Setelah beberapa kali melihat bagaimana gadis itu berdansa, Lord Tudor tersadar bahwa kesalahan terbesar yang dilakukan Charlotte adalah melihat ke arah kakinya dan terlalu banyak menghitung. Gadis itu sama sekali tidak kelihatan santai, sehingga ia terlalu tegang untuk menikmati dansa itu.
"Berhenti menunduk dan memperhatikan kakimu." Ucap Lord Tudor sambil melipat kedua tangannya di depan dada, sementara kedua mata birunya yang dingin itu memperhatikan setiap langkah Charlotte.
Gadis itu menggeram pelan sebelum bergumam, "Tapi aku membutuhkannya untuk menghitung langkah kakiku." Charlotte tidak menyangka bahwa gerutuannya cukup keras sehingga Lord Tudor dapat mendengarnya. Sebenarnya suara Charlotte sangat pelan, namun telinga pemuda itu cukup tajam sehingga dapat mendengarnya.
"Hitung saja, tapi jangan melihat secara terang-terangan seperti itu." Omel Lord Tudor terdengar tidak bersahabat. Beruntunglah bahwa pemuda itu sedang mengajar Charlotte, karena jika ia sedang mengajar Poppy, gadis kecil itu pasti sudah menangis dan mengadu betapa kejinya suara Lord Tudor itu.
Charlotte mengerang jengkel, namun ia tidak menjawab omelan pemuda itu. Ia hanya berusaha melakukan apa yang diperintahkan Lord Tudor kepadanya. Itulah yang pemuda itu sukai dari Charlotte, meskipun ia suka memberontak, gadis itu sebenarnya seorang penurut.
"Setelah mengayunkan tanganmu seperti itu, gerakkan kakimu seperti ini." Jelas Lord Tudor lalu menunjukkan bagaimana cara berdansa yang benar. Charlotte berusaha berkonsentrasi pada materi dan ajaran yang diberikan Lord Tudor kepadanya, tapi keberadaan pemuda tampan itu saja sudah membuat jantungnya berdebar.
"Bukan. Aku bilang seperti ini!" Ucap Lord Tudor sedikit menekankan ketika ia menggerakkan kakinya. Dalam hatinya, William tahu bahwa ia menggunakan nada yang sekarang adiknya itu pasti akan menangis. Tapi Charlotte hanya terlihat tertekan, bukan karena ia takut pada Lord Tudor.
Gadis itu tertekan karena ia belum juga bisa. Ketika sudah hampir setengah jam, Charlotte sudah mulai bisa dan terbiasa dengan keberadaan Lord Tudor. Ia mulai berkonsentrasi serta melakukan gerakan dansanya dengan benar.
"Karena kamu sudah mulai bisa, bagaimana kalau kita coba pakai musik?" Tanya Lord Tudor sambil menunjuk Grand Piano itu dengan tenang. Selama hampir setengah jam tadi, mereka hanya menggunakan perhitungan suara Lord Tudor dan tidak menggunakan musik.
Meskipun Charlotte merasa sedikit bersemangat dan ingin mencoba bagaimana jadinya jika ia berdansa dengan musik, namun Charlotte sedikit khawatir jika ternyata ia mengacau. Lord Tudor sudah berjalan menuju Grand Piano itu dan duduk di bangkunya.
"Kita mulai?" Tanya Lord Tudor dengan suara beratnya yang seksi. Jantung Charlotte bukan hanya berdebar karena ia mendengar suara pemuda itu, tetapi juga karena ia takut jika mengacaukan latihannya.
Kekhawatiran Charlotte rupanya berlebihan, karena ia baik-baik saja. Gadis itu berdansa dengan baik, ia bergerak mengikuti tempo dan yang paling penting, ia bersenang-senang. Lord Tudor mencoba menahan senyumnya ketika dengan sengaja ia memainkan piano itu lebih cepat daripada temponya.
Charlotte menoleh ke arah Lord Tudor dan Grand Piano itu ketika tersadar bahwa musiknya semakin lama jadi semakin cepat. Tentu saja, hal itu membuat Charlotte jadi kewalahan. Ia bahkan hampir tersandung dengan kakinya sendiri karena temponya yang kacau. Charlotte langsung memarahi pemuda itu ketika mendapatinya tertawa puas.
Sementara itu, Lady Pierre bingung karena Lord Pierre anehnya tidak kembali juga. Ini sudah hampir satu jam namun pemuda itu tidak kunjung kembali. Lady Pierre memutuskan untuk mencari Lord Tudor sehingga ia izin kepada suaminya untuk meninggalkan ruang tamu itu.
Lady Pierre berjalan memutari Manor Mackenzie. Ia sama sekali tidak bermaksud untuk ikut campur urusan Lord Tudor, tapi pemuda itu tidak punya hak untuk berkeliaran di wilayah Manor Mackenzie. Wanita itu sudah berada di lantai atas untuk memeriksa toilet yang mungkin digunakan William Tudor. Namun ia justru mendengar suara tawa dari ruang dansa di dekat tangga.
Dengan segera Lady Pierre memeriksa ruangan tersebut. Awalnya ia pikir Charlotte sedang tertawa dengan kedua pelayannya, Hansel dan Peter. Tapi wanita itu cukup terkejut ketika melihat William Tudor sedang tertawa-tawa dengan anak gadisnya.
"Terima kasih atas bantuannya.." Charlotte sengaja menggantungkan nadanya karena ingin bertanya nama pemuda itu, meskipun ia sebenarnya sudah tahu. Lord Tudor tersadar bahwa mereka sebenarnya belum berkenalan secara formal. Ia bangkit dari kursi piano itu dan mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Charlotte.
"William. William Tudor." Ucapnya sambil tersenyum. Pemuda itu tidak sadar bahwa ia sedang memamerkan senyum tampannya yang memesona. Tepat ketika Lord Tudor hendak membungkuk untuk mengecup punggung tangan Charlotte, gadis itu segera menggoyangkan tangannya seperti berjabat tangan pria dengan pria.
"Hallo Will. Aku Charlotte Pierre." Sapa Charlotte sambil tersenyum. Lord Tudor terkekeh canggung sambil menahan malu karena tadi ia hendak mengecup punggung tangan gadis itu, namun gagal. Kedua pipinya juga merona karena tadi Charlotte memanggil namanya dengan nama panggilan. Bukan William, bukan Lord Tudor, ataupun Your Grace, seakan mereka sudah mengenal lama.
"Senang bertemu denganmu." Charlotte menambahkan sebelum keduanya mendengar sebuah suara memanggil dari luar ruangan. "Your Grace."
Charlotte dan Lord Tudor segera menarik tangannya masing-masing dan menoleh ke arahnya. Rupanya itu adalah Lady Pierre yang berdiri di depan pintu ruang dansa itu. Meskipun Lord Tudor tidak melakukan apapun selain mengajarkan Charlotte berdansa, ia merasa baru saja kepergok melakukan sesuatu yang buruk terhadap gadis itu.
"Lady Pierre." Sapa Lord Tudor sambil menatap wanita itu.
"Aku pikir kamu pergi ke toilet, Your Grace." Kata Lady Pierre terdengar seperti menuduh. Padahal wanita itu sama sekali tidak bermaksud begitu. Maksudnya adalah baik karena ia mengkhawatirkan pemuda itu.
Charlotte langsung menoleh ke arah Lord Tudor seakan gadis itu meminta penjelasan terhadapnya. Pemuda itu tidak mengalihkan pandangannya dari Lady Pierre dan menjawabnya dengan tenang. "Ya, lalu aku menemukan Miss Charlotte Pierre sedang bermain musik. Aku merasa sangat terpukau dengan permainannya."
Gadis itu tahu bahwa Lord Tudor berbohong, karena tadi Charlotte bermain dengan sangat buruk jika dibandingkan dengan pemuda itu sendiri. Menurut Charlotte, permainan piano William tadi bahkan lebih bagus daripada guru musiknya sendiri.
"Ah begitu." Komentar Lady Pierre sambil mengangguk ke arahnya.
Karena merasa sedikit canggung, Lord Tudor segera menoleh ke arah Charlotte dan bertanya, "Bagaimana jika kamu ikut bersama kami turun ke lantai bawah? Aku ingin memperkenalkanmu pada sahabat dan adikku."
"Ada sahabat dan adikmu di bawah?" Tanya Charlotte terdengar seperti tidak mengetahui hal ini sebelumnya. Lord Tudor tidak dapat menahan dirinya dan melirik ke arah Lady Pierre, namun segera menatap lagi ke arah Charlotte.
"Ya, kami mengikuti pesta minum teh bersama kakak perempuanmu, Victoria." Jawab Lord Tudor yang anehnya terdengar lembut. Ketika mendengar pernyataan pemuda itu, Charlotte tersadar bahwa sebenarnya ia tidak diundang dalam pesta minum teh itu, dan yang paling penting adalah Lord Tudor bukan merupakan guru dansanya yang baru
Ketika pemuda itu menangkap lirikan Charlotte ke arah mamanya, ia jadi bertanya dalam hatinya. Kenapa para gadis selalu menoleh ke arah mama mereka seakan meminta jawaban atau persetujuan dari mereka?
"Apakah kamu tidak diberitahukan tentang hal ini?" Tanya Lord Tudor sebelum menoleh ke arah Lady Pierre. Ketika Charlotte merasakan tatapan yang kurang bersahabat dari pemuda itu, ia merasa sedikit gemetar.
"Tahu! Aku tahu." Jawab Charlotte untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan lanjutan jika pemuda itu mengetahui kebenarannya.
"Kalau begitu, ayo kita ke bawah." Kata Lord Tudor lalu menyentuh kedua pundak Charlotte dari belakang. Gadis itu merasakan jantungnya kembali berdebar kencang, ia tidak pernah merasakan orang lain menyentuh tubuhnya seperti bagaimana Lord Tudor melakukannya.
Bahkan rangkulan Hansel atau sentuhan persahabatan Peter tidak terasa seperti ini. Charlotte berusaha mengenyahkan pikirannya yang berlebihan. Ia berpikir seperti ini karena Lord Tudor adalah seorang pemuda tampan serta menarik. Itu saja. Pemuda itu mendorong pelan tubuh Charlotte untuk maju ke depan.
"Mari, Lady Pierre." Ucap Lord Tudor saat melewati wanita itu. Meskipun pemuda itu menyadari bahwa Charlotte kembali melirik mamanya meminta bantuan, wanita itu jelas tidak dapat melakukan apa-apa.
Lord Tudor merangkul tubuh mungil Charlotte dan setengah menyeretnya turun ke lantai bawah. Tepat ketika berada di depan ruang tamu Manor Mackenzie, Charlotte merasa sedikit ragu karena jauh di dalam lubuk hatinya, ia tahu bahwa seharusnya ia tidak berada di sana.
"Aku-" Perkataan Charlotte terpotong karena Lord Tudor sudah mendorongnya lebih kuat lagi sehingga gadis itu menelan seluruh pertanyaannya. Charlotte tahu, bahwa sahabat ataupun adik Lord Tudor tidak akan mau berbicara dengan dirinya. Jadi ia merasa sedikit khawatir akan mencuri kedamaian di dalam ruangan itu.
Tapi pelayan laki-laki di depan pintu ruang dansa itu sudah membukakan pintu. Lord Pierre sebenarnya agak terkejut ketika melihat Charlotte masuk bersama William Tudor. Lady Pierre berdiri di belakang mereka terlihat sedikit pasrah dengan keadaan di depannya.
Victoria mendongak menatap adik perempuannya dan William Tudor. Pandangan mata gadis itu jatuh pada tangan kekar Lord Tudor yang melingkar di pundak Charlotte. Wajah pemuda tampan itu terlihat sedikit cerah dari sebelumnya, "Semuanya, perkenalkan ini Miss Charlotte Pierre."
[To be continue]
Terima kasih kepada teman-teman yang sudah bersedia untuk membaca cerita ini. Jangan lupa untuk vote dan komentarnya ya.