Lump In your Troath [PROSES R...

By Nanauykk

1.7K 576 221

PROSES REVISI "Even a strong boy can cry just because of a girl" Kala seorang laki-laki sudah mencintai satu... More

✿ Prolog ✿
✿ Crazy Friend ✿
✿ First Love ✿
✿ Handsome ✿
✿ Lupa ✿
✿ Sorry ✿
✿ He's not my boyfriend ✿
✿ Is it possible? ✿
✿ Misi Rahasia ✿
✿ True Nature ✿
"Terungkap"
✿ Girlfriend Or Friend? ✿
✿ Problem ✿
✿ Gengster ✿
✿ Nostalgia (?) ✿
✿ Not A Joke ✿
✿ Fault ✿
✿ "My Heart Is Broken" ✿
"Complicated"
✿ Broken By Love ✿
✿ Difference ✿
✿ Here ✿
"Awal yang baru"
"Playboy"
"My Hero"
"L0V3"
"Revenge For Ex"
"Light Garden"
"About Feelings"
"proximity"
"You Love Me?"
"Punishment"
"Sad Cry"
"Graduation"
"Happiness"
"Answer"
"Wedding-End"

✿ Light ✿

36 14 1
By Nanauykk

💗 Happy Reading 💗
✨I hope you like it ^^✨
Terimakasih buat yang udah nyempetin baca, apalagi klik vote dan Comment ><

[Alicia Pov]

Waktunya sudah masuk jam makan siang, aku baru saja selesai memasak nasi goreng dengan potongan telur rebus yang ku letakkan diatasnya, tak lupa semburan bawang goreng renyah hingga baunya menjadi lebih khas.

Aku lmelepas celemek ku dan segera mencuci tanganku dengan sabun, baru setelah itu aku meletakkan piring berisi nasi goreng diatas nampan bersamaan dengan segelas air mineral.

"Zer, gue masuk ya?" ujarku sambil membuka perlahan knop pintunya.

Bisa ditebak, pemuda itu masih setia diatas kasur miliknya. Ku letakkan makanannya di atas meja samping tempat tidurnya dan perlahan menghampiri nya kembali

"Zer...."

Tak ada jawaban.

"Zero..." panggilku pelan sambil menepuk-nepuk tangannya. Pemuda itu lalu membuka matanya, tanpa berbicara, netra matanya menatapku sayu.

"Zer, gue bawain nasi goreng ni, dimakan ya udah siang gih," kataku.

Zero menggeleng, berisyarat menolak anjuranku.

"Loh, kok enggak mau, entar kalau Lo sakit gimana tong?" kataku dengan nada bercanda, berharap agar suasana bisa mencair, namun percuma saja yang kuajak bicara hatinya masih dirundung duka.

"Woy.. dikittttt ajaa.."

Zero tetap menolak, aku menghembuskan nafasku kasar hampir menyerah membujuk Zero yang keras kepala.

"Zer.. gue tahu Lo tengah sedih, gue tahu hati Lo terluka, tapi jangan seperti ini Zer, dari semalam Lo cuma makan dikit, gimana mau bertenaga coba hah?" kataku menghawatirkan Zero.

Bola matanya beralih menatapku kosong, seakan tidak ada kehidupan di dunia nya.

"Zer, gue mohon dimakan y-"

TOK TOK TOK

"ZEROOOO!!!"

Tiba-tiba suara melengking yang sedikit tidak asing bagiku terdengar dari luar.

"Zer.. gue ke depan dulu ya," pamitku

Aku berjalan cepat menuruni tangga menuju pintu utama untuk membuka pintunya, melihat siapa gerangan yang teriak-teriak dirumah orang.

/Ceklek!

"Halo siapa ya?"

Seorang pemuda tampan tinggi, membawa tas hitam besar sedang berdiri di hadapan ku, seperti nya aku pernah melihatnya.

"Eh? Lo Alicia bukan?" tanya sang pemuda dengan jemarinya menunjukku.

"I-i-iya?" kataku sambil memperhatikan baik-baik orang ini.

"Oh? selamat bertemu kembali Alicia ,akhirnya ya setelah sekian lama," Katanya seakan kita kenal dekat.

"Kok melamun Al?" Katanya.

"Em..."

Siapa sih dia....

...

....

....

OH!

"Lo Kak Arga? kakak sepupunya Zero?"

"Iya lah Al, Lo lupa toh?" tanya Kak Arga balik dengan senyum asam.

"Hehehe maaf kak, abis kak Arga Udah berubah aja penampilannya," kataku menggaruk tengkuk yang tidak terasa gatal.

"Iya dunk, gimana? makin ganteng gak?"

"Ish, ya jangan ikutan kayak Zero jugalah kak," ujarku mulai kesal dengan kelakukan orang yang satu darah dengan Zero.

Kak Arga terlihat tertawa mendengar ucapanku, tentu saja kak Arga tahu, bagaimana sifat Zero sehari-hari dengan rasa percaya diri nya yang begitu tinggi.

"Oh ya kak silahkan masuk, malah berdiri di depan pintu," kataku.

"Oke-oke."

Kak Arga pun mulai melangkah masuk dan meletkkan tasnya di atas sofa.

"Kak Arga pasti capek, gue ambilin minum dulu ya kak," kataku mulai berjalan ke dapur.

"Eh udah gak usah tadi udah minum air mineral di jalan," ucap Kak Arga.

"Kan tadi, sekarang kan belum.."

"Ya sudah terserah Lo saja deh," kata Kak Arga menyerah.

"Mau makan sekalian gak kak? Gue tadi abis masak nasi goreng, masih panas kok."

"Boleh-boleh," kata Kak Arga lalu mengikuti ku dari belakang saat aku menuju dapur.

"Kak Arga duduk aja, pasti capek kan jauh-jauh dari luar kota kesini," Kataku sambil meraih piring dirak.

"Oonge!"

"Oh, ya kak Arga ada keperluan apa kesini? biasanya datang cuma pas liburan," kataku membuka percakapan.

"Oh, itu Bunda suruh ghe buat temenin Zero," kata kak Arga.

"Oh? jadi nanti kamu menginap?"

Kak Arga mengangguk.

"Lalu bagaimana dengan kuliahmu kak?"

"Tenang aja, kebetulan aku praktek lapangan di daerah dekat sini," kata Kak Arga.

"Ooo, ya sudah kalau begitu," ujarku sambil memberikan piring berisi nasi goreng.

"Em..Al?"

"Ya kak?"

"Zero dimana? tumben sepi bener ni rumah," ucap Kak Arga setelah menelan sesendok nasi gorengnya.

Aku diam saja, bingung harus menjawab apa tentang keadaan sepupunya saat ini.

"Kok diam? ada masalah ya?"

Aku menghela nafas ku sebentar sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sensitif Zero.

"Benar kak, Zero sedang ada masalah."

"Masalah? masalah apa?"

"Masalah yang membuatnya down."

"Kalau Zero down kenapa gak panggil pacarnya siapa itu?"

"Shella?"

"Nah itu Shella, kenapa gak panggil dia saja kelar deh kalau dah sama tu anak," kata Kak Arga sambil makan Nasi goreng buatanku itu, ia tahu jika Zero bucin dengan Shella setengah mati.

"Justru itu kak, Zero down gara-gara Shella," tekanku.

Wajah Kak Arga tak tampak menunjukkan rasa terkejut sama sekali, ia masih saja santai melahap makananku, "Oh? mereka bertengkar?"

"Bukan."

"Salah paham?"

"Bukan."

"Shella nya ngambek?"

"Bukan."

"Oh, break?"

"Mereka putus."

Seketika suara benturan sendok pada piring berhenti sejenak, Kak Arga menatapku dengan tatapan intens penuh penekanan, "PUTUS???"

Aku mengangguk.

"Ta-tapi bagaimana bisa?" tanya kak Arga, raut wajahnya langsung berubah, ia gerakkan tubuhnya guna mulai mendekat ke arahku meminta penjelasan yang lebih dalam.

"Singkatnya Shella menduakan Zero."

"Menduakan? wah kurang ajar tu anak," gertak Kak Arga kecewa dengan perilaku Shella.

"Lalu bagaimana Zero sekarang?" tanya Kak Arga lagi.

"Oh dia ada di kamar, dari kemarin dia makan sedikit, tatapannya begitu kosong, gue jadi sedih kak ngeliat Zero kek mati, sebagai sahabat gue gak tega kak..." kataku mencoba membendung air mataku, aku lemah soal perasaan, aku tidak tega melihat pemuda ceria itu menjadi redup seperti lilin yang ditiup angin malam.

Kak Arga menepuk pundakku pelan, "Zero akan baik-baik saja, gue yakin itu, Zero tidak selemah itu."

"Ta-tapi kak—"

"Ayo kita coba ke kamar Zero, mungkin gue bisa nenangin dia," usul kak Arga, sebagai laki-laki Kak Arga juga mengerti perasaan dikhianati oleh orang yang kita sayang.

Aku mengangguk.









Beberapa saat sebelumnya✨

[Zero POV]

Sesaat setelah eseorang memanggilku dari pintu rumah, Alicia pergi dan meninggalkanku sendirian diruangan ini.

Jujur....

Aku butuh Alicia....

Aku benar-benar butuh gadis itu untuk menemaniku ditengah selimut gelap penuh dengan suara menggema yang siap menghujam kehidupan ku.

Walau Alicia adalah sosok gadis menyebalkan yang kadang memperburuk mood pagiku, tapi hanya dia satu-satunya otang yang paling mengerti diriku setelah orang tuaku.

Aku membutuhkan cahaya...

Namun yangg kulihat hanyalah kegelapan berselimut diantara pandanganku, warna-warna cerah itu kian memudar nan redup dimakan malam tanpa kunang-kunang yang menghias jendela kamar.

Lantas dimana cahaya itu? dimana penerang yang kumaksud itu berada sekarang?

Apakah aku terlalu lemah nan hancur hanya karena cinta? aku memang laki-laki tapi aku juga manusia...

Seseorang yang aku berikan separuh jiwaku menghancurkan dunia yang sudah disusun apik nan artistik, namun ternyata ia menghancurkan cahaya kebahagiaan yang aku miliki dengan kalimat sombongnya.

Seseorang yang aku bela di depan sahabatku sendiri, sampai aku tega membentak gadis yang mencoba menghindarkan ku dari orang munafik didunia ini.

Dimana cahayaku?

Masih adakah cahaya untukku?

/Ceklek/

Suara knop pintu kamarku terdengar pelan, apakah mungkin itu Alicia yang sudah kembali?

Syukurlah kalau dia kembali.

"Zero...." panggilnya, namun kenapa suaranya lebih berat, ini bukan suara lembut Alicia yang ku inginkan.

"Ini gue Arga." katanya.

"Arga? Sepupu gue!? kenapa dia kesini?"

"Hm," jawabku dengan keadaan masih tertutup selimut.

"Lo kenap-"

"Pergilah."

"Tapi Zer-"

"PERGI!"

Tidak ada lagi suara sahutan dari Arga, yang ada hanyalah derap langkah kaki terdengar semakin menjauh.

Apakah dia sudah pergi? syukurlah kalau begitu, aku tidak ingin Arga melihatku lemah seperti ini atau dia akan menganggap ku laki-laki yang sudah diperbudak oleh kekasihnya.

Tak lama terdengar kembali suara pelan ke arahku, mau apa lagi laki-laki itu kemari?

"Jika Lo Arga pergilah, gue gak mau ketemu sama Lo," kataku.

Seseorang itu tidak menjawab, hanya sebuah telapak mulai menyentuh jemari ku yang keluar dari selimut, sentuhan hangat ini membuatku ingin mengatakan semua yang aku rasakan.

"Zer..."

Suara lembut itu? itu Alicia!

"Lo kenapa jadi kek gini" kata Alicia dengan suara parau, apakah ia baru saja menangisi ku?

"Lo makan ya, setidaknya Lo makan dulu hari ini.."

Aku masih memejamkan mataku, menarik lebih dalam selimutku hingga terlihat seperti kepompong.

"Tapi Zer-""

"Pergilah," kataku lembut.

"Zer.."

"Pergi!" bentakku dengan suara Tidak terlalu keras namun penuh penekanan.

Terdengar kembali langkah semakin lama semakin menjauh, ataukah Alicia sungguh-sungguh pergi setelah ku menyuruhnya? Tapi aku terlalu takut membuka mataku hanya sekedar memastikan, terlalu takut untuk melihat betapa buruknya diriku saat ini.

Aku kesepian....

[Alicia POV]

"Lo lihat sendiri kan tadi, betapa berantakannya anak itu," bisikku sambil menutup pintunya pelan.

Kak Arga mengangguk mengerti.

"Cinta sepihak itu menyakitkan," kata Kak Arga menatapku lesu.

"Kak Arga pernah sakit hati juga?"

"Tidak, tapi gue tahu rasanya."

Aku mengangguk-angguk.

"Ya sudah kak, nanti kakak habisin dulu nasi gorengnya, gue mau ke belakang dulu buang sampah," kataku.

"Oh oke-oke, mau kakak bantu?"

"Tidak perlu kak, gue bisa sendiri."

"Ya sudah, Untuk nasi goreng nya enak."

"Makasih kak," kataku tersenyum.

"Siapa yang buat? pasti Lo ya?"

"Ya iyalah kak siapa lagi?" Kataku.

"Yee bisa aja kan beli."

"Ih, ucapannya itu loh," ucapku kesal.

"Iye-iye maap, ya udah Sono cepetan buang sampah nya."

"Iyaaa."








On The Other Side

[Author POV]

".... Begitulah Cerita sampai akhirnya aku duduk dan bertemu denganmu lagi disini," cerita Devan pada Devi, pada akhirnya Devan harus terbuka dengan gadis itu untuk bernaung, ia sudah bingung untuk mencurahkan isi hatinya pada siapa lagi.

"Pasti ini berat ya buat kamu," respon Devi menatap kasihan sobat barunya.

"Hulf, tentu saja mereka semua adalah sahabatku, aku harus membantu mereka ketika dalam masalah, tapi...."

"Aku bantu ya."

Devan mengarahkan pandangannya pada Devi, melihat bahwa gadis itu tulus ingin membantu nya, "Maksud kamu?"

"Em ya, aku ingin bantu kamu untuk menenangkan semua teman-teman mu," kata Devi memperjelas Kalimatnya.

"Ta-ta-tapi apa tidak merepotkan?"

"Tentu saja tidak, aku yang malah selalu merepotkan mu selama ini," kata Devi.

"Oh tidak, kamu tidak merepotkan aku kok, jangan merasa berhutang budi padaku..."

"Ayolah, izinkan aku membantumu," kata Devi memegang telapak telapak tangan Devan.

DEG!

"Aduhh kenapa perasaanku gak tenang gini ya? tidak seperti biasanya aku begini,j antungku bahkan berdetak lebih cepat dari biasanya."

"Malah ngelamun lagi ayolah," ucap Devi membuyarkan angan-angan Devan.

"Eh oh? Okeyy."

"Jadi boleh ni aku bantu kamu?"

"Iya boleh."

"Nah gitu dunk, sekarang ayo kita selesaikan."

"Baik!" kataku bersemangat seakan mendapatkan dorongan baru untuk menyelesaikan masalah kami satu persatu.

Kedua pemuda pemudi itupun berjalan santai menuju motor Vespa kuning milik Devan yang terparkir apik disana.

"Waduh aku tidak membawa dua helm," kata Devan yang ingat ia hanya membawa helm untuknya saja.

"Kita ke rumahku dulu aja, jaraknya tidak terlalu jauh kok dari sini."

"Oh okelah kalau begitu ayo," kataku.

Kami pun segera berangkat,aku mengendarai sementara Devi menunjuk arah jalannya.












Tak disangka kami masuk ke Perumahan Jasmine Flowers, dimana perumahan tersebut merupakan tempat dimana Aldo tinggal.

Kami berhenti tepat di depan rumah bercat abu-abu pudar, letakknya hanya sekitar tiga rumah dari kediaman Aldo.

"Em, kamu baru ya disini? kok aku tidak pernah lihat kamu?" tanyaku memberanikan diri.

"Hehe iya, aku pindah kesini baru seminggu yang lalu,"

"Oooo."

Devi lalu kembali sambil memakai helm hitamnya, berjalan keluar mendekat setelah dirasa gadis itu mengunci rumah "Wah, helm nya couple nih."

"Iya bisa kebetulan gitu ya?" kataku ikut heran sekaligus salah tingkah.

"Udah-udah jangan dipikirkan kak, nanti malah gak jadi berangkat-berangkat loh ini kak," tegur Devi.

"Iya ya? Oke-oke ayok!"

Aku lalu mulai menyalakan mesinku dan segera berangkat, kami memutuskan untuk ke Kantor pos terlebih dahulu, karena disanalah aku melihat Steven terakhir kalinya.

"Ayo kita cari ditempat lain," pintaku saat mengetahui ditempat nihil menemukan pemuda itu, Devi hanya mengangguk dan menurut saja, lagi pula dia belum tahu seperti apa Steven yang ku maksud.

Dimana lagi aku harus menemukan anak itu, bahkan dirumahnya saja kosong, apa dia tiba-tiba menghilang begitu saja?

Terakhir aku memutuskan untuk ke lapangan basket yang berada di Lapangan kota, yang di dalam lapangan tersebut ada banyak lapangan termasuk lapangan basket yang sering Steven kunjungi.

"Kamu kok pucet gitu, kamu kecapean ya?" tanyaku saat kami berada diparkiran, ku lihat garis wajahnya pucat dan kusut.

"Oh enggak kok kak!"

"Ayolah jangan bohong sama aku, kita istirahat ya?" tawarku Khawaktir dengan keadaannya.

"Eh enggak kok kak enggak, kita lanjut aja."

"Tapi Dev-"

"Udah kak, tenang aja aku ini kuat kok!" paksa Devi dengan suara yang meninggi.

Aku menurut, jarak lapangan basket itu begitu jauh, bahkan kami harus melewati lapangan-lapangan lain yang panasnya minta ampun, mengapa? karena ini sudah pukul satu siang pasti panas.

Saat kami tengah asik terdiam sambil berjalan santai, melihat orang-orang yang tengah beristirahat dari teriknya mentari.

Tiba-tiba Devi ambruk tepat didepan dadaku, sontak aku panik dan memegang pundaknya, menepuk-nepuk pipi berusaha memberi kesadaran.

"Dev, Dev, Dev.."

Tindakan diam tak bergeming Devi membuat diriku semakin bingung harus berbuat apa lagi.

"Em..em.." rintihnya kemudian dengan suara lemah dalam keadaan setengah sadar.

Kulihat matanya setengah terbuka, rasa lega sedikit mengalir dalam diriku, tanpa berfikir panjang aku merangkul pundaknya, mencoba memapahnya mencari ruang kesehatan.

"Ke-ke-kepalaku pusing se-sekali," suara Devi nampak parau nan melemah dengan mata hampir terpejam total.

Tanpa pikir panjang aku lalu mengangkat badannya, lantas menggendong nya gaya bridal style.

"Ka-ka-kak Dev-"

"Sudah jangan bicara oke!" kataku sambil berjalan cepat mencari pos kesehatan di sekitar sini, Steven pernah bilang disini ada pos kesehatan yang biasa digunakan anak-anak untuk keadaan darurat.

Aku mencari kemana-mana, namun sepertinya lumayan mustahil dengan lapangan sebanyak ini, tidak ada waktu untuk mengecek satu-persatu ujung dibalik tirai terdebut.

"Devan?"

aku menoleh saat namaku tidak sengaja dipanggil oleh seseorang yang suaranya begitu familiar, "Kamu??"



____________________________________
Thank you for reading (>▽<)
Jangan lupa Vote sebelum lanjut agar aku semakin bersemangat.

Share ke teman-teman? Bolehhh

Follow juga yuk acc @Nanauykk
Agar tidak ketinggalan info-info mengenai cerita✨

|Salam Manis : Nana❤️
|12 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
718K 67.3K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
3M 255K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...