Misunderstood Beauty

Av axeliousbolton

591K 35.6K 513

William Tudor, The Duke of Northumbria adalah seorang bangsawan kaya, tampan, dan terpandang karena posisi pe... Mer

Cast
Part 1 - Dance Instructor
Part 2 - The Pierre Sister
Part 3 - Marchioness Mackenzie
Part 4 - Guardsman
Part 5 - Country Girls
Part 6 - House Tudor
Part 7 - Excitement
Part 8 - The First Ball
Part 9 - Miss Bennett
Part 10 - Suitor
Part 11 - Troublemaker
Part 12 - Miss Marina Throne
Part 13 - Funny Coincidence
Part 14 - Charms
Part 15 - Manor Mackenzie
Part 16 - Miss Charlotte Pierre
Part 17 - Tea Party
Part 18 - Patriarch
Part 19 - Siblings
Part 20 - The Duke's Mother
Part 21 - Manor Tromp
Part 22 - Falling
Part 24 - Proposal
Part 25 - Beast
Part 26 - Saved
Part 27 - Funeral
Part 28 - Hickey
Part 29 - The Wedding
Part 30 - Incident
Part 31 - Gentleman
Part 32 - Loved
Part 33 - Troublesome
Part 34 - The First Mrs. Tudor
Part 35 - Dinner
Part 36 - Katie's Sketches
Part 37 - White Roses
Part 38 - Stroll with The Duke
Part 39 - Under The Rain
Part 40 - Messed Up
Part 41 - Fever
Part 42 - Manor Tudor
Part 43 - Labyrinth
Part 44 - Misunderstood
Part 45 - Palace
Part 46 - Hollow
Part 47 - Flee
Part 48 - Lord & Lady Bennett
Part 49 - Maid of Honor
Part 50 - Duchess of Northumbria

Part 23 - Fun Day

14.1K 934 22
Av axeliousbolton

Norman Tudor dan Alexander Bennett menggandeng Victoria Pierre sambil berjalan masuk ke dalam taman pusat kota Northernberg bersama-sama. Karena hari sudah mulai sore, banyak orang mulai berdatangan untuk menikmati hari bersama para bangsawan lainnya, serta anak-anak mereka.

William Tudor dan Charlotte Pierre berjalan mengikuti ketiganya kemanapun mereka pergi tanpa berbicara sepatah katapun. Baik Lord Tudor maupun Charlotte sama-sama sibuk memikirkan kalimat pembuka percakapan apa yang tidak terdengar buruk.

Alexander dan Norman saling pandang karena merasa sedikit risih diikuti oleh William dan Miss Charlotte. Jelas-jelas mereka mengajak Victoria berjalan-jalan untuk menyingkirkan keduanya, tapi keduanya justru mengikuti mereka.

"Kenapa William jadi mengikuti kita terus? Bukankah ia seharusnya berjalan-jalan berdua saja dengan gadis Pierre itu?" Tanya Norman kepada Alexander, seakan Victoria yang berada di tengah mereka tidak dapat mendengar percakapan mereka.

"Entahlah. Jangan tanyakan padaku, ia itu kakak laki-lakimu." Kata Alexander sambil melirik ke arah William. Sekarang Victoria yakin bahwa keduanya lupa sama sekali bahwa dirinya berada di antaramereka.

"Well, ini sangat jelas bahwa ia bahkan tidak tahu bagaimana cara memperlakukan seorang wanita." Komentar Norman pedas, namun ia terdengar berbisik-bisik karena tidak ingin sampai kakak laki-lakinya itu mendengar perkataannya.

Norman tidak ingin memancing keributan antara dirinya dan William di tengah taman serta di tengah hari yang cerah seperti ini, dimana sebagian besar bangsawan keluar untuk bersenang-senang. Norman jelas tidak ingin menjadi pertunjukan mendadak bagi mereka.

"Dan.. apakah kamu tahu bagaimana cara memperlakukan wanita?" Tanya Victoria yang membuat baik Alexander maupun Norman sedikit terkejut ketika mendengar gadis itu berbicara, seakan mereka baru tersadar bahwa daritadi gadis itu berada dalam gandengan mereka.

"Tentu saja aku mengetahuinya, Miss Pierre. Aku adalah seorang Tudor. Beginilah aku memperlakukan seorang wanita." Kata Norman lalu melepaskan gandengan Victoria.

Dengan percaya diri pemuda itu meraih tangan Victoria dan mengecup lembut punggung tangan gadis itu dan berkata, "Miss Pierre, hari ini kamu terlihat sangat memesona. Jika diperbolehkan, izinkan aku untuk menemanimu jalan-jalan dan meninggalkan si bodoh ini sendirian?"

Norman selalu memainkan kartu itu, kartu yang sama. Mengecup punggung tangan seorang gadis, mengatakan betapa cantiknya ia hari ini, dan mengajak mereka berjalan-jalan. Namun yang terpenting adalah pemilihan kata yang digunakan oleh Norman.

Norman ingin para gadis itu tetap merasa memiliki pengendalian penuh akan diri mereka. Seakan para gadis itu punya kuasa untuk menolak, padahal tidak sama sekali karena mereka jelas berada di bawah sihir pesona Norman.

Victoria tidak dapat menahan tawanya, suaranya lembut dan penuh kehati-hatian. Ia melirik ke arah Alexander Bennett, pemuda tampan yang baru saja dihina bodoh oleh Norman Tudor. Ketika melihat dan mendengar Victoria tertawa seperti itu, jantung Norman dan Alexander berdebar lebih keras. Mereka terpana melihat kecantikan gadis itu ketika tertawa.

"Tidak mungkin Mr. Tudor. Wanita secantik Miss Pierre seperti ini, tidak boleh disia-siakan dengan berjalan berdua saja denganmu." Kata Alexander sambil menunjukkan pesona senyumnya pada gadis itu. Jantung Victoria berdetak kencang ketika menyadari betapa tampannya Alexander Bennett itu.

"Me-memangnya kenapa?" Tanya Victoria terdengar gugup. Ia mengutuk dirinya dalam hati, kenapa ia jadi gagap seperti ini?

"Oh, tidakkah kamu tahu miss? Norman adalah seorang pemuda tampan yang sering memainkan perasaan perempuan, jadi kamu harus berhati-hati dengannya." Ucap Alexander seakan ia memang mengucapkan sebuah fakta menarik yang harus Victoria ketahui.

Gadis cantik itu kembali terkekeh pelan, jantung Alexander semakin cepat berdetak dan gairah untuk membuatnya tertawa lagi semakin menjadi-jadi. Alexander ingin mendengar tawa Victoria lebih sering.

"Hey!" Tegur Norman seakan Alexander baru saja membuka kartu rahasianya kepada Victoria. "Kamu di sini yang mempunyai reputasi itu!"

"Miss Pierre, lihatkan? Kamu akan menjadi sasaran kemarahannya jika kamu berjalan-jalan hanya berdua dengannya." Ucap Alexander, tepat setelah Norman berseru sambil menunjuk wajah pemuda itu di hadapan Victoria.

Alexander dengan tenang merangkul pundak Victoria yang mungil, sebenarnya gadis itu sedikit terkejut dengan sentuhan itu. Tapi ia memutuskan untuk tetap berjalan beriringan bersama Alexander.

Lord Tudor dan Charlotte memperhatikan mereka dari belakang, keduanya melihat Victoria Pierre dan Alexander Bennett pergi meninggalkan Norman. Sementara pemuda itu sendiri sedang bergumam jengkel terpisah beberapa langkah di belakang Victoria dan Alexander, namun ia juga tidak berniat untuk bergabung dengan William dan Charlotte.

Beberapa detik kemudian, Victoria berbalik dan mengulurkan tangannya ke arah Norman yang bahunya turun ke depan. Bibirnya maju beberapa senti dan ia terlihat pura-pura merajuk. Melihat pemuda tampan itu melakukan hal tersebut membuat Victoria kembali terkekeh.

"Bagaimana jika kamu ikut denganku dan Lord Bennett, Your Grace?" Tanya Victoria sambil memperlihatkan senyumnya yang menawan kepada adik dari William Tudor. Untuk beberapa saat Norman tertegun menatap kecantikan serta kebaikan dari Victoria Pierre.

Jika ia adalah Miss Pamela White, Norman yakin ia sudah tidak dipedulikan oleh gadis itu lagi. Tapi gadis di depannya adalah Victoria Pierre, gadis itu sangat baik sehingga Norman merasa sangat terharu.

Sebenarnya alasan utama Victoria mengajak Norman untuk ikut bergabung bersamanya dan Alexander seperti terakhir kali, karena gadis itu merasa terlalu malu jika harus berduaan dengan Lord Bennett.

Jadi Victoria kembali tertawa dan tidak merasa keberatan ketika melihat Norman pura-pura menangis karena terharu. Tetapi Alexander, ia tidak pernah mengalami kejadian ini. Jika seorang gadis sudah berada dalam genggamannya, gadis itu pasti tidak akan mengalihkan pandangan dari dirinya. Bahkan mengalihkan pandangan kepada Keluarga Tudor itu.

Tapi gadis cantik ini, dengan mudah keluar dari perangkap pesonanya dan percaya diri mengajak Norman masuk ke dalam lingkaran mereka. Alexander merasa sedikit tertegun dan terkagum kepadanya.

Norman menegakkan tubuhnya kembali, ia mengulurkan tangannya untuk menyambut tangan Victoria sambil memejamkan kedua matanya karena tersenyum lebar. Gadis itu sedikit terkejut ketika merasakan rangkulan tangan Alexander di pundaknya semakin kuat dan posesif.

Norman terdiam saat merasakan tangan kasar yang disentuhnya. Ia bahkan merasa sedikit bingung ketika bentuk tangan Victoria ternyata besar dan posisinya terbaik. Norman merasakan punggung tangan bukan telapak tangan, padahal tadi ia melihat Victoria mengulurkan telapak tangannya menghadap ke atas.

Ketika Norman membuka kedua matanya, ia terdiam beberapa saat seakan otaknya berusaha memproses apa yang terjadi di depannya. Ia menatap tangannya menyentuh punggung tangan Alexander. Tangan pemuda itu berada diantara tangan Victoria dan tangan Norman.

"Huh?" Norman terlihat bingung selama beberapa detik sebelum mengerang marah karena menyadari bahwa dirinya bersentuhan mesra dengan Alexander. Pemuda itu berlagak jijik sambil mengibaskan tangan kanannya dan mengerang marah. Namun Alexander tersenyum menatap sahabatnya seperti itu.

"Apakah kamu pikir, aku tidak akan melindungi Miss Pierre darimu?" Tanya Alexander sambil menunjukkan seringai isengnya kepada Norman. Sementara itu, Victoria masih memproses bahwa tadi tangannya digenggam oleh Alexander. Bagaimana pemuda itu memperlihatkan bahwa ia berkuasa atas Victoria membuat wajah gadis itu merona.

Beruntunglah kedua pemuda itu masih sibuk bertengkar sehingga tidak menyadari perubahan warna wajah Victoria. Setelah Norman merasa puas mengerang marah dan bergumam jengkel, ia berbalik cepat untuk menatap Alexander dan Victoria.

Norman sudah siap memprotes sahabatnya itu sebelum melihat Alexander menyeringai licik. Tangan kekar Alexander yang berada di pundak Victoria segera berpindah ke pinggang sempit gadis itu dan setengah mengangkat gadis itu. Charlotte bahkan sempat tertegun ketika melihat kedua kaki kakak perempuannya itu melayang saat Alexander mengangkatnya.

Victoria terkesiap pelan ketika merasakan tubuhnya diangkat dengan mudah seakan dirinya hanya seringan bulu. "Ayo, Miss Pierre kita pergi dari sini." Kata Alexander sebelum menurunkannya dengan perlahan. Secepat Alexander mengangkat tubuhnya, secepat itulah pemuda itu menurunkan Victoria.

Norman telah membuat kehebohan yang berlebihan dengan bergerak dengan slow motion dan pura-pura mengejar mereka. Sementara itu, Charlotte dan Lord Tudor berada di belakang mereka terlihat canggung. Gadis itu memberanikan diri dan menoleh ke arah William Tudor yang menatap lurus ke depan.

"Mereka tampaknya bersenang-senang." Komentar Charlotte yang tidak dapat menahan kekehannya melihat Norman dan Alexander seperti memperebutkan Victoria.

Lord Tudor tetap memandang ke arah depan karena ia tidak ingin melihat betapa menggemaskannya Charlotte saat sedang terkekeh. Pemuda tampan itu harus menjaga dirinya tetap terlihat keren dihadapan Charlotte. Ia tidak ingin kejadian seperti pipinya merona mengubahkan reputasinya di hadapan gadis itu.

"Mereka memang bersenang-senang. Dan aku harap kita juga." Jawab Lord Tudor dan merasa sangat keren karena mengatakannya dengan tenang. Ketika pemuda itu menoleh ke arah Charlotte untuk menebarkan pesonanya. Tapi jantungnya seakan berhenti ketika melihat gadis itu dengan menggemaskan tersenyum dan mengangguk ke arahnya.

[To be continue]

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk vote dan komentarnya ya.

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

21.4K 2K 46
Semua cinta berawal dari mata, lalu turun ke hati. Namun penglihatan seseorang akan tertutup oleh kebusukan dalam hati. Tidak dapat melihat cinta sej...
370K 7.9K 15
TAKEN DOWN. CERITA BISA DIBACA LENGKAP MELALUI APLIKASI DREAME. A Wattpad Romance Story. Highest ranking #2 in Happiness Highest ranking #6 in Tears...
295K 14.4K 28
Cerita ini sudah dibukukan dengan judul yang sama (@70k) untuk pemesanan bisa menghubungi penulis.
2K 263 32
WRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** From The Days Universe THE DAYS : Season 1 - House of Chaos Kelua...