin terpancar di matanya.

"Biarkan saja. Toh, kita memang sama-sama saling menguntungkan. Aku membutuhkannya dan dia membutuhkanku," ungkap Milson sekali lagi. Bona jelas terlihat begitu kecewa. Secepat itu pula air matanya jatuh membasahi pipi. Namun, Bona langsung menghapusnya.

Tak kuat mendengar perbincangan mereka lagi, Bona memutuskan untuk pergi. Gadis itu tak berlari, tetapi langkahnya begitu cepat. Pikirannya sungguh kacau. Ia tak menyangka bahwa Lord Milson mempunyai pikiran seperti itu terhadapnya. Rupanya, selama ini Milson hanya memanfaatkannya untuk mencapai sebuah tujuan. Pantas saja pria itu kelihatan begitu baik hati. Ternyata semua hanya sandirawa belaka.

Tatapan Bona bersorot akan kekecewaan dan amarah yang begitu mendalam. Dadanya bergemuruh hebat. Tangannya yang gemetar terkepal kuat. Yang ada dipikiran Bona saat ini, ia tak mau lagi bertemu dengan Lord Milson.

Keluar dari koridor, Bona berpapasan dengan Zinki. Pelayan setia Milson itu lantas langsung membungkuk rendah, "Lady," katanya menyapa.

Ketika Zinki berdongak, ia dibuat heran saat raut sedih bercampur amarah yang menyambutnya. Mata Bona terlihat berkaca-kaca. Gadis itu mengabaikan Zinki dan langsung keluar dari istana begitu saja. Zinki bingung setengah mati, apakah ia harus mengejar Sang Lady atau kembali menuju ke ruang pribadi Milson. Namun, Zinki akhirnya memutuskan untuk tetap pergi untuk menemui tuannya.

Bona berjalan menjauhi istana. Gadis itu menuju ke tempat portalnya terbuka tadi. Berulang kali gadis itu mengumpat dan memaki di pikirannya, tetapi hatinya menangis. Berulang kali ia mengusap mata saat air matanya ingin jatuh. Bona terlihat kecewa. Benar-benar kecewa. Perkataan Milson terngiang-ngiang di kepalanya.

Cincin dan takhtanya hanya sekedar formalitas.

Dia hanya gadis naif yang tak tahu apa-apa.

Aku membutuhkan posisi Ratu untuk membangun kerajaan baru.

Kita sama-sama saling menguntungkan. Aku membutuhkannya, dan dia membutuhkanku.

Pasti dia kesenangan sendiri saat ini.

Bona berteriak penuh emosi. Hatinya sudah tak tahan. Ia tak sabar ingin menumpahkan tangisnya.

Di belakang, rupanya Lord Milson menatap kepergian Bona yang kini telah jauh.

"Bona! Lady Bona!" Berulang kali Milson memanggil, tetapi Bona mendengarnya.

Milson yang diberitahu oleh Zinki mengenai keberadaan Bona dan kondisinya, membuat Milson langsung bergegas keluar dari istana. Milson takut bila alasan yang membuat Bona pergi, ialah karena dirinya. Milson takut... Bona mendengar perkataannya.

"Bona!" Milson memanggilnya dengan suara yang begitu keras, tetapi Bona lagi-lagi tak mendengarnya.

Milson melakukan teleportasi sehingga pria itu langsung berada di hadapan Sang Lady. Raut Bona yang menunjukkan kesedihan mengundang keterkejutan Milson.

Tanpa mengeluarkan kata-kata, Bona langsung menamparnya.

Milson tertegun. Ternyata, Bona mendengar perkataannya. Milson kembali menatap gadis itu. Tamparan Bona membuat sudut bibirnya berdarah.

"Kau salah paham."

Tiga kata itu justru membuat amarah Bona bertambah besar. Sekuat mungkin ia berusaha menahan air mata. Melihat tatapan Milson yang seolah selalu ingin melindunginya dan wajah rupawannya yang selalu Bona puja-puja kini malah berbalik membuatnya muak.

"Jadi, selama ini kau hanya memanfaatkanku, ya? Apakah aku senaif itu bagimu?"

Bona berjalan mondar-mandir di depan Milson. Gadis itu memukul-mukul dadanya frustasi. Matanya berkaca-kaca. Meski begitu, ia masih kuat untuk menahan air mata.

"Yang kukatakan hanyalah kebohongan," kata Milson. Raut wajah pria itu memang seperti biasanya, dingin dan tak memiliki ekspresi. Namun, hatinya resah. Ia gelisah... takut bila Bona berpaling.

"Diam!" Bona meneriakinya, "saling menguntungkan katamu? Kau pikir aku membutuhkanmu? Tidak, Lord! Jangan harap kata-kata itu akan keluar dari mulutku. Ya! Aku memang naif. Baru kali ini aku menginjak clan lain. Aku masih belum tahu apa-apa, tetapi asal kau tahu saja, aku bisa hidup tanpa bersandar di bahumu!" katanya kemudian.

"Aku tak butuh posisi Ratu! Aku bukan penggila takhta!" Bona membentak Milson kembali. Bahu gadis itu naik turun. Dadanya bergemuruh hebat.

"Kau harus mendengarku! Aku hanya berbohong pada Victor!" Milson ikut berkata dengan suara yang keras.

Namun, suara Bona lebih keras, "Kau yang harus mendengarku!" Bona mendengkus frustasi. Gadis itu tersenyum miris, merasa kasihan pada diri sendiri, "aku yang bodoh. Kupikir kau benar-benar belahan jiwaku. Aku menerimamu apa adanya," kata Bona. Air matanya hampir jatuh karena mengatakan ini. Amarah gadis itu lenyap, tergantikan dengan kesedihan yang begitu hebat.

Ia mengingat kejadian kemarin, saat di mana Bona menggenggam tangan Milson di tengah keramaian. Ketulusannya begitu konyol. Ia tak tahu apa yang dipikirkan Milson saat itu. Pasti Milson hanya mencacinya dalam hati. Sehingga kalimat 'pasti dia kesenangan sendiri saat ini' terucap di bibir pria itu.

"Harusnya aku terima saja Lord Baron," gumam Bona berbisik dengan miris. Namun, samar-samar Milson bisa mendengarnya.

Milson mencengkeram tangan Bona, "Ini kesalahpahaman, Lady. Kau harus percaya padaku," kata pria itu. Nada bicaranya tersirat akan kepanikan dan keputusasaan.

Milson memang tak dapat menyangkal bahwa perkataannya merupakan sebuah kebenaran. Meski, niat dan tujuannya masih sama, tapi kini telah berbeda. Milson tak pernah bermaksud ingin mempermainkan perasaan Bona. Milson serius padanya. Hanya saja, Milson terlalu gengsi untuk mengakuinya di hadapan Victor. Sialnya, Bona mendengar itu.

Bona menepis kasar tangan pria itu, "Kuharap kita tak perlu bertemu lagi."

Sekali lagi, Milson tertegun mendengarnya. Mendengar penolakan dari orang lain mungkin tak apa bagi Milson. Namun, kini telah ada pengecualian untuk satu orang, yakni Bona. Mendengar ini, membuat amarah Milson terpancing.

Bona melepas cincin di jarinya lalu ia buang ke tanah di hadapan Milson, "Jangan harap aku akan menjadi Ratumu!" katanya lalu masuk ke dalam portal.

Milson menatap kepergian Bona dengan tangan terkepal. Tatapannya terlihat begitu mengerikan. Dadanya bergemuruh dikuasai amarah. Milson begitu murka. Kemurkaan membuat aura gelapnya menyeruak.

Di latar tempat yang telah berubah, Bona mengeluarkan amukannya tanpa ampun. Gadis itu berteriak sekencang mungkin. Damares dan Gelsy panik melihat kondisi tuan mereka.

"Ada apa, Nona?"

"Apa yang terjadi?"

Bona mengacak tempat tidur. Membanting semua barang di sekitarnya. Merobek semua kertas di atas meja. Memecahkan botol-botol ramuan uji coba Gelsy. Kemudian melempar cermin menggunakan vas bunga.

Damares risau. Pria itu sangat khawatir. Dia mencoba mendekati Bona untuk meredakan amarahnya, tetapi tak berhasil.

Bona jatuh terduduk. Gadis itu menutup wajah lalu menangis sekencang mungkin.

Gelsy memberi Bona elusan di bahu, "Apa yang terjadi, Nona? Siapa yang membuatmu menangis?" tanyanya. Penyihir bertopeng itu menatap Sang nona dengan mata berkaca-kaca. Hatinya turut bersedih.

Damares datang memeluk tuannya. Sekarang bukan saat yang tepat menyerbu Bona dengan berbagai pertanyaan. Sebab yang dibutuhkan oleh Bona saat ini memang hanya ketenangan dan sebuah pelukan. Maka Damares menyanggupi dua hal itu.

Bona akhirnya terisak dalam pelukan Damares. Seandainya saja Milson hanya seorang pria biasa, perkataan pria itu hanya akan dianggap angin lalu oleh Bona. Namun, keadaannya tidak seperti itu.

Yang menjadi masalah, Milson bukan hanya sekedar pria biasa bagi Bona. Yang membuat hatinya sesakit dan sekecewa ini, ialah karena sebuah fakta bahwa Bona mulai menyukai Milson.

Di tengah tangisnya, Bona bergumam, "Jangan pernah bukakan pintu untuk pria itu."

Mendengar ini, Damares dan Gelsy langsung tahu siapa yang dimaksud oleh tuan mereka.

Di malam hari, Bona telah terlelap akibat kelelahan setelah menumpahkan kesedihan yang berkepanjangan. Tenaganya terkuras habis sesudah melampiaskan amarah.

Kamar gadis itu telah kembali rapi seperti semula. Damares dan Gelsy tentu tak tega melihat tuan mereka terlelap dalam keadaan kamar yang berantakan.

Pelayan setianya itu bahkan telah menyiapkan beberapa potong buah-buahan dan segelas air untuk Bona, berjaga-jaga bila Sang Lady terbangun dalam keadaan kelaparan atau kehausan.

Dan pertimbangan mereka pun terbukti. Di tengah malam, Bona terbangun lantaran merasa haus. Lehernya terasa begitu kering. Mungkin pita suaranya butuh asupan air setelah banyak digunakan berteriak hari ini.

Bona yang masih digelut kesedihan itu menghela napas pelan. Dikiranya setelah tidur rasa sedihnya akan menghilang. Rupanya, belum.

Bona turun dari tempat tidurnya lalu berjalan untuk mengambil segelas air di atas meja.

Ketika Bona hendak mengambil gelas tersebut, ia melihat bayangan seorang pria di sudut dinding kamarnya.

Bayangan tersebut keluar dari kegelapan dan tergantikan dengan sosok Milson.

Entah sudah berapa lama Milson memandang Bona terlelap. Pria itu menunggunya bangun dengan sabar.

Bona terkejut. Milson memandangnya dengan tatapan yang begitu berbeda. Mata pria itu bersorok akan kemurkaan yang tertahan. Raut wajahnya jelas menunjukkan kemarahan. Auranya yang terasa begitu gelap membuat Bona was-was.

"Pergi!" Bona mengusirnya. Tidak seperti dulu jika mengetahui kedatangan Milson, malam ini sudah berbeda. Tak ada lagi tatapan berbinar untuk pria itu.

Milson melempar sesuatu di dekat kaki Bona. Ketika Bona menatap ke bawah, matanya menemukan kepala Lord Baron. Bona langsung berteriak histeris.

Darah hitam yang keluar dari kepala mayat putera tunggal penguasa Clan Aneor itu hampir membanjiri lantai kamar Bona.

Bona berdiri dengan kaki yang gemetar hebat. Suara ketukan pintu dan teriakan dua pelayannya terdengar dari luar. Mereka tak bisa masuk. Milson telah mengunci pintu.

"Sekarang katakan padaku, siapa lagi pria yang ingin kau terima cintanya? Aku akan membawakan kepalanya untukmu," kata Milson. Suaranya terdengar begitu dingin. Tak ada bentakan di sana. Nadanya halus, tapi terdengar begitu mencekam dan penuh ancaman.

Bona membisu. Bibirnya bergetar. Lidahnya terasa begitu kelu. Sisi gelap Lord Milson membuatnya ketakutan setengah mati. Untuk bergerak pun ia tak bisa. Ia terlalu takut untuk itu.

Milson mendekati Bona. Tangannya yang berlumuran darah hitam memasangkan cincin dengan permata zamrud merah di jari manis Sang Lady.

Pandangan Bona dan Milson bertemu. Bona menatap dalam mata pria itu. Tatapannya terlihat begitu tajam, terlihat tak memiliki perasaan. Raut wajahnya seakan mencerminkan aura membunuh yang begitu kuat. Berulang kali rahang pria itu mengatup seolah membunuh satu orang saja masih belum memuaskannya.

Seharusnya, dari dulu Bona tak pernah menyangkal fakta yang selalu ia anggap hanya desas-desus belaka. Seharusnya, ia percaya bahwa Lord Milson adalah pria berbahaya.

"Sudah kukatakan bahwa kau sudah terlanjur menjadi milikku. Kau tak bisa lari dariku, Bona. Camkan itu. Sekali milikku, akan tetap menjadi milikku."

Bona bergidik mendengarnya.



_________________________________________

Halo, maaf ya up nya kemaleman. Aku ngebut banget gila ngetiknya. Mumpung gak mager nih

Jadi, maafin ya kalau ada typo atau kesalahan kata

Kupersembahkan untuk kalian.....


Ada yang kangen gaaaaaaaa?

What do you think about this chapter?

Kuharap kalian suka sama chapter ini, yaa

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Dilla🌵

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 88.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
183K 21K 26
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
142K 13.3K 37
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...