Lump In your Troath [PROSES R...

Von Nanauykk

1.7K 576 221

PROSES REVISI "Even a strong boy can cry just because of a girl" Kala seorang laki-laki sudah mencintai satu... Mehr

✿ Prolog ✿
✿ Crazy Friend ✿
✿ First Love ✿
✿ Handsome ✿
✿ Lupa ✿
✿ Sorry ✿
✿ He's not my boyfriend ✿
✿ Is it possible? ✿
✿ Misi Rahasia ✿
✿ True Nature ✿
"Terungkap"
✿ Girlfriend Or Friend? ✿
✿ Problem ✿
✿ Nostalgia (?) ✿
✿ Not A Joke ✿
✿ Fault ✿
✿ "My Heart Is Broken" ✿
"Complicated"
✿ Light ✿
✿ Broken By Love ✿
✿ Difference ✿
✿ Here ✿
"Awal yang baru"
"Playboy"
"My Hero"
"L0V3"
"Revenge For Ex"
"Light Garden"
"About Feelings"
"proximity"
"You Love Me?"
"Punishment"
"Sad Cry"
"Graduation"
"Happiness"
"Answer"
"Wedding-End"

✿ Gengster ✿

46 16 1
Von Nanauykk

⚠ Adegan sadis ⚠
⚠️ Mohon jangan ditiru ⚠️

Seorang pemuda mengenakan sepatu merah Kets putih-yang tentu saja melanggar peraturan sekolah- tengah berjongkok diatas drum air bekas belakang gedung kelas sepuluh.

Tak jauh darinya seorang kekasih yang tengah bertaut tangan terpatok jarak sekitar lima meter berdiri, dengan beberapa kawanan bak ajudan dibelakangnya.

"Apa mau Lo manggil gue kesini?" tanya laki-laki tersebut dengan logat sok berkuasa.

Pemuda yang memiliki name tag Aldo di seragamnya, turun dari drum air tersebut lantas menatap nyalang manusia bangs*t didepannya.

"Lo itu pura-pura goblok apa emang dari lahirnya goblok? gak gue kasih tahu juga harusnya Lo mikir, Lo kan yang nyuruh orang ngelabrak Alicia?" kata Aldo to the point.

"Lo nuduh gue? gue gak mungkin nglakuin hal keji semacam itu," sanggah Riko.

Aldo menyungging senyum miring di bibirnya. "Huh? Hal keji? Lo ngomong kek manusia paling suci disini..."

"Hem... kalau gue ngomong Lo ada hubungan dengan Shella apa Lo juga akan ngelak?"

"Pasti yang bilang Alicia, jadi Lo percaya dengan gadis itu?"

"Tentu, gue kenal Alicia, gue tahu kalau dia gak bakal bohong soal kek gini!"

"Kalau kali ini dia berbohong?"

Seketika seperti ada serangga yang berjalan diperut Aldo, ia tertawa geli mendengar kalimat tak masuk akal musuh barunya itu.

"Hahahaha, Lo kira gue asal nyeplos apa, asal Lo tahu ya bangsat! dengan gampang gue bisa nyari informasi tentang Lo dan kenyataan nya seperti yang Alicia bilang."

Ucapan Aldo langsung mengekang pembelaan Riko, tampaknya pemuda itu salah dalam memilih lawan bicara, Aldo memiliki anggota disetiap kelas dan angkatan, bahkan diluar sekolahpun ia memiliki banyak komplotan. Sehingga untuk mengumpulkan bukti saja itu sangat mudah baginya.

"OKE! kalau emang iya kenapa?" gertak Riko dengan nada tinggi karena sudah terdesak dengan kalimat Aldo.

Shella yang ada disampingnya berusaha menenangkan sang kekasih dengan menepuk punggungnya pelan.

Aldo seketika menghentikan tawanya, keadaan hening hingga batu kecil jatuhpun dapat terdengar digendang telinga manusia, suara-suara ramai dari gedungpun agaknya ikut mengambil bagian dalam fenomena sosial negatif yang mungkin menyelimuti pelaku.

"Lo itu temen atau anjing?"

"Gue gak peduli dengan apa yang Lo bilang, semua ini gak ada urusannya dengan Lo!"

"Gak ada Lo bilang, Lo udah berani nyerang sahabat gue, berarti Lo cari masalah sama gue!" kata Aldo mulai mengepalkan tangannya dan berjalan mendekat.

"Cewek itu yang mulai duluan!" seru Shella angkat bicara, sebenarnya ia sendiri takut dengan Aldo, mengingat banyak rumor yang bilang pemuda itu cukup tangguh dalam dunia tinju.

"bacot, gak usah ikut campur jal*ng!" bentak Aldo langsung menusuk batin Shella hingga membuatnya terdiam dilumuri rasa takut.

"Berani ya Lo bicara kotor tentang Shella!"

"Iya kotor, seperti kelakuanmu!"

"Kapar*t!"

Riko melayangkan tinjunya langsung kearah Aldo, namun langsung ia tangkis dengan tangannya.

Bagi Aldo yang sudah berpengalaman menghadapi banyak orang sekali waktu, serangan Riko tidak ada apa-apanya, dengan cepat pemuda itu membalikkan keadaan memukul memar Riko tanpa ampun.

Sementara teman-teman Aldo memilih untuk meladeni Wisnu agar tidak menganggu pertandingan privat bos nya.

Sampai pada akhirnya Riko terkapar lemas dengan beberapa goresan luka, diujung bibirnya mengalir darah merah segar.

"Gimana? kurang gak rasa sakitnya? kalau kurang gue bawa tongkat baseball nih," kata Aldo dengan senyum layaknya seorang psikopat yang baru saja menghabisi korbannya.

Tepat saat Aldo berkata demikian, Wisnu and the gang langsung berjatuhan dengan luka yang lumayan mendingan daripada Riko.

"Uhuk! Uhuk!" Riko terbatuk-batuk dengan nafasnya yang tersengkal.

"He he he-Ha ha ha!!"

Aldo memegang dagu Riko, menatap matanya lekat mencoba menahan dirinya sendiri agar tidak bertindak jauh lebih dari ini, "makanya jangan macem-macem sama gue, tau rasa kan lo bangsat!"

Aldo langsung berdiri menangkap wajah gadis satu-satunya disana tengah diselimuti rasa ketakutan.

"Ha ha, oi wanita jal*ng, bawa baj*ngan ni pergi dari sini, sebelum tulangnya gue remuk satu-satu," Aldo berseru sembari tangannya ia gesekkan agar debunya menghilang.

"Bro, gas pergi, biarkan dua orang itu menanggung karmanya."

Aldo pergi merangkul kawanannya untuk meninggalkan musuh barunya.










Pulang sekolah

Seperti biasa Zero mengantar Shella ke rumahnya terlebih dahulu, baru setelah itu ia pulang ke rumahnya.

Tepat saat Zero memarkirkan motornya, ia mendengar suara motor yang tak asing masuk ketelinganya. Ya itu suara motor Aldo, seperti nya pemuda yang baru saja menghajar habis-habisan Riko tengah mengantar Alicia pulang.

Sekejap Zero kontak mata dengan Alicia, namun gadis itu memilih untuk pura-pura tidak melihat dan langsung masuk kerumahnya.

"Ma, Zero pulang!"

"Iya sayang," ujar mama yang sedang memasak di dapur.

Zero segera menjalankan rutinitas sorenya, yang tak lain adalah membersihkan diri sendiri dari segala macam debu yang menempel pada tubuhnya, mengganti pakaian dengan kaos warna Navy, lantas segera berjalan ke ruang makan.

"Mau ku bantu ma?" tawarku.

"Tidak perlu, udah hampir selesai semua kok sayang."

"Oh? baiklah ma."

"Sayang?" panggil mama saat Zero mulai melangkah pergi ke luar ruangan.

"Iya ma, ada apa?"

"Kok tumben Alicia tidak menyapa mu lagi, ada apa?" tanya mama sambil menaburi bumbu-bumbu diatas masakannya.

"Oh? enggak ma, enggak ada apa-apa kok."

Mama lantas tersenyum kecil pada putra semata wayangnya, memberikan tatapan tulus hendak menasehati pangeran kecilnya.

"Kalau ada apa-apa, cerita sama mama, Alicia kan juga sudah mama anggap sebagai putri mama, "

Sebegitu dekatnya mereka berdua, sampai mama dari Zero sendiri sudah menganggap Alicia sebagai keluarga.

Begitupun sebaliknya, ayah Alicia ketika sedang dirumah dan aku bermain, ia menyambutku dengan hangat layaknya keluarga.

Tapi Mama pasti akan kecewa jika tahu masalah ini, ditambah posisiku disini aku yang salah.

"Enggak ma, enggak apa-apa kok."

Terdengar hembusan nafas pelan dari Mama, "ya sudah, seandainya saja diantara kalian ada masalah ingat baik-baik pesan mama, kalian jangan bertengkar terlalu lama coba mulai bicara dan terbuka."

"Iya ma."

Aku lalu menuju meja makan, menyiapkan piring-piring dan menuangkan minuman air mineral.

"Sudah mama bilang, sudah hampir selesai sayang," kata mama mematikan kompornya.

"Gak apa-apa ma, izinkan Zero membantu mama."

Pada akhrinya mama memberikan senyumnya pada si buah hati, dan menbiarkan Zero membantunya.

Tak selang berapa lama, terdengar seorang pria bersuara berat berseru dibalik pintu depan, "Ma... Ayah pulang..."

Sang Ayah masuk keruangan dengan sigap Melodi (mama) langsung membantu suaminya untuk melepas jasnya.

"Ayah mandi ya, terus makan mama sudah siapkan malam malam, nasi goreng kesukaan ayah."

"Iya Ma, mama cantik banget hari ini.."

"Ayah, udah gombalnya, mandi buruan nanti nasi gorengnya dingin."

"Iya sayang."

/Cup!

Kecupan kecil didahi pun melodi dapat sebelum suaminya mandi.

Kedua orang tua Zero tampak begitu serasi, seperti baru saja menikah beberapa hari yang lalu, padahal mereka sudah mempunya anak yang sebentar lagi mengenakan almamater mahasiswa.

Terkadang Zero berfikir ditengah-tengah keharmonisan keluarga nya, apakah ini gambaran ia dengan Shella dimasa depan?

Saling mempertahankan komitmen hingga hari tua?

[Zero POV]

Selesai makan malam, aku memutuskan untuk duduk di sofa depan, kunyalakan tombol power televisi melalui remotku.

Ditemani beberapa cemilan seperti popcorn dan sebotol penuh minuman bersoda.

Sembari menunggu acara aku memilih untuk saling melempar kabar dengan Shella sebentar.

My Darling❤️
Online

Selamat malam shella✨

Shell??

Kok gak dibales?

(5 menit kemudian)

Shella? Kamu sibuk ya?

"Kenapa ya nggak dibales, padahal online? tumben banget."

"mungkin dia sedang sibuk?"


[20 menit kemudian]

/Ting

Ada notifikasi masuk ke handphone ku,dan saat ku cek ternyata dari Shella.

My Darling❤️
Online

|Eh iya sayang ada apa?

|Maaf ya sayang tadi aku baru
chattingan sama ayahku😟

Oh? iya gak apa apa kok.|

Aku cuma mau ngucapin|
selamatmalam aja kok Shell 😁

|Oh? Terimakasih yank😍

|Selamat malam
juga untukmu 😘

Iya makasih ya|

|Iya sayang,
btw aku mau tidur
ni ngantuk:(

Tumben jam segini |
udah ngantuk 🤔

|Iya sayang aku lelah
banget hari ini 😭

Ya sudah mimpi indah ya|
Jangan lupa mimpiin aku 😎

Tentu donk✨|

Malam Shella|

|Malam juga sayang 💗

Offline

"Tumben Shella udah ngantuk jam segini,dia kelelahan ya?"

Sedikit terbesit rasa curiga dibenakku, apa benar kata teman-temanku, bahwa selama ini Shella memiliki pria lain selain diriku?

Segera aku membuang jauh-jauh pikiran itu, lantas seger menonton Pertandingan sepak bola yang sudah dimulai sejak lima menit yang lalu, tanpa ku sadari seiring berjalannya pertandingan, mataku terasa berat dan pada akhirnya pandanganku buram nan gelap.

[Keesokan harinya]

Aku bangun sedikit menggerakkan tubuhku dan menyadari bahwa aku masih berada diruang tamu, sepertinya aku tertidur disofa semalam, sebuah kain tebal yang membuat hangat tubuhku ketika malam sepertinya membalut begitu saja tanpa kehendakku.

Mungkin malaikat tanpa sayap yang cantik jelita semalam menyelimuti ku karena takut putra kesayangannya menggigil tersapu angin malam.

Ku putuskan untuk segera beranjak dari sofa dan melakukan rutinitas pagiku seperti biasa.

Kembali mengeluarkan motorku dari garasi. Seperti biasa, pagiku sunyi dan sepi tidak ada sapaan lagi dari gadis cerewet yang mungkin masih marah padaku.

Apa aku harus minta maaf?
Sesek juga lama-lama didiemin.

Tapi ini mungkin juga salahku, bisa saja gadis itu syok saat aku menggertaknya kemarin, aku belum pernah memarahi Alicia sampai begitu sebelumnya, walau sekesal apapun aku dengannya.

Aku juga terlalu kasar pada sahabatku yang lain.

Apa mungkin mereka hanya takut saja aku dikhianati, ya mungkin maksud mereka baik, hanya saja cara mengungkapkan saja yang salah.

"Sepertinya aku memang harus minta maaf kepada mereka, aku sudah berlebihan memarahi mereka."

"Tapi... apa mereka akan memaafkanku?"













______________________________________
Thank you for reading (>▽<)
Jangan lupa Vote sebelum lanjut agar aku semakin bersemangat.

Share ke teman-teman? Bolehhh

Follow juga yuk acc @Nanauykk
Agar tidak ketinggalan info-info mengenai cerita✨

|Salam manis : Nana❤️
|25 Agustus 2020

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

3.6M 290K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
Roomate [End] Von asta

Jugendliteratur

658K 44.3K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
6.1M 479K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...