CLBK (Cinta Love Bikin Kesal)...

By iinajid

482K 68.6K 2.9K

Love tersenyum sangat manis. Lalu sambil menyodorkan tangannya ia berkata dengan lembut, "Haaai, Mas Mike, na... More

1. LOVE
2. CAT AND MOUSE
3. UNEXPECTED MEETING
4. A BEAUTIFUL ARTIST
5. FINDING LOVE
6. IN THE CAR WITH MR. ANGRY MAN
7. IN THE PAVILION WITH ANGRY MAN
8. YAY, DEMO!
10. BECAUSE OF 'LOVE'
11. BEHIND WHAT SHE DID
12. I AM SORRY
13. DON'T FALL FOR ME, LOVE!
14. SPECIAL PERFORMANCE
15. MEET LENI AGAIN
16. WORRIED
17. THE SADDEST DAY
18. LOVE BRACELET
19. BEHIND THE GIFT
20. THE INVITATION
21. HEART WAR
22. THE PHOTOGRAPHS
23. SECRET
24. INTERROGATION
25. A GLOOMY NIGHT
26. LOVE'S NEVER WRONG
27. EVERYTHING HE DOESN'T LIKE
28. AN UNKNOWN FEELING
29. PREPARE A GIFT
30. LOVE IS IN DANGER
31. PICK LOVE UP
32. AN UNEXPECTED DATE
33. A DATE LIKE A DREAM
34. A RISKY SURPRISE
35. TO REMEMBER LOVE
36. NIGHT WITH LOVE
37. PROMISE
38. A PRINCESS IN THE HEART
39. Aniza is Back
40. LOVE'S LOVE
41. Memory
42. A Baby
43. Behind Happiness
44. Request
45. A LADY'S THINGS
46. Don't You Like Me?
47. IF SHE'S NOT HERE
48. ONLY ONE CONDITION
49. Laughter From The Room
50. Behind The Plan
51. Jordy and Love
52. Announcement Day
53. A Devastating Dialogue
54. Lost in Thought
55. Waiting Love
56. Morning Bliss for Love
57. End Everything That Never Even Started
58. Good Bye, My Love!
59. To Love or Be Loved
60. Life Must Go On
61. Love's New Life
62. Mike's Messages
63. Love Changes Everything
64. Rocky is... Mike
65. Pursuit Love (1)
66. Pursuit Love (2)
67. The Sick Man
68. Cough, Love and... Fart
69. Declaration of Love
70. Side Story - Ricky & Yian (Cream Cheese Cake Kiss)
71. Convincing Love
72. The Embarrassing Supporter
73. Promise For Jordy
74. A Gift For Jordy
75. Visiting Mahkota Office
76. The Real Boss
77. A Harmony Little Family
78. Open Up The Heart
79. Jordy's Wish
80. Two Stupid Bucins
81. Triple Necklaces
82. You Are Not My Mommy
83. To Be Understood
84. A Great Mom
85. Together Forever
86. The Separation
87. The Proposal Ideas
88. The Bad News
89. A Surprise
90. Old Love Blooms Again
Extra Story: (Jordy) For My Angel Mom That I Love
Extra Story : The Sparkling Birthday

9. NOT HER FAULT

5.5K 826 11
By iinajid

Selesai satu lagu, terus berlanjut dengan lagu yang lain. Satu persatu para peserta demo itu terbawa suasana dan ikut bernyanyi. Suasana menjadi riuh, tapi lebih kompak. Terus begitu, hingga Love teringat kalau besok malam ia harus tampil. Ia tak boleh menggunakan suara secara berlebihan.

"Loh kok berhenti, Ve?" teriak salah satu peserta.

"Aku lapar, Om!" jawab Love sekenanya. Tawa geli terdengar di sekitarnya.

Love menoleh pada Pak Rahmat. "Kita makan dulu yuk, Om!"

Wajah Pak Rahmat tampak ragu. Ia terlihat bingung. "Itu... kita... mmm... "

Senyum Love mengembang lebar. "Di sini bisa mesen anter gak, Om? Aku pengen traktir."

"Traktir? Bisa," ulang Pak Rahmat tak percaya. "Tapi kamu mau traktir semuanya?" tanya Pak Rahmat masih tak yakin.

Love mengangguk penuh semangat. "Iya! Kita kan sama-sama demo. Harus barengan semua dong. Aku makan, ya semuanya makan."

"Tapi kami belum digaji, Lov." Ada nada malu terasa di suara Pak Rahmat.

Pria itu tahu kalau Love mungkin hanya bisa mentraktir membeli minuman. Lagipula, meski sebelumnya mereka sudah sepakat kalau menanggung susah bersama, tapi sama-sama mengerti kalau kondisi keuangan mereka juga sedang sulit.

"Gak papa. Nanti aku yang bayar kok, Om. Om dan kakak-kakak ini kan teman baruku. Semuanya. Makanan dan minumnya juga sekalian."

Pak Rahmat tercengang. Bagaimana bisa anak SMA seperti Love punya uang banyak? Gadis ini pasti bukan gadis biasa. Ia tidak mungkin hanya anak SMA yang kebetulan lewat. Tapi siapa? Tak ada seorang pun di antara anak buahnya yang mengenal gadis periang ini.

Tapi walaupun bingung, Pak Rahmat membiarkan Love dibantu anak buah melakukan pemesanan makanan. Hanya saja, Pak Rahmat mulai menjaga sikap dan lebih waspada pada Love.

Sekitar satu jam kemudian, Love sudah duduk dan makan bersama para pendemo. Mereka juga mengobrol dan sesekali bercanda. Suasana menyenangkan begitu terasa. Love menyukai teman-teman barunya itu.

Belum lagi makan mereka selesai, tampak dari jalan raya ada beberapa mobil mulai memasuki halaman parkir.

"Eh itu Boss! Boss besar datang! Buruan! Buruan!" kata Pak Rahmat sambil meletakkan kotak makan siangnya yang masih tersisa separuh begitu saja, sebelum berlari mendekati mobil paling depan.

Semua orang bergegas berdiri, juga meletakkan kotak makan mereka begitu saja. Padahal jelas mereka belum selesai, meninggalkan Love yang kebingungan. Mulut Love saja masih dipenuhi nasi dan tangannya masih menggenggam paha ayam.

Mobil-mobil landcruiser putih itu berhenti di halaman, parkir satu persatu berjejer. Suara-suara pintu yang terbuka dan tertutup bergantian terdengar, dibarengi oleh orang-orang berseragam biru yang keluar dari dalam mobil.

Sementara Love juga sudah berdiri, dengan tangan masih memegang kotak makan. Ia masih berusaha membaca situasi.

Semua orang tampak sibuk sendiri, termasuk teman-temannya yang berlarian meninggalkannya.

"Perhatian! Perhatian! Kami mau ketemu Presdir!"

"Ya kami mau ketemu Presdir!"

"Presdir! Presdir!"

Semua pendemo merangsek ke depan, ke salah satu mobil. Tampak para pria yang baru turun dari mobil juga bergerak ke arah yang sama, mereka seperti melindungi seseorang. Dorong-mendorong mulai terjadi.

Love tak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia tak tahu siapa yang ingin ditemui para pendemo ini. Mengapa mereka terlihat marah? Bukankah tadi semuanya baik-baik saja?

Love juga tak bisa melihat apapun, karena terlalu banyak orang yang membelakanginya. Namun, seleranya juga mendadak lenyap sekarang.

Meski ia tak tahu apapun, Love merasakan intensitas ketegangan di antara orang-orang yang saling dorong itu. Tapi melihat sekelilingnya yang berantakan karena kotak makan yang berserakan, Love pun mulai bergerak.

Saat itulah dari dalam mobil, Leni turun dari mobil lain yang tiba paling belakangan.

Sekretaris Mike itu terkesiap melihat Love yang sedang menunduk mengumpulkan kotak-kotak makan yang ditinggalkan begitu saja. Gadis mungil itu berdiri cukup dekat dengan massa pendemo.

Tak sadar, Leni berteriak keras, "LOVELY!"

Teriakan itu seketika membuat orang-orang yang tadinya ribut saling mendorong berhenti, satu persatu menoleh ke belakang. Ke arah gadis yang bernama Lovely. Nama yang juga membuat pria yang dikepung itu terkejut dan segera melihat ke arah tatapan sekretarisnya.

Tak lagi mempedulikan keamanan dirinya sendiri, setelah mendengar teriakan Leni, Mike menyeruak di antara kerumunan, mendorong sekuat tenaga dan berlari mendekati Love yang membeku.

"Kamu ngapain di sini?" bentak Mike. Di tengah keributan begini, kenapa gadis ini malah muncul di sini?

Leni mengikuti Mike di belakangnya. "Love, kamu diapain? Kamu kenapa?" tanya Leni yang jelas terlihat panik memeriksa sekujur tubuh Love.

Leni dan Mike sama-sama menghujani Love dengan pertanyaan, sampai-sampai Love mundur ketakutan.

Melihat ekspresi Love, Pak Rahmat yang masih tak menyadari apapun segera maju di antara Love dan Mike. Ia menarik tangan Love dan melindungi Love di balik punggungnya.

"Dia memang bukan karyawan sini, Mbak! Pak! Tapi dia ini tanggung jawab saya!" kata Pak Rahmat tegas.

Love yang takut dimarahi dan dibentak Mike lagi, pun memilih bersembunyi di balik punggung Pak Rahmat.

Mike melongok tak percaya. Mulut Leni terbuka.

Pak Rahmat menoleh sedikit. "Kamu jangan kuatir, Lov! Ada Om."

"Itu... itu... dia ini... " Love mengintip di balik punggung, mencuri lihat pada Mike dengan ragu.

Melihat wajah Mike yang sudah berubah kelam, membuatnya makin tak berani bicara dan malah makin bersembunyi di balik punggung Pak Rahmat.

Merasakan situasi tegang itu, beberapa anggota pendemo juga ikut mendekati Pak Rahmat. Mereka berdiri di kedua sisi Pak Rahmat. Melindungi Love dari tatapan tajam Mike dan penuh tanda tanya Leni.

"Ini adik kami! Kami yang tanggung jawab, Pak! Dia gak ada hubungannya dengan demo ini. Hanya ikut-ikutan."

Sesaat Mike memperhatikan ekspresi para pendemo yang berjejer melindungi Love. Mulutnya membentuk garis lurus. Lalu kakinya mundur dua langkah, dan ia melipat kedua tangan di depan dada.

"Lovely Ariana Safitri... Kamu ke sini atau besok kamu pulang jalan kaki dari sini?" tanya Mike dengan nada tegas.

Semua orang terlihat bingung. Apalagi saat gadis yang dipanggil Mike itu melangkah pelan maju mendekati pria yang kini menatapnya dengan tajam. Berputar melewati para pendemo yang melindunginya.

Bibirnya mencebik manja, sebelum ia menunduk saat matanya bertemu mata Mike yang begitu gelap.

"Dia... " Pak Rahmat melihat dengan bingung. Juga para peserta demo yang lain. Siapa gadis ini sebenarnya?

Mike menoleh pada pria setengah baya itu. "Dia ini... "

"Mbak ini calon istrinya Pak Mike, Pak! Mohon maaf kalau Bapak salah paham tadi. Saya dan Pak Mike hanya kuatir Mbak Love kenapa-kenapa," potong Leni. Ia tak ingin Mike bertengkar dengan para pendemo.

"Oooh... " Nada kompak terdengar dari seruan semua orang yang mulai mengerti alasan Mike. Wajah-wajah lega terlihat kecuali wajah Mike dan Pak Rahmat yang masih terlihat bingung.

Mike melirik Leni dengan kening berkerut. Ia baru saja ingin memperkenalkan Lovely sebagai adiknya, tapi kenapa...

Tapi Mike mengerti. Situasi saat ini tidak kondusif, lebih baik ia membiarkan dulu kesalahpahaman ini. Sudah banyak yang terjadi. Pada saatnya ia akan menjelaskan siapa Love sebenarnya.

Leni justru menoleh pada Mike dengan tenang. "Bapak temani Lovely ke dalam dulu ya, saya dan bapak-bapak ini akan bicara lebih lanjut. Nanti kita akan duduk bersama membahas semuanya. Bagaimana?"

Leni melemparkan tatapan penuh isyarat pada Mike, berusaha keras agar boss barunya yang keras kepala ini mau mendengarnya.

Tapi Mike jelas terlihat enggan. Ia tak ingin mengalah pada keinginan karyawan yang tak masuk akal.

Menyadari situasi sulit yang dihadapi Leni, Love memutuskan untuk membantu.

"Mas... Ayooo... " rengek Love sambil menarik-narik ujung lengan kemeja Mike. mengajaknya masuk ke dalam gedung kantor.

Mike menoleh cepat. Ingin sekali ia mengibaskan tangan Love yang selalu membawa masalah baginya, tapi tatapan mata dari para pendemo yang tadi melindungi gadis itu, membuatnya menahan diri.

Dengan wajah kesal, Mike meraih tangan Love dan menariknya masuk ke kantor. Langkahnya diikuti oleh para staf yang tadi turun dari dalam mobil. Sementara Leni tetap mencoba bernegosiasi dengan Pak Rahmat, pemimpin para pendemo tersebut.

Mike menarik tangan Love, setengah menyeretnya. Dia bahkan tak berhenti ketika mereka sudah ada di dalam.

Mike terus berjalan menuju sebuah ruangan sebelum ia membuka pintu, setengah menendangnya, lalu mendorong Love duduk terhempas di sofa. Love benar-benar ingin menangis karenanya.

"Kamu ngapain di situ? Ikut-ikutan demo segala! Kamu kenal mereka itu dari mana? Siapa mereka?" cecar Mike dengan suara keras.

Dina yang tadi berada di ruang kerjanya sejak tadi, sudah menyusul hingga di depan pintu yang terbuka. Ia berdiri bingung dan kuatir. Ia kasihan pada Love yang sedang kena semprot di dalam ruang. Ia ingin sekali menjelaskan situasi yang ia saksikan sepanjang pagi hingga siang ini.

Dina memang melihat semua kejadian di halaman parkir tadi dan ingin membantu Love yang terlihat terpojok. Tapi untuk masuk, ia juga tak berani.

Mike terus bicara. Meluapkan emosinya. "Tadi pagi sudah kubilang jangan keluar! Kamu ngerti gak sih omonganku itu hah? Kamu tau situasinya tadi itu gimana? Kalo kamu sampe terluka, terus besok gak jadi tampil dan masuk rumah sakit? Siapa yang akan kena getahnya? Kamu tahu apa yang harus ditanggung manajermu kalau itu terjadi? Atau apa kata ayahmu, papaku dan mamaku kalo mereka tahu?"

Love menundukkan kepalanya dalam-dalam. Matanya berkaca-kaca. Tapi ia berusaha menahannya. Ia tak menyangka kalau kesalahannya begitu besar.

"Awas kamu kalo nangis! Sudah salah, nangis pula! Dewasa sedikit, Ve! Ingat kamu ini sedang di mana?" omel Mike sambil berjalan bolak balik di depan Love.

Bagaimana ia tidak kesal? Susah payah ia mengejar waktu agar bisa kembali ke kantor dan memastikan gadis itu makan siang, tak tahunya gadis yang ia kuatirkan malah keluar dan makan dengan orang-orang yang sedang tak ingin ia hadapi. Orang-orang yang terlalu banyak meminta.

"Hiks... Hiks... Hiks... " Love mulai sesegukan. Ia tak pernah dimarahi sampai seperti ini. Ia tahu ia salah, tapi tak semestinya Mike marah sampai begitu.

Tapi menangis keras hanya akan membuat Mike semakin marah, semalam ia sudah mengalaminya sendiri. Walau sulit, Love mencoba menahan airmatanya. Tapi makin lama makin susah...

Di luar pintu, tampak Pak Rahmat dan beberapa pendemo sudah masuk bersama Leni. Mereka melihat Love yang sesegukan menangis di depan Mike yang jelas murka.

Dengan langkah lebar, Pak Rahmat masuk ke ruangan itu tanpa peduli tatapan kuatir dari seluruh staf, juga tangan Leni yang tak berhasil menahan langkahnya.

"Maaf, Pak... Bukan salah Love. Kami yang mohon maaf tadi tidak tahu siapa dia," kata Pak Rahmat menjelaskan. Ia melirik Love dengan tatapan penuh rasa bersalah.

Mike menoleh pada Pak Rahmat. Menatap pria itu dengan seringai sinis. "Apa karena kalian tidak berhasil menemui saya? Makanya menggunakan... dia."

Pak Rahmat menggeleng. "Enggak, Pak. Sama sekali enggak. Saya dan teman-teman sama sekali tidak tahu kalau Love ini calon istri Bapak. Kami tadi bertemu di depan, Love bilang ingin ikut demo juga. Saya pikir dia ini... dia ini salah satu adik atau putri anak buah saya."

Melihat raut wajah tak enak Pak Rahmat yang menjelaskan, Love pun berdiri. "Udah jangan marahi mereka! Love yang salah, Mas! Udah salahin Love aja! Hiks... Love yang salah! Hiks."

"Love... " Pak Rahmat memandangi Love dengan iba.

Gadis ini tak hanya baik hati dan cantik, tapi juga tulus. Bagaimana bisa ia jatuh cinta pada pria tak punya perasaan seperti Mike?

Sebenarnya Mike masih kesal. Pikirannya bercabang-cabang. Tapi tak sengaja matanya tertumbuk pada wajah Love yang berantakan. Selain sisa airmata yang masih menggenang dan mengalir di pipinya. Ada juga sisa nasi di tepi mulutnya. Tangan gadis itu juga terlihat berminyak, seperti... sepertinya gadis ini tengah makan saat mereka menemukannya tadi. Tiba-tiba emosi Mike menguap begitu saja.

Tak sadar Mike maju selangkah, menyentuh tepi mulut Love, menyingkirkan butiran nasi yang menempel. "Kamu sudah makan?" tanyanya.

Tadi ia sengaja kembali secepat mungkin dari proyek di Sangatta agar bisa memastikan gadis ini makan siang. Salahnya karena ia sempat lupa kalau Love tak bisa ke manapun selain tetap berada di paviliun. Pantas kalau gadis ini tak betah di kamarnya sendirian.

Melihat perubahan sikap Mike yang tiba-tiba, senyum Pak Rahmat perlahan muncul. Merasa penjelasannya sudah cukup menenangkan Mike, pria setengah baya itu pun berjalan keluar lagi tanpa suara. Dalam hati ia berharap, Mike memahami kesalahannya.

"Pak... Saya urus dia dulu. Bisa bantu saya untuk tenangkan teman-teman di luar?" Tiba-tiba Mike berucap dengan suara yang jauh lebih tenang, sebelum Pak Rahmat benar-benar keluar.

Pak Rahmat menoleh dan mengangguk dengan cepat. "Ba... baik, Pak! Baik, tenang saja!" Senyum pria itu merekah lebar saat ia melangkah cepat menuju pintu depan.

"Kamu sudah makan?" tanya Mike lagi pada Love.

Bibir Love yang masih mencebik itu pun berucap, "Tadi lagi makan. Trus orang-orang pada lari. Love bingung. Trus pas lagi ngumpulin kotaknya, malah dimarahi." Lagi-lagi gadis itu menunduk sedih.

Melihat ekspresi sedih Love, Mike tahu ia sudah melakukan kesalahan. Gadis ini masih anak-anak. Wajar kalau ia sulit menahan diri. Mungkin tadi memang Love hanya ingin tahu. Harusnya ia tadi tak perlu memarahi gadis itu sampai menangis.

"Maaf, Ve. Tadi itu aku panik. Kamu tau kan situasinya tadi gimana?"

Love hanya mengangguk-angguk. "Tapi Pak Rahmat dan kakak-kakak itu semuanya baik, Mas. Tadi mereka nyanyi-nyanyi terus makan sama Love. Mereka beneran baik banget. Kalau mereka demo karena... karena cuma pengen ngomong sama Mas, harusnya temuin aja!"

"Aku mau ketemu sama mereka, Ve. Tapi sungguh permintaan mereka itu sedikit keterlaluan." Mike menghela napas sambil mengusap dagunya sendiri. Sedikit menjauh dari Love. Ia tak tahu harus bicara dengan siapa lagi sekarang. Ia hanya ingin mengeluarkan isi kepalanya yang terasa ingin meledak.

"Keterlaluan?"

Mike ragu menceritakan keadaan perusahaan dan situasi karyawan saat ini. Apalagi hanya pada gadis kecil seperti Love.

Mike tersenyum, "Sudahlah! Nanti saja kita ngobrol. Kamu cuci tangan dulu sana. Bersihkan mukamu sekalian! Kamu kembali ke kamar ya? Nanti Dina akan anterin makanan buat kamu. Oh ya tadi saya sempat suruh Leni beliin perlengkapan dan snack buat kamu."

Love tak berkata apa-apa selain mengangguk. Ia hanya keluar dari ruangan itu menuju toilet. Mencuci muka dan tangannya.

Namun, saat ia kembali, Mike tampak bersandar di sofa sambil memejamkan mata. Ia tampak kelelahan dan wajahnya sedikit pucat.

Love teringat kalau semalaman Mike tidur hanya beberapa jam dalam kondisi yang seadanya. Belum lagi kehadirannya yang memancing emosi pria ini terus.

Andai aku bisa melakukan sesuatu untuk pria ini...

Continue Reading

You'll Also Like

249K 14.8K 21
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
1.4K 177 12
berpacaran dengan Cowok Cantik😨!?. aw aw, dede Hio, my honey bunny sweet heart😋💐. pacarku- pacar kita yang cantip kayak mami Chigiri🥰🥰🥰. hwhehe...
378K 44.2K 35
Amaya, gadis 28 tahun yang kini tinggal seorang diri karena beberapa tahun lalu ia harus kehilangan orang tuanya dalam waktu berdekatan. Gadis yang s...
779K 31.6K 37
Pernah denger nggak ada mitos yang bilang kalau dua orang yang wajahnya mirip itu berarti jodoh ? dan itu yang dialami nadin, di hari pertama dia men...