Five or Nothing (Yeri x 99l N...

By starofmilkyway

211K 44.6K 17.5K

Punya temen seperkoncoan kayak Mark, Lucas, Xiaojun dan Hendery itu gak seindah seperti yang orang-orang kata... More

Prolog: Pancabintang
Aud dan Empat Begundal
Mr. Can-Do-It-All dan Tetangga Tiga Rumah
Si Musisi dan Ikon Baru Sekolah
Kuda Tomplok dan Warjok
Saatnya bersinar
Bukan Anak Indie
Ada Yang Baru
Menolak Tawaran
Lomba Esai
Kehidupan Normal
Dasar Netizen
Pasca UAS dan Liburan
Kembalinya Yerikha
Almost Paradise
Kado
Yanuar
Turnamen
Akhirnya!
Dipanggil Terus
Her Top Secret
Brother
Trio Sedang Rapuh
Vila Aheng - BYUURR
Vila Aheng - Terkuak
Vila Aheng - Keluhan Batin
"Pernah, Gak?" - Mark
The Lontong Sayur Guy
Salah Satu Alasan Kembali
Habis Makan Nyamuk
Kesal Tanpa Alasan
Kepikiran
Yang Sebenarnya Cemburu
Bukan Berantem
"Pernah gak?" - Dejun
Tapi Baikan
Lucas Labil
Di Ruang BK
Deadpool dan Chris Evans
Saya Tertarik
Yang Mana?
Butuhnya Satu Hendri
Huru-hara Lomba Tari Saman
First Love Atau Bukan?
"Pernah gak?" - Lucas
Keputusan Untuk Sebuah Pilihan
"Update Barengan Yuk"
Curhat Bersama Leon
Gak Normal
Semuanya Dekat
Pelik Yang Ini, Pelik Yang Itu
Garis Terdepan
Satu Lagi Pemendam Perasaan
Study Tour
SKJ (Studytour Kagak Jelas)
Agit dan Perubahan
Rasanya Ada Yang Kurang
Pertemuan Singkat
Salah
Menerka-Nerka
If I Bleed, You'll Be The Last To Know
"Pernah gak?" - Hendri
Little Chit-Chat
Bu Lala dan Pak Lili
5/5
Two Sides
Boys Corner
"I'm Sorry."
Karena Bakiak, Jatuh Cinta
Onederful Fest
It Is Pancabintang!
Another Liar
How A Wallflower Has Turned Into A Lion
The Elephant In The Room Between The Two of Us
Si Pengamat dan Pendengar
Everything Has Changed
Should He Regret It?
Nosebleed
Memperbaiki dan Memulai Kembali
Penghujung SMA
Epilog: Five Or Nothing
The Fifth Season

Kapten Basket dan Teman Berjuang

3.5K 646 35
By starofmilkyway

"Lucas, mulai sekarang kamu kapten tim basket ini."

Lucas gak akan pernah lupa ucapan coach ekstrakurikuler basketnya itu dua minggu lalu. Jujur, Lucas masih gak percaya kalau dia yang ditunjuk jadi kapten tim ini.

Firasatnya sebelumnya sudah mengatakan bahwa Mark-lah yang 100% akan menjadi kapten basket di periode angkatannya. Tetapi semua firasat itu hilang begitu tahu Mark yang dicalonin jadi ketua OSIS sekolahnya. Tentu saja setelah mendengar itu ia menjadi yakin kalau Mark yang fix menjadi ketua OSIS, bukan kapten basket lagi.

Jujur, Lucas senang karena dengan dia diberi amanah seperti itu, tandanya semua timnya percaya sama dia. Tapi kebanggaan itu memudar begitu melihat Mark yang sekarang sedang berada di rumahnya, mereka berdua berpulang sekolah setelah menjalani kegiatan ekstrakurikuler hari ini.

"Mau apaan lu? Gua ada sirup jeruk sama melon." ujar Lucas ketika Mark sudah duduk di sofa ruang tamunya.

"Apaan aja deh, Cas." jawab Mark.

"Yauds jeruk aja yak, lumayan kan abis keringetan yang seger-seger."

Begitu Lucas ke dapur, Mark meraih tasnya dan mengeluarkan buku tulis dari dalam tasnya.

Ah, klub basket akan mengikuti turnamen yang mana sekolah mereka berpartisipasi tiap tahun. Maka Mark sebagai otak tim sejak kelas sepuluh, datang ke rumah Lucas untuk membahas berbagai rencana dan strategi kedepannya atas amanah pelatih ke mereka berdua.

"Nih minum, Mark."

"Thank's, bro."

Lucas memperhatikan coretan demi coretan yang sudah Mark buat sejak ia ke dapur menyiapkan minuman.

"Oh iya, Cas. Gua udah nge-list turnamen-turnamen yang bakal kita ikutin. Dan gua juga udah buat line up-nya. Jadi untuk cup yang ini dan ini, kita gak perlu pakai tim inti. It's not that I underestimate other school's team but from what I'd observed since last year's match, we're better even without our regular players."

Lucas mengangguk-angguk, menyetujui.

"Nah, kalau di turnamen SMA ini, I think it's really worth to let the regular team play, peserta yang ikut turnamen ini dari sekolah-sekolah bergengsi, yang menurut gue tim inti kita yang harus ikut serta."

"Setuju sih gua." ujar Lucas.

"And here, DBL. Acara yang paling bergengsi. Bukan worth lagi tetapi menurut gua it's a MUST buat ngeluarin tim inti kita. Here things I've noted for this tournament-"

Jujur, melihat Mark yang sebegitu kritisnya kepada tim basket ini bahkan ketika dia juga harus fokus dengan studi dan OSISnya, buat Lucas ragu akan dirinya sendiri karena Mark yang jiwa kepemimpinannya seunggul itu.

Berada di ruang tamu dan mendengarkan Mark yang membuat segenap rencana untuk timnya membuat Lucas kurang percaya diri akan kapasitas dirinya sebagai kapten basket kedepan.

Apa gua mampu memimpin?

Gimana caranya gua memimpin ketika anggota gua aja lebih unggul dari gua?

Apa anggota gua rela mendengarkan gua sebagai kapten yang gak ada apa-apanya ini?

"—gitu, Cas. Setuju gak?"

Lucas menggaruk keningnya pelan, "tapi Mark, gua merasa anak kelas sepuluh juga perlu pengalaman maju ke lapangan. Dan gua merasa gabungan tim inti dengan junior-junior baru perlu dipraktekan gak cuma saat sparing. Karena atmosfer sparing dan turnamen itu beda."

"Hm... iya sih...."

"Dan menurut gua emang sebuah keharusan sih kelas sepuluh main di turnamen yang ini dan ini, selain karena yang join gak sekuat turnamen sekolah lain, biar mereka juga paham dan ada persiapan buat megang di periode mereka tahun depan." ujar Lucas seraya menunjuk-nunjuk tulisan di buku Mark. "soalnya gua liat-liat, lo dari tadi bikin line up mayoritas kelas sebelas semua. Mungkin karena lo baru bisa hadir latihan hari ini sih, jadi lo gak tahu gimana kelas sepuluhnya. Tapi gua gak bohong kok kalau kelas sepuluh sekarang not bad."

"Oh, really?"

"Iya beneran. Gua, Hendri sama Yuno juga gak nyangka."

"Ah, good for us then! With you as captain, Hendri as point guard and Yuno as center honestly I don't have any worries left."

Lucas terkekeh, "iya, sih. Tapi gua tetep gak sebagus lo, Mark." guraunya.

Mark melotot, ia langsung memegang pundak Lucas. "Whaaat? No, no, no! I think you're even better than me, Cas!"

"Ah, elu. Merendah aja," canda Lucas.

Mark menggeleng cepat, "No, I'm serious! Gua cuma jago ngebangun strategi dan rencana tim. Tapi elo, lo bisa membangun semangat anggota lainnya, Cas! Lo yang selalu menaikkan mood tim kita! Bahkan, lo juga selalu mikirin perasaan anggota lain." Mark lalu menunjukkan buku tulisnya, "See? Tanpa lo gua gak bakal kepikiran perasaan anak kelas sepuluh. Gua cuma nyusun strategi tanpa tahu perasaan anggota tim."

Lucas tersenyum tipis mendengar ocehan Mark.

"Gua percaya sama keputusan pelatih kita, dia milih lo menjadi kapten for reason! Gua juga percaya sama lo untuk memimpin tim ini. Dan karena itu gua juga percaya sama Hendri, sama Yuno, dan semua anggota tim kita. Gua percaya sama lo."

Percaya.

Satu kata penuh makna bagi seorang pemimpin termasuk Lucas. Melihat Mark sebegitu percaya kepadanya, keraguan Lucas akan kapasitas dirinya perlahan memudar.

Kalau Mark saja percaya dengan dirinya, masa Lucas sendiri gak bisa?

●●●●●

Sebenarnya walau tadi sore Mark sudah menghilangkan sedikit keraguan pada Lucas, Lucas tetap masih risau.

Iya sih gak salah Lucas dapat predikat orang paling pede di dunia ini. Tapi meeeen, bagi dia beda konteks buat jadi pemimpin. Dia harus memikul tanggung jawab dan gak boleh lalai akan hal itu.

Terus, kalau sedang gundah gulana begini, Lucas ngapain?

Tentu saja menelfon Yuki.

"Halo, Cas? Kenapa?" ujar Yuki di seberang sana begitu Lucas menelfon.

"Mau ke café nyokap lu dong." jawab Lucas.

"Apaan ini tiba-tiba banget?"

"Oke gua OTW ya!"

"IH, LUCAS!"

Gak butuh waktu lama untuk Lucas beneran mengendarai motornya menuju café yang pemiliknya adalah ibunda Yuki tersebut. Lokasi cafénya gak jauh dari sekolah dan gak jauh juga dari rumah Yuki, jadi Lucas gak heran melihat Yuki sudah tiba di sana dengan rambut keritingnya tergerai dan cardigan merah di sana.

Yuki sedang duduk di salah satu meja dan fokus ke ponselnya, ia sama sekali gak menyadari kehadiran Lucas, maka...

"BA!!!!"

"AYAM!!!!"

Yuki terlonjak begitu Lucas mengejutkannya dari belakang, membuat Lucas cengengesan dan Yuki marah-marah karenanya.

"LO TUH YA!!!! Udah gak jelas, tiba-tiba minta ke sini, terus sekarang bikin gue jantungan!" omelnya sambil memukul lengan Lucas.

Lucas cengengesan doang, gak lama dia duduk di hadapan Yuki.

"Nyokap lo mana?" tanya Lucas masih ketawa-tawa.

"Lagi pergi,"

Lucas mengangguk-angguk. "Ki, pesenin katsu sama cappuccino dong."

"Ih gila lo ya, dateng-dateng langsung nyuruh-nyuruh gue?"

"Ya kan café ini punya lu,"

"Punya BUNDA gue!" kata Yuki sambil berdiri dan menekankan kata 'bunda' di kalimatnya.

Kemudian Yuki berjalan ke arah kasir dan memesan pesanan Lucas.

Jadi, Yuki itu siapa sih?

Kalau bisa dibilang, Yuki itu teman seperjuangan Lucas. Kayak semua susah-seneng masa-masa sekolah Lucas, itu 80% ada Yuki-nya.

Dulu waktu kelas sepuluh mereka sekelas, duduknya depan-belakang dan lumayan sering ngobrol karena dua-duanya nyambung. Sering sekelompok juga. Terus ternyata kelas lintas minat mereka sama pas kelas sepuluh, ekonomi dan bahasa Mandarin. Begitu tahu, setiap dua kelas lintas minat itu mereka sering sebangku deh.

Lalu pas kelas sebelas, mereka sekelas lagi. Duduknya juga depan-belakangan lagi. Eh, dapet lintas minatnya juga sama, kelas bahasa Mandarin lagi yang kalau lagi kelas lintas minat itu sebangku juga.

Jadi deh, Lucas kemana-mana sama Yuki kalau selain sama Pancabintang. Kayak sekarang ini.

"Ada apa nih lo tiba-tiba nyuruh gue ke sini?" tanya Yuki ketika ia duduk di hadapan Lucas lagi.

"Kangen gua sama lu." ujar Lucas.

"Hilih, kingin gii simi li."

Lucas tertawa mendengar cemoohan Yuki. Ia menopang dagunya di atas tangannya di meja. Gak lama, lemon tea pesanan Yuki datang.

"Dih, kok minuman lu dateng duluan?"

"Ya kan gue udah dari tadi!" ujar Yuki sambil menyentil dahi Lucas.

"Aw!" erang Lucas.

"Lebay."

Hening beberapa saat tatkala Yuki menyeruput teh dinginnya itu dan pandangan Lucas kosong dengan tangannya yang memainkan kunci motornya.

"Cerita." ucap Yuki sambil menopang pipinya menatap Lucas.

Istilah 'teman seperjuangan' bukanlah semata karena mereka selalu bersama akibat sekelas terus. Panggilan itu juga dibuktikan jika salah satu dari mereka sedang merasa galau, pasti yang lainnya tahu ada yang gak beres.

Lucas menarik napasnya, "menurut lu kenapa pelatih milih gua jadi kapten basket?"

Yuki menyedot teh dinginnya sebelum ia menjawab, "karena lo anak basket."

"Hah?"

"Ya dia milih lo jadi kapten basket karena lo anak basket, lah. Masa milih gue? Kan gue anak padus."

"Gak gitu, pe'a."

Yuki terkekeh, "kenapa? Lo ragu lo gak bisa jadi kapten makanya lo galau terus nyuruh gue ke sini?"

"Buseeet, to the point amat lu."

"Keren kan gue?"

Lucas menegakkan tubuhnya, ia menyandarkan punggungnya di bangku sedangkan tangannya masih memainkan kunci motornya. Pandangannya mengawang ke jalan raya pukul delapan malam itu lewat jendela di sampingnya.

"Gua ngerasa gak mampu aja." kata Lucas.

"Pelatih lo bilang apa pas milih lo emangnya?" tanya Yuki.

Lucas menatap Yuki, "ya katanya gua bisa bikin orang semangat lah apa lah. Tapi setiap gua liat Mark gue selalu minder lagi."

"Hah, kenapa jadi Mark? Kan dia ketua OSIS—eh sorry baru inget dia calon kapten basket sebelumnya."

Ucapan Yuki tersebut disusul dengan kopi yang Lucas pesan diantarkan ke meja mereka.

Lucas langsung meminumnya, ekspresi wajahnya datar. Cahaya wajahnya redup yang mana membuat Yuki semakin sadar kawannya itu benar-benar sedang ragu.

"Kenapa lo minder sama Mark?" tanya Yuki menatap Lucas.

Lucas mengaduk-aduk cappuccino-nya dan memandangi kopi tersebut. "Gua selalu merasa gua gak akan pernah kayak Mark, Ki."

"Ya emang enggak. Lo gak bakal bisa kayak Mark."

Lucas mengangkat kepalanya, menatap balik Yuki yang sedang memandangnya lekat. "nusuk amat ucapan lu."

"Lo gak bakal bisa kayak Mark."

"Anj—diulangin lagi—"

"Karena lo bukan Mark. Lo adalah Lucas."

Ucapan Yuki yang memotong kalimatnya membuat Lucas terdiam.

"Bukannya bagus ya jadi pemimpin yang bisa memotivasi anggotanya? Itu kan emang tugas pemimpin?"

"Ya... iya sih.... Tapi urusan strategi dan teknik Mark lebih—"

"Ya itu kan gunanya tim? Saling melengkapi satu sama lain."

Lucas lagi-lagi terdiam.

"Denger, gue gak begitu jago soal basket tapi menurut gue kalo lo sendiri gak percaya sama diri lo, tim lo jadi gak percaya juga sama lo dan itu berpengaruh ke mental mereka dan justru bikin down. Padahal kan kata pelatih lo, lo spesialisnya buat naikin mood tim. Masa sekarang pas udah jadi kapten malah bikin down?"

Lucas tersenyum tipis mendengar ocehan sahabatnya itu.

"Lo bukan Mark dan lo gak akan pernah bisa jadi Mark. Tapi lo adalah Lucas. Lucas si kapten basket. Dan lo memimpin dengan cara lo sendiri, gak harus menjadi orang lain."

Lucas tersenyum lebar. Risaunya seakan sudah sirna begitu saja.

"Aih, gak nyangka gua lo akan memuji gua begitu."

"Ew?!"

Lucas terkekeh, "makasih ya, Ki. Lega sedikit gua."

Yuki mengangguk, "hhmmm. Gak nyangka gue lo bisa se-gloomy ini."

"Ah, jangan gitu dong. Malu gua jadinya."

"Punya malu?"

"Punya, sial."

Sesi curhat selesai tepat ketika katsu Lucas datang bersamaan dengan ibu Yuki—Adel—muncul ke café tersebut bersamaan dengan temannya.

"Loh, Kakak kok jam segini di sini?" kata ibu Yuki sambil menghampiri meja.

Yuki kemudian menyalimi ibunya, "nih si Lucas lagi galau jadi kapten basket minta aku ke sini buat dengerin dia curhat." kata Yuki terus terang.

Lucas rada malu Yuki ngomong begitu tapi dia tetap nyengir lalu berdiri dan menyalimi ibu Yuki, "hehehe, Tante. Makin cantik aja,"

"Benar Lucas kamu jadi kapten basket?" tanya ibu Yuki.

"Hehehe, iya Tanteee." jawab Lucas masih nyengir.

"Waaah, hebat banget kamu, Nak. Ganteng, tinggi, lucu, jadi kapten pula." ujar ibu Yuki membanggakan Lucas, "kalo gitu Tante kasih gratis hari ini!"

"Loh, serius Tante?!"

"Serius dooong. Pesan apaan aja terserah kamu biar Tante yang bayar! Anggap aja perayaan kamu jadi kapten!"

"Yeeey, makasih Tanteee! Tante emang the best!" seru Lucas seraya mengacungkan jempol.

Yuki mendengus aja gitu liat Lucas dibaik-baikin sama ibunya.

MASALAHNYA YUKI KALO KE SINI JUGA BAYAR SENDIRI. Lah ini si Lucas dikasih gratis....

Kemudian ibu Yuki menoleh ke arah Yuki, "oh iya Kak, kenalin ini temen Bunda pas SMA. Tante Gita." ibu Yuki berbicara ke temannya itu, "Git, ini loh anak sulungku."

"Halo Tanteee, aku Yuki." kata Yuki seraya menyalimi Tante Gita itu.

Karena gak mau awkward sendiri, Lucas ikut salim ke Tante Gita. "Hehehe, temennya Yuki, Tan. Lucas nama saya."

Lalu ibu Yuki berbicara lagi ke Yuki, "ini loh, temen Bunda yang kerjanya ngerekrut model. Nah sekarang ini dia lagi nyari buat model kopi. Katanya susah banget carinya sekarang."

"Del, kayaknya aku udah tahu siapa yang cocok jadi modelnya." kata Tante Gita ke ibu Yuki.

Ibu Yuki spontan menoleh, "loh? 5 menit yang lalu kamu bilang kamu belum nemu loh, Git."

Tante Gita kemudian mendekat ke arah Lucas.

"Lucas, kamu mau gak jadi brand ambassador produk kami?


•••••

(G)I-DLE Yuqi as Yuki


semua background karakter sudah diperkenalkan, now let's begin the real storrryy!!! :p

Continue Reading

You'll Also Like

50.2K 8.4K 24
🎵Now playing Cinta Luar Biasa - Andmesh Kamaleng "BINTANG LIMA NYA JANGAN LUPA!" "Safety first..." "Berani-beraninya orang kayak gue naksir tuan put...
196K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
245K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.4M 81.5K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...