Stand by Me - Stray Kids Fanf...

By clvrxxmnky

28.6K 5.6K 536

Chan hanya mempunyai satu keinginan. Yaitu tidak datang terlambat. Karena dia ingin ada di sisi gadisnya samp... More

STARTING.
PRESENT : Zero.
PRESENT : One.
PAST : Two.
PAST : Three.
PRESENT : Four.
PAST : Five.
PAST : Six.
PAST : Seven.
PAST : Eight.
PAST : Nine.
PAST : Ten.
PAST : Twelve.
PAST : Thirteen.
PAST : Fourteen.
PAST : Fifteen.
PAST : Sixteen.
PAST : Seventeen.
PAST : Eighteen.
PAST : Nineteen.
PAST : Twenty.
PAST : Twenty One.
PAST : Twenty Two.
PAST : Twenty Three.
PAST : Twenty Four.
PRESENT : Twenty Five.
PAST : Twenty Six.
PAST : Twenty Seven.
PRESENT : Twenty Eight.
PAST/PRESENT : Twenty Nine.
PAST : Thirty.
PRESENT : Thirty One.
PRESENT : Thirty Two.

PRESENT : Eleven.

859 190 12
By clvrxxmnky

TIN! TIN! TIINNN!!!

Sangyeon hanya bisa menghela napas kasar setiap kali Chan mengulurkan tangan untuk menekan klakson secara brutal. Sangyeon sudah beberapa kali berusaha menghentikan dan meminta Chan untuk sabar, tetapi pemuda itu sama sekali tak mau mendengarkan.

"Why not move?! Move fast, shit, MOVE!!!"

"Chan, your language!"

Sangyeon mati-matian mengontrol emosinya untuk menghadapi sikap Chan yang kembali kalut. Sudah setengah jam mobil yang sebenarnya dikendarai oleh Sangyeon tak bergerak di jalanan. Mereka terjebak macet karena menurut berita lalu lintas yang terputar di radio ada sebuah truk pengangkut bahan pangan yang mengalami kecelakaan tunggal dan menutupi hampir seluruh badan jalan.

Mobil hitam mewah itu sama sekali tak bisa bergerak. Mau balik arah pun agaknya mustahil karena antrean mobil di belakang sana sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Mereka tak punya pilihan lain selain menunggu sampai truk pengangkut bahan pangan itu dievakuasi. Namun sepertinya Chan sudah kehilangan kesabaran. Pemuda itu terus menekan klakson seraya melontarkan kalimat penuh umpatan entah pada siapa.

"Tenanglah sebentar, Chan."

"Gimana aku bisa tenang kalo kita sudah setengah jam di sini?! Aku harus secepatnya tiba di Seoul but this shit traffic soㅡ"

"Kamu marah-marah kayak sekarang pun enggak bakal bikin mobil kita jalan, Chan!" Sangyeon kembali hela napas kasar kemudian menyingkirkan tangan Chan yang ada di atas klakson, "dan jaga bahasamu karena ada Hannah di sini."

Chan melirik Hannah melalui spion tengah mobil sebelum mengusap wajahnya gusar, "Sorry. Tapi aku beneran enggak mau terlambat."

Di kursi penumpang belakang, Hannah hanya bisa diam. Setelah tadi sempat bertukar tatap dengan Chan melalui spion, Hannah dapat mengerti apa yang tengah Chan rasakan. Bahkan jika Hannah bertukar posisi dengan sang kakak mungkin Hannah akan melakukan hal yang sama. Atau mungkin lebih nekat dari itu.

Sejujurnya saat ini pun Hannah juga merasa kalut. Jadwal penerbangan mereka sebentar lagi tiba, tetapi sama sekali belum ada tanda-tanda mobil mereka akan bergerak menuju bandara. Jika mereka tertinggal penerbangan satu ini maka mereka harus menunggu penerbangan selanjutnya besok pagi. Dan Hannah tidak mau hal itu sampai terjadi. Hannah ingin mereka tiba malam ini juga.

Melepaskan pandangan dari ponsel yang menampilkan jadwal penerbangan, Hannah menatap keluar jendela mobil untuk mencari jalan pemecahan. Beberapa saat kemudian, Hannah menemukan pemandangan dimana beberapa orang keluar dari mobil dan berlari untuk melewati kemacetan. Hannah pikir berlari seperti itu bukanlah ide yang buruk.

Maka Hannah dengan cepat memajukan tubuhnya ke depan untuk memberitahukan hal tersebut pada Chan.

"Kalian yakin mau berjalan?" Sangyeon bertanya ketika Chan langsung menyetujui ide Hannah tanpa berpikir dua kali.

"Enggak ada cara lain, Oppa. Lagipula kita cuma jalan sampai ngelewatin area macet, kok. Nanti kita bakal langsung cari taksi buat lanjut ke bandara."

"Kalau gitu pastiin enggak ada barang kalian yang ketinggalan. Khususnya dokumen perjalanan." ucap Sangyeon setengah menyindir.

Chan sedikit mencebik sebelum mengemasi barang-barangnya dan segera keluar dari mobil hitam mewah yang kini Chan serahkan sepenuhnya pada Sangyeon. Untungnya barang yang mereka bawa tak banyak, baik Chan maupun Hannah masing-masing hanya membawa satu ransel ukuran sedang hingga tidak akan memberatkan keduanya selama dalam perjalanan.

"Kabarin aku kalau kalian sudah dapat taksi dan sampai bandara." Sangyeon berpesan.

"Iya."

"Kabarin aku juga semua perkembangan Yeeun di sana."

"Iya."

"Dan satu hal lagi, jaga sikapmu selama bersama Hannah."

"Iya, Lee Sangyeon yang terhormat."

Setelah Hannah siap dan Sangyeon selesai menyampaikan semua pesan, kedua kakak-beradik itu segera berjalan meninggalkan Sangyeon yang sibuk mencari cara untuk kembali ke perusahaan. Keduanya bahkan sudah setengah berlari dengan satu tangan Hannah yang berada dalam genggaman Chan. Mereka dengan gesit menyelap-nyelip kendaraan yang terlalu rapat bersama beberapa orang yang juga menerobos kemacetan.

Sepuluh menit kemudian, keduanya berhasil melewati truk pengangkut bahan pangan yang menjadi asal muasal terjadinya kemacetan panjang. Tak beberapa lama berselang mereka mendapatkan taksi yang membawa mereka menuju bandara lima belas menit sebelum jadwal penerbangan mereka tiba.

×××

Turun dari bus bernuansa hijau, Lucas berlarian menuju gedung putih bertingkat tinggi yang sebelumnya sudah ia kunjungi.

Satu jam lalu, Lucas baru tiba di rumah untuk mengganti pakaian dan makan setelah bertukar jaga dengan Deokmi Ajhumma. Namun belum sempat makanan yang ada di piringnya habis, Lucas sudah lebih dulu mendapat panggilan telepon dari sang Ayah yang memintanya sesegera mungkin kembali ke rumah sakit.

Maka tanpa menunda-nunda, Lucas segera beranjak menuju rumah sakit sesuai perintah sang Ayah. Jika biasanya Lucas membutuhkan waktu dua puluh lima menit untuk sampai, berkat langkahnya yang cepat juga bus yang tiba di waktu yang tepat, Lucas tiba sepuluh menit lebih awal.

"Lucas-ssi."

Si bungsu Bang yang baru akan menekan tombol lift rumah sakit menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Dilihatnya seorang perawat muda yang cukup Lucas kenali tengah menghampiri.

"Pasien Yeeun dipindahkan ke ruang ICU. Semua orang sudah ada di sana, kamu juga bisa langsung ke sana."

Untuk sesaat Lucas terpaku di tempatnya. Setelah selama ini menghabiskan banyak waktu di rumah sakit, diusianya yang masih tergolong belia, Lucas sudah mengetahui sedikit banyaknya bagian rumah sakit diikuti fungsinya. Lucas bahkan tahu berbagai treatment pengobatan yang biasanya tidak diketahui anak-anak seusianya.

Dan ruang ICU adalah salah satu ruang yang tidak pernah Lucas harapkan untuk ia kunjungi lagi.

Karena baru sampai di lorongnya saja langkah kaki Lucas mendadak jadi berat. Isak tangis yang teramat lirih dan menyayat hati adalah alasan utamanya. Semakin dekat Lucas dengan ruangan itu semakin terdengar jelas isak tangis orang-orang yang Lucas kenali diiringi wajah-wajah menyedihkan yang takut akan kehilangan seseorang yang amat mereka sayang.

Wajah Deokmi Ajhumma adalah salah satu wajah yang selalu Lucas hindari. Tangis beliau pun merupakan tangis yang paling tak terkendali. Teramat lirih dan tangisnyalah yang paling menyayat hati. Di pelukan Nyonya Bang yang juga tengah menangis, Deokmi Ajhumma mengeluarkan seluruh isi hatinya selama ini.

Berbeda dengan dua wanita paruh baya yang terus menangis, Tuan Bang hanya bisa menghela napas sambil sesekali memijat pangkal hidungnya. Pandangannya tak lepas dari kaca jendela yang memperlihatkan kondisi di dalam ruang ICU. Bibirnya tiada henti menggumamkan doa keselamatan untuk seseorang yang terbaring tak berdaya di sana.

Lucas mengambil langkah mendekati sang Ayah. Dan Lucas tidak bisa untuk tidak ikut menangis setelah melihat apa yang ada di balik kaca jendela.

"Yeeun-noona... Hiks..."

Gadis itu.

Gadis yang beberapa jam lalu masih sempat membuka matanya.

Gadis yang beberapa jam lalu masih Lucas pijat kaki dan tangannya.

Gadis yang beberapa jam lalu masih menyimak dan tertawa saat Lucas bercerita tentang hari-hari di sekolahnya.

Di balik kaca jendela itu, si gadis kembali terbaring tak berdaya dengan kondisi yang jauh lebih parah dari sebelumnya.

Detak jantungnya semakin melemah. Penyakit yang selama ini ada di tubuhnya sudah menguasai hampir seluruh peredaran darah. Menggerogoti kekuatannya yang tersisa.

"Hiks... Yeeun-noona..."

Tubuh kecil Lucas dibawa ke dekapan sang Ayah. Dan di sanalah tangis Lucas pecah seketika.

"Agassi..."

Meski sudah berada dalam dekapan sang ayah, Lucas masih dapat mendengar suara Deokmi Ajhumma yang masih terus mengeluarkan isi hatinya.

"Saya sangat menyayangi Yeeun-agassi. Hiks. Meski Agassi enggak pernah memperlakukan saya dengan baik hiks saya tetap menyayanginya. Dia hiks sudah seperti anak saya sendiri. Hiks..."

Nyonya Bang tak henti-hentinya mengusap punggung Deokmi Ajhumma, "Saya bisa mengerti."

"Agassi... Hiks. Sejak kecil Agassi enggak pernah merasa bahagia. Hiks. Sejak kecil Agassi selalu menderita karena sakitnya. Hiks. Dia bahkan enggak tahu bagaimana rupa ibunya sendiri. Dia enggak pernah tahu bagaimana rasanya mendapat belaian kasih sayang dari ibunya sendiri. Dan ayahnyaㅡhiks... ayahnya bahkan enggak pernah menganggapnya ada. Hiks..."

Lucas mengeratkan pelukannya pada sang Ayah. Membayangkan bagaimana gadis itu hidup dengan rasa sakit saja Lucas tak sanggup, apalagi membayangkan jika ternyata selama ini gadis itu juga hidup tanpa kasih sayang kedua orang tuanya.

"Hiks... Sejak kecil Agassi selalu berbeda dari teman-temannya. Dia enggak pernah punya mimpi seperti anak-anak yang lain. Hiks. Karena sakitnya, dia enggak bisa sekolah. Hiks. Karena sakitnya juga dia sempat ditinggal teman-temannya. Hiks. Dia juga enggak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Dia selalu menderita sendirian siang dan malam. Hiks... Dia... Hiks... Dia sudah menderita terlalu lama, Nyonya. Hiks... Terlalu lama..."

"Ajhumma,"

"Tapi, Nyonya... Hiks... S-saya... Hiks. Saya sangat berterima kasih karena Nyonya sekeluarga pindah. Hiks. Saya selalu bersyukur atas kedatangan Nyonya sekeluarga. Atas kedatangan Bang Chan. Hiks. Atas semua bantuan yang Nyonya sekeluarga berikan. Hiks... Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk membayar semua kebaikan Nyonya sekeluarga selain dengan rasa syukur."

"Ajhumma,"

"Jika bukan karena Nyonya sekeluarga, jika bukan karena Bang ChanㅡhiksㅡAgassi mungkin sudah lama tiada."

"Enggak, Ajhumma, jangan bilang begitu. Kami hanya memberikan apa yang memang seharusnya kami berikan untuk Yeeun, Bang Chan kami pun begitu."

"Sudah sejak lama Agassi kehilangan alasan untuk tetap hidup di dunia ini, Nyonya. Sudah sejak lama dia ingin menyerah. Hiks. Tapi hari itu Bang Chan datang dan merubah segalanya. Bang Chan datang memberikan harapan besar dalam hidupnya.

"Sejak dulu Bang Chan selalu sabar menghadapi semua sikap Agassi. Bang Chan bahkan masih setia di sampingnya meski tahu penyakit yang selama ini Agassi derita. Bang Chan enggak pernah sekali pun meninggalkan Agassi. Bang Chan terus memberikan semua hal yang selama ini sulit Agassi dapatkan. Hiks... Bang Chan memberikan seluruh dunianya pada Agassi."

Perlahan, Lucas mengangkat kepalanya. Dari balik punggung sang Ayah, Lucas kembali memberanikan diri untuk menatap ke balik jendela. Ke arah gadis yang hidupnya tengah diperjuangkan oleh alat-alat medis, dokter, serta perawat-perawat yang mengerahkan seluruh kemampuannya.

"Dan berkat Bang Chan lah, Agassi mampu bertahan sampai sejauh ini, Nyonya. Berkat Bang Chan lah, Agassi punya alasan untuk tetap hidup hingga detik ini."

Sekali lagi, Lucas berharap agar Chan-hyungnya tidak datang terlambat.

Sesuai janji, aku update karena Bang Chan melakukan Chan's Room ^^~
Btw aku gk sabar nunggu Chan's Room limited ver. minggu depan :")

Don't forget to vote and comment!
No matter how small the appreciation you give me, it will have a big impact on me ♡

Thank you, love you, and see you!

Continue Reading

You'll Also Like

90.2K 4.1K 11
"DITERBITKAN OLEH ELLUNAR" "Mengintai diantara bayangan, mengawasi dari balik kabut dan menyerang dari jarak jauh. Firasat dalam ketepatan dan instin...
1.6M 20.6K 2
SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Yara Zanitha tidak pernah menyangka, setelah mati karena kesetrum kabel komputernya sendiri...
442 54 18
- Sejak malam itu, semua berubah... - Bertahun-tahun, manusia dan vampir hidup berdampingan, menjalankan tugas yang diemban oleh masing-masing indivi...
650K 143K 68
Di dunia di mana kekuatan magis hanya didapatkan bila melakukan kontrak dengan para dewa, kedatangan Pemagis Murni, seorang yang memiliki magis tanpa...