Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PRESENT : Eleven.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PAST : Twelve.

887 192 16
By clvrxxmnky

Tak terasa waktu berlalu begitu cepatnya.

Si bocah Bang kini tak lagi bisa disebut bocah karena nyatanya dia sudah beranjak remaja. Chan kini duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama dan sedang disibukkan dengan persiapan-persiapan ujian akhir untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Jadwalnya teramat padat. Chan bahkan beberapa kali harus merelakan waktu liburnya hilang hanya untuk pergi ke akademi agar mendapat pelajaran tambahan.

Meski begitu, Chan selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah keabuan milik Yeeun setiap hari. Anak perempuan yang sekarang lebih pantas disebut gadis itu sudah banyak berubah.

Selain tumbuh menjadi gadis yang cantik, Yeeun pun tumbuh dengan kepribadian yang jauh lebih baik. Sekarang ini dia jauh lebih terbuka, ramah, dan mau membantu sesama, sangat berbanding terbalik dengan masa kecilnya yang bahkan enggan menatap orang lain.

Selain itu, Sangyeon dan teman-temannya pun tak pernah lagi ragu untuk berkunjung ke rumah Yeeun dan mengajaknya keluar. Hubungan mereka tak lagi canggung. Mereka bahkan sudah beberapa kali menghabiskan waktu bersama di pantai. Hannah--adik perempuan Chan--juga sering turut serta. Di sana mereka hanya akan bersenang-senang sampai senja menjelang sebelum makan dan akhirnya pulang dengan membawa kenangan indah yang takkan pernah dilupakan.

Namun berbeda dari biasanya, Minggu lalu Chan tidak turut serta bersama mereka. Hari itu Chan lebih memilih mengerjakan tugas kelompok di perpustakaan kota. Hal tersebut tentu saja membuat Yeeun kesal hingga akhirnya merajuk selama empat hari lamanya.

Bukannya Yeeun tak mau mengerti, hanya saja yang mengajak mereka untuk pergi hari itu adalah Chan dan Chan baru memberi kabar bahwa ia tidak bisa ikut beberapa saat sebelum mereka berangkat.

Maka hari ini, setelah Sangyeon memberitahu, Chan langsung berlarian ke rumah Yeeun begitu turun dari bus.

Chan yang masih menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tasnya menghela napas lega begitu menemukan Yeeun yang terduduk di ayunan yang ada di halaman rumahnya.

Gadis yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari sore itu tampak damai memejamkan mata. Chan terlebih dahulu menyiapkan mochi ice cream yang sempat dibelinya di minimarket sebelum kembali merajut langkah dekati Yeeun di ayunannya.

"Annyeong, Yeeun-ah!"

Chan menyapa usai mengambil tempat kosong tepat di samping Yeeun yang sempat membuka mata untuk meliriknya. Gadis itu benar-benar hanya meliriknya sesaat sebelum kembali memejamkan mata. Tak sedikit pun memiliki niat untuk membalas sapaan Chan seperti hari-hari biasanya. Ingat, dia sedang merajuk dan enggan bicara pada pemuda di sampingnya.

"Jadi kamu beneran ngambek, ya?" Chan berujar pelan. Yeeun di sampingnya masih sangat abai. "Maafin aku dong, aku beneran enggak maksud buat ingkar. Aku janji lain kali aku enggak akan gitu lagi. Aku ..."

Di tempatnya, Yeeun masih diam. Masih tak memiliki niat untuk menanggapi semua penjelasan Chan yang panjang lebar. Dia bahkan sama sekali tidak berusaha menghentikan semua penjelasan Chan seperti yang dia lakukan saat kecil dulu. Dia akan membiarkan Chan terus bicara hingga lelah. Dan nanti juga akan berhenti dengan sendirinya.

"Yeeun-ah..." Chan yang hampir frustasi karena Yeeun tak jua menanggapi untuk kesekian kalinya memanggil nama si gadis.

"Park Yeeun ... Yeeun-ie ..." Chan tak mau menyerah begitu saja. Jari telunjuknya kini bergerak menutuli pipi Yeeun. Namun sepertinya gadis itu tak terganggu sama sekali. Dia masih terus diam tanpa menanggapi. Tak kehilangan akal, Chan kemudian membawa mochi ice cream yang sedari tadi ada di tangan ke pipi gadis itu.

Satu ...

Dua ...

Tiga ... "Hya, Ppaboya!"

Dan usaha Chan akhirnya berhasil.

"Dingin, tahu enggak?!"

"Maaf."

Yeeun menghela napas kasar. Buru-buru dihapusnya jejak dingin yang ada di pipi. Dia baru akan kembali memejamkan mata ketika Chan kembali menginterupsi dan dengan terpaksa Yeeun memberikan seratus persen atensinya pada si pemuda.

"Forgive Chris, pwease?"

Chan mengangkat mochi ice cream dengan kedua tangannya setinggi dagu. Bibirnya membentuk garis tipis yang perlihatkan lesung pipi samar di sebelah kanan. Matanya yang berkedip-kedip tampak sangat memohon. Chan beraegyo.

"Chris sudah beliin mochi kesukaan Yeeun, loh. Jadi Yeeun maafin Chris, ya? Ya? Ya? Ya?"

"Kamu mau sogok aku pake mochi?"

"Iya--eh! Enggak! Enggak! Maksudku bukan gitu! Aku--"

Yeeun memincingkan matanya. Sementara Chan beberapa kali terlihat membasahi bilah bibir dan menelan ludah kasar. Otaknya sibuk mencari kata yang tepat untuk diucapkan, tetapi kosakata yang keluar selalu saja berantakan. Entah kenapa Chan merasa serba salah. Dia mendadak jadi kacau.

"I-intinya aku minta maaf sama kamu." Chan pada akhirnya hanya bisa menunduk. Terlampau malu. Jemarinya memainkan ujung-ujung plastik mochi ice cream.

"Kalau kamu enggak keberatan, Minggu depan aku bakal ngajak kamu pergi sebagai ganti janji yang kuingkari kemarin. Kemana aja deh, terserah kamu. Yang penting kamu mau maafin aku dan enggak ngambek lagi."

Jemari Chan yang memainkan ujung-ujung plastik mochi ice cream terhenti ketika tangan lain yang jauh lebih kecil mengambil alih mochi ice cream tersebut. Kepala Chan otomatis terangkat. Dipandanginya Yeeun yang membuka bungkus mochi ice cream sesaat sebelum gadis itu menggigitnya dengan lahap.

"Yeeun."

"Aku bakal maafin kamu kalau Minggu depan kamu ngajak aku nonton Wreck-It Ralph."

"Call! Kita nonton Wreck-It Ralph!"

×××

Di hari Minggu yang cerah, Chan menepati janjinya untuk membayar hutang pada Yeeun. Mereka menonton film animasi yang diinginkan si gadis di salah satu bioskop yang berada di lantai paling atas mal di pusat kota. Ditemani pop corn rasa karamel ukuran sedang serta dua minuman dingin, keduanya teramat menikmati film animasi yang ditayangkan.

Gelak tawa Yeeun acapkali buat Chan alihkan pandangan dari layar lebar. Ditatapnya gadis yang beberapa kali menyeka bulir bening di ujung mata akibat terlalu banyak tertawa. Chan mau tak mau ikut tertawa. Bukan karena film animasi yang masih diputar, tetapi karena tawa Yeeun yang memang menular.

Dan Chan menyukainya. Sangat menyukainya.

Usai menonton film animasi dan makan di salah satu restoran tradisional yang masih ada di gedung mal yang sama, Chan memutuskan untuk pergi ke arkade. Dengan tangan Yeeun yang tak sekalipun lepas dari genggaman, Chan terus mengajaknya untuk mencoba berbagai permainan yang disediakan.

Ini adalah kali pertama bagi Yeeun pergi ke arkade, maka tak heran jika Yeeun sedikit gugup saat mencoba permainan-permainan yang ada dan kadang lebih memilih diam hanya untuk memperhatikan Chan yang sibuk berjuang untuk menang. Meski tak ikut bermain, Yeeun tetap terlihat sangat antusias. Bahkan dia yang memekik senang setiap kali Chan mendapat skor tinggi di semua permainan.

Seperti yang terjadi saat Chan coba taklukan Pump It Up*. Dengan matanya yang berbinar, Yeeun bergantian menatap layar juga Chan yang terus menari mengikuti arahan. Sesekali kedua tangannya yang mengepal terangkat untuk memberi semangat. Dan tepat ketika skor muncul di layar, gadis itu langsung memekik dan melompat-lompat saking senangnya.
(*Dance simulation machine)

"Aku baru tahu kamu jago nari," Yeeun berujar tepat setelah Chan turun dari mesin Pump It Up, "kupikir kamu cuma jago nyanyi."

"Aku enggak jago, kok."

Yeeun mencebik. "Enggak jago tapi dapat skor tinggi. Cetak rekor baru lagi."

"Cuma kebetulan."

Chan kembali genggam tangan Yeeun dan mengajak gadis itu untuk kembali mengelilingi arkade. Kali ini photobox yang ada di ujung arkade yang jadi sasaran si pemuda Bang.

"Semuanya saja kamu bilang kebetulan. Dapat skor tinggi kebetulan, punya suara bagus kebetulan, menang lomba renang berkali-kali kebetulan, juara kelas setiap tahun kebetulan. Jangan-jangan hidup kamu juga kebetulan, ya?"

Chan tergelak. "Enggak gitu juga, dong."

"Ya habis kamu semuanya serba bisa."

"Banyak kok yang aku enggak bisa."

"Oh ya? Apa coba yang kamu enggak bisa?"

Chan tidak langsung menjawab. Bahkan sampai keduanya sampai di depan photobox dan mengantre untuk mendapat giliran, Chan tidak juga menjawab. Pemuda Bang itu tampak berpikir keras hingga Yeeun lebih dulu sadar bahwa sebenarnya Chan tidak memiliki jawaban.

"Tuh 'kan kamu enggak bisa jawab!" tuding Yeeun.

Chan terkekeh sembari menggaruk belakang telinganya yang memerah. Telinganya semakin memerah ketika Yeeun terus sebutkan macam-macam hal yang Chan kuasai tetapi tak mau Chan akui. Chan terlalu rendah hati dan itu merupakan salah satu hal yang Yeeun sebutkan hingga wajah Chan memerah secara keseluruhan.

"Aku cuma suka belajar hal-hal baru, tapi enggak sampai jago, kok." Chan masih terus membela diri.

"Disaat semua orang benci belajar kamu malah suka belajar? Wah, kamu memang suka beda sendiri." Yeeun geleng-gelengkan kepala tak percaya.

"Tapi harus kuakui sih kamu itu hebat. Sangat hebat."

Chan yang masih memegangi telinganya yang memerah mengangkat kepala hanya untuk melihat Yeeun yang menatapnya penuh bangga. Gadis itu bahkan tunjukkan satu ibu jarinya tepat dihadapan Chan. Dan selama beberapa saat Chan terpaku dengan pemandangan di depannya.

Cantik.

Chan akui hari ini Yeeun memang lebih cantik dari biasanya. Floral dress berlengan panjang yang membalut tubuh mungilnya serta pita berwarna senada yang mengikat sebagian rambutnya memperlihatkan betapa manisnya gadis yang selama ini mewarnai hari-hari Chan. Terlebih ketika gadis itu tunjukkan senyumnya.

Sungguh, Yeeun sangat cantik.

Maka begitu mendapat giliran, Chan tanpa berpikir dua kali langsung menarik Yeeun untuk masuk ke dalam photobox. Chan ingin mengabadikannya dan Yeeun dengan senang hati menuruti apa maunya. Gadis itu mau tunjukkan senyum lebarnya yang teramat manis ke kamera dan dengan senang hati bergaya sesuai yang Chan pinta.

Satu lembar terlihat begitu sempurna.

Satu lembar lagi terlihat menggemaskan.

Dan satu lembar lainnya membuat tawa keduanya mengudara.

"Kamu curang! Disini kamu ketawa!" Yeeun mengerucutkan bibirnya tidak terima sembari menunjuk salah satu foto di lembar ketiga, "Kamu jadi enggak keliatan jelek, ih!"

Chan tertawa dan hal itu sukses membuat Yeeun melayangkan satu pukulan ringan ke lengannya, "Habisnya kamu lucu banget," ujar Chan.

Yeeun mendengus dan Chan sesegera mungkin mengumandangkan kata maaf, takut kalau-kalau Yeeun akan kembali merajuk. Namun gadis itu tampak tak terlalu mempermasalahkannya karena sesaat kemudian Yeeun kembali pandangi hasil foto di lembar yang lain dengan seulas senyum diwajahnya. Dia terlihat sangat puas.

"Di sini kamu cantik banget." adalah Chan yang menunjuk salah satu foto terbaik yang tengah Yeeun pandangi. Gadis itu beri dua anggukan sebagai tanda persetujuan kemudian mengatakan bahwa Chan juga terlihat tampan di foto yang sama.

Setelahnya Yeeun diam. Benar-benar diam. Bahkan ketika Chan tunjuk foto lain dan beri pujian, gadis itu masih terus diam. Tak lagi beri anggukan atau protesan saat Chan tunjuk lagi foto dengan gaya memalukan.

Chan yang terlalu antusias untuk tunjuk hasil foto tidak menyadari perubahan yang tengah terjadi. Tidak sampai setetes cairan merah jatuh mengotori foto yang tengah mereka pandangi.

Hanya butuh waktu kurang dari dua detik untuk Chan menyadari bahwa cairan merah itu adalah darah. Maka di detik berikutnya Chan sudah mendongak untuk memastikan dari mana darah itu jatuh.

Dan Chan tidak bisa untuk tidak terkejut saat temukan darah yang mengalir dari hidung Yeeun. Belum sempat Chan ajukan tanya tentang keadaannya, gadis itu sudah lebih dulu limbung hingga Chan yang tidak siap ikut terjatuh saat berusaha menangkapnya.

"Yeeun? Yeeun! PARK YEEUN!!!"

Bersiaplah untuk memasuki cerita sesungguhnya ♡

Btw karena udah pasti hari ini ada Chan's Room aku update duluan ya, soalnya takut gk sempet saking ngehypenya nonton itu wkwkwk

Don't forget to vote and comment!
No matter how small the appreciation you give me, it will have a big impact on me ♡

Thank you, love you, and see you!

Continue Reading

You'll Also Like

450K 4.7K 85
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
308K 12.8K 11
Di masa depan, jika seorang anak sudah berumur 13 tahun mereka harus dipindahkan ke distrik yang sesuai dengan tahun, bulan, dan tanggal kelahiran me...
Dear Rofi By μž„

Teen Fiction

19.5K 7.1K 30
Dear Rofi Lo gak akan pernah tahu, berapa banyak nama lo gue tulis dalam diary gue, Lo gak akan pernah tahu, berapa kali lo hadir dalam mimpi gue, Lo...
2.8K 85 22
Hidup gue berubah ketika kenal dia... cowok misterius yang gue kenal dari sebuah aplikasi radio online... Siapa sih cowok itu sebenarnya?? Apakah gue...