"Baiklah Liliana, terima kasih atas jawabanmu, terima kasih atas semua kebohonganmu, aku benar-benar kecewa kepadamu, aku pikir kamu belum menikah dan ingin menjalin hubungan sama aku, bahkan aku bercita-cita ingin berumah tangga denganmu, tapi semuanya hancur, kamu telah melukai aku Liliana," ucap Natanael kepada Liliana.
"Tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud membohongi kamu, aku cuma tidak sanggup berkata bahwa sebenarnya aku sudah menikah dengan seorang Pria," lirih Liliana dengan suaranya yang bergetar.
Tetesan air mata kini jatuh tak bisa ditahan lagi, kesakitan yang dirasakan pasti dirasakan pula oleh Nael. Sedangkan Hendrata tersenyum dalam kemenangan, karena kini melihat Nael kecewa kepada Liliana.
"Liliana lantas apa yang akan kita lakukan, aku tidak bisa menjadi pria yang jahat dengan mengambil istri orang, aku bersama denganmu karena aku ingin menikah denganmu, tapi jika kamu sudah menikah, maka apa yang akan tersisa untukku, untuk hubungan kita, aku tidak mau menyakiti hati pria lain." Nael benar-benar merasa tersakiti dengan kebohongan Liliana, pria itu bersungguh-sungguh mencintai Liliana, namun Liliana malah membohongi dia.
"Aku mohon jangan seperti ini," lirih Liliana dengan tangisan yang meledak, tidak mau Nael tiba-tiba pergi menjauh darinya.
"Maafkan aku Liliana, tidak ada yang tersisa dari hubungan kita, kamu harus kembali kepada suamimu, dan lupakan saja aku," ungkap Nael dengan matanya yang basah, pria itu lalu pergi seketika meninggalkan Liliana.
Hatinya hancur tidak tahu harus berkata apa, karena dia sangat mencintai Nael, bahkan untuk pertama kalinya dia bisa bercinta dengan seorang pria dalam harmoni yang sangat dinikmati.
"Tunggu Nael, jangan tinggalkan aku, kamu harus mendengar semua alasanku, kamu tidak boleh mengabaikan aku seperti ini!" tangis Liliana meledak, hatinya tersakiti dengan keadaan ini, karena pria yang bernama Hendra sudah memberitahukan kepada Natanael.
"Ayo Liliana kita pulang, tidak patut anda menangisi pria yang sama sekali tidak peduli kepada anda," kata Hendrata dengan suaranya yang khas.
"Aku muak denganmu, aku terkadang ingin mati saja kalau seperti ini, tidak bisa membiarkan aku hidup bahagia, aku mencintai Nael dan aku sangat membencimu, sangat sangat sangat membencimu Drata," lirih Liliana namun penuh dengan penekanan.
Wanita itu menatap Hendrata dengan tajam, memperlihatkan rasa benci yang mendalam, karena sakit hati akibat semua ucapan Drata di hadapan Nael tadi.
"Bukan aku yang harusnya kamu benci, aku hanya menjalankan perintah saja, kamu tahu betapa aku sangat mencintai kamu Lil," ungkap Hendrata dengan wajahnya yang terlihat bersungguh-sungguh.
"Tapi aku sangat membencimu, sangat membencimu tidak ada lagi sisa dihatiku selain kebencian untukmu, semenjak kamu membunuh Yoga sudah tidak ada lagi rasa simpati kepadamu, aku bahkan merasa tidak aman jika ada disampingmu, betapa takutnya aku ketika aku berhadapan denganmu seperti ini, kamu seolah-olah bagai malaikat pencabut nyawa yang kapan saja bisa mengambil nyawaku, aku membencimu sampai ke urat nadiku datang," tangis Liliana meledak saat itu.
"Sudahlah tidak patut kamu menangis seperti itu, sebaiknya ayo kita pulang sebelum tuan besar mengetahui tentang apa yang terjadi padamu, hidup dan mati Nathanael ada pada tanganku, tuan besar mengetahui hal yang kalian, lakukan maka dia pasti sudah memerintahkan membunuh Nathanael segera," ungkap Hendrata kepada Liliana.
"Jangan kamu ganggu Nael sedikit pun, aku tidak ikhlas kamu melakukan hal itu, karena kalau Nael terluka, seujung jari saja aku akan bunuh diri, aku tidak mau jadi perantara pria-pria itu mati," jerit Liliana dengan semua luka hati yang dirasakan.
Wanita itu ketakutan apa yang harus dilakukan kini, dia takut Hendrata melakukan sesuatu kepada Nathanael. Tidak mau luka itu juga terulang kembali pada nail, dia ingin naek selamat, pun ingin bersamamu. Sebuah dilema yang sangat panjang ini dia rasakan Tetapi dia berpikir dengan jernih bahwa dia harus tetap hidup demi Nael.
***
Di sisi lain, Nael saat itu benar-benar frustasi. Pria itu tidak tahu harus berkata apa lagi.
Tidak bisa memiliki alasan apa pun untuk tersenyum. Karena semenjak mengetahui kalau ternyata Liliana sudah menjadi istri orang lain, maka sejak saat itu pun yang sudah tidak bisa tersenyum lagi.
Satu minggu setelah kejadian waktu itu, Nael hanya bisa terdiam dengan kegundahan yang dia rasakan.
Tiba-tiba saja ibunya datang bersama seseorang.
"Nael kenapa kamu diam saja, lihatlah siapa yang datang?" ucap ibunya Nael kepadanya.
"Siapa yang datang, Bu?" Nael bertanya sambil menatap sang ibu dengan tajam.
"Aku yang datang Kakak." Suara seorang gadis membuat Nael terkejut, ternyata dia adalah Hana Wicaksana.
"Hana kamu baru pulang dari Luar Negeri kapan pulang?" tanya Nael kepada wanita itu.
"Baru saja kemarin aku pulang, dan aku sekarang langsung datang ke sini karena merindukan kamu, Kakak," Hana langsung merangkul Nael, dan itu membuat Nael merasa sangat risih karena bahkan di hadapannya ada ibunya.
"Hana jangan seperti ini, kita bukan anak kecil lagi," kata Natanael sambil mencoba mendorong tumbuh Hana untuk menjauhi tubuhnya.
"Kenapa sih Kakak, seperti itu. Bahkan tante izinkan aku untuk memeluk Kakak, selamanya," ungkap Hana dengan senyuman yang merekah.
"Apa maksud dari ucapanmu. Ibu apa sih maksudnya?" Nathanael mengerutkan keningnya, ketika mendengar ucapan Hana Wijaksana barusan.
"Itu karena aku akan menjadi belahan jiwa Kakak, selamanya. Kita akan selalu bersama dan aku akan selalu berada disampingmu." Hana tersenyum dengan bahagia, dia lalu kembali mendekati Natanael tetapi Nathanael masih menghindar.
"Lihatlah Bibi Kakak menghindari aku seperti ini, ah sungguh menyebalkan," kata Hana dengan manja.
"Hael jangan seperti itu, Nak. perlakukan Hana dengan lembut, bagaimana pun, dia akan menjadi bagian dari hidupmu," ungkap Ibu Nael kepadanya.
"Apa maksud dari perkataan Ibu, sudahlah Bu, pusing nih. Sedang ada masalah dan saya tidak bisa bercanda kali ini," kata Natanael sambil memalingkan wajahnya.
"Kakak menghindariku seperti itu, bagaimana pun aku dan kamu akan segera bertunangan, dan kita bahkan akan segera menikah," tukas Hana Wicaksana dengan suara yang lantang, wanita itu terlihat bahagia mengutarakan semua isi hatinya.
"Please Hana, jangan bercanda seperti ini," kata Nael tidak suka dengan candaan Hana seperti itu.
"Benar Nael, apa yang Anda katakan Hana. Ibu dan Paman Abraham sudah sepakat, akan menjodohkan kalian berdua kalian harus mengikuti perintah kami itu pun demi kebahagiaan kalian juga," kata ibu Firza kepada Natanael.
Alangkah terkejutnya pria itu tatkala mendengar ucapan dari sang ibu. Bahwa dia memang sekarang sudah dijodohkan dengan wanita yang bernama Hana Wicaksana.
"Ibu pasti bercanda, kan?" Nael masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Ibu tidak pernah bercandaan semua Ibu putuskan dengan matang. Ibu tidak mau terjadi kesalahan sedikit pun untuk hidup kamu, karena itulah Hana Wicaksana adalah pilihan yang paling cocok dan tepat untuk kamu Sayang."
🌟🌟🌟
Halo kak maaf saya sedang repot banget jadi baru bisa up.
Eh iya saya sedang mengikuti lomba menulis novel di aplikasi nnovellme. Aku mohon dukungan kk, kebetulan saya update di sana sehari 3 bab.
Tolong dukung saya dan baca novel saya di aplikasi itu ya kak. Agar saya bisa menang.