MENIKAH DENGAN INTEGRITAS

By VorellaVe

264K 8.3K 472

Jerry sangat mencintai istrinya. Berikut segala kekurangannya... Meski istrinya itu selalu saja protes dengan... More

MENIKAH DENGAN INTEGRITAS
BAGIAN I: WANDA
BAGIAN II: USAHA WANDA
BAGIAN III: HARI PERTAMA WANDA
BAGIAN IV: DILEMA JERRY
BAGIAN V: KASUS PERTAMA WANDA
BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI
BAGIAN VII: BELAJAR DARI RUDY
BAGIAN VIII: AWAL BADAI
BAGIAN IX: AKAL BULUS WANDA
BAGIAN X: JENDELA HATI
BAGIAN XI: HAMBALI
BAGIAN XII: AKAL BULUS HAMBALI
BAGIAN XIII: HAMBALI BERAKSI
BAGIAN XIV: DUA PILIHAN
BAGIAN XV: CARA KERJA
BAGIAN XVI: PAGI YANG BARU
BAGIAN XVII: SEPI
BAGIAN XVIII: SPK ICHAL
BAGIAN XIX: TERLALU MENCINTAI
BAGIAN XX: AJARKU MERENDAHKAN HATI
BAGIAN XXI: MENUNGGU TEAM AUDIT
BAGIAN XXII: CINTA MATI
BAGIAN XXIII: KEBUTUHAN HIDUP
BAGIAN XXIV: KELEBIHAN BEBAN
BAGIAN XXV: CINTA LAMA
BAGIAN XXVI: JONGOS KAMPRET
BAGIAN XXVII: AIR MATA HAMBALI
BAGIAN XXVIII: AWAL LEMBARAN BARU
BAGIAN XXIX: KEMENANGAN SEMU
BAGIAN XXX: GAS AJAIB PELIPUR LARA
BAGIAN XXXI: CARA YANG SEDERHANA
BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN
BAGIAN XXXIII: JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA
BAGIAN XXXIV: CEMBURU BUTA
BAGIAN XXXV: BAKU HANTAM
BAGIAN XXXVI: BURUNG PIPIT
BAGIAN XXXVII: PAS DI DADA
BAGIAN XXXVIII: BERANI TAMPIL BEDA
BAGIAN XXXIX: RUDY, TEMAN YANG BAIK
BAGIAN XXXX: GOOD BYE, WERDI
BAGIAN XXXXI: BERITA BURUK
BAGIAN XXXXII: PANGKUAN HATI WANDA
BAGIAN XXXXIII: HARI PERTAMA DI CABANG BARU
BAGIAN XXXXIIII: SELINGKUH?
BAGIAN XXXXV: NASIB ORANG KETIGA
BAGIAN XXXXVI: TANTANGAN
BAGIAN XXXXVII: STRATEGI JERRY
BAGIAN XXXXVIII: TERJATUH,,,
BAGIAN XXXXX: BEGITU SALAH, BEGITU BENAR
BAGIAN XXXXXI: MENGGILA
BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH
BAGIAN XXXXXIII: KEHILANGAN
BAGIAN LIV: MELEPASKAN
BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN
BAGIAN LVI: BELAHAN JIWA
BAGIAN LVII: TO THE TOP
BAGIAN LVIII: PEMENANG
BAGIAN LIX: AKHIR DESEMBER
BAGIAN LX: LUAR BIASA
BAGIAN LXI: PERPISAHAN
BAGIAN LXII: TAMAT

BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"

3.6K 112 6
By VorellaVe

BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"

Rudy sudah menghubungi Jerry untuk laporan langsung. "Ya, Pak... besok, eventnya udah bisa di mulai..."

"Oke, Rud... ma kasih, ya... kamu udah melakukan pekerjaan kamu dengan baik. Sampai besok, ya. Saya juga baru mau balik..." Terdengar Jerry menyahuti.

"ah? Pak Jerry bukannya... ada acara lagi?" Rudy bertanya dengan hati-hati.

"ng... iya, sih. Kok, tau? Tapi gak jadi. Lagipula,,, hari ini saya kangen mau makan malem di rumah aja...", sahut Jerry lagi sambil terkekeh.

Rudy tampak terdiam dengan segala keruwetan di hatinya. "oh... oke, deh... sampe besok ya, Pak..."

"Oke, Rud..." Jerry pun menyudahi teleponnya.

Rudy terdiam sebentar di dalam mobilnya. Wanda menjanjikannya makan malam bersama di Soneta. Setelah kejadian tadi siang di area parkir,,, Wanda tidak menghindar darinya sama sekali. Bahkan terkesan ingin bertemu dengannya terus. Telepon genggam Rudy pun berbunyi. Nama Wanda muncul di layarnya. "Halo..." Rudy bersuara.

"Hai, Rud!" Suara Wanda terdengar ceria. "Gue punya sesuatu buat lo! Lo suka banget makanan korea kan? Kita makan di Semanggi, ya... di tempat yang pernah lo ajak gue pertama kali itu..."

"Wanda... ng..." Rudy terdengar dilematis. "Kamu... tau gak? Pak Jerry pulang cepet? Katanya, mau makan malem di rumah..." Rudy memberanikan dirinya untuk bertanya. Ia ingin Wanda memilih sendiri. Apakah Jerry... atau dirinya... yang akan di pilih Wanda untuk malam ini.

Wanda terdiam. "Dia mau makan malem di rumah?" Wanda terdengar serba salah.

"Iya... saya gak akan... paksa kamu, kok. Kalo memang... kamu mau batalin janji makan malem bareng saya..."

Wanda mulai gelagapan. "ng... Rud... Jerry pasti cape banget... dan ng... dia pasti laper... dan ng..."

"Wanda... gak apa-apa. Kamu boleh batalin janji kita..."

"ng... tapi..."

"Wanda... gak apa-apa. Saya tau diri, kok..."

"Bukan gitu, Rud!" Suara Wanda sudah terdengar meringis. "Cuma... lo tau kan??? Jerry itu pasti cape banget... dan dia... dia... dia butuh gue, Rud..." Suara Wanda terdengar mencicit. Rudy terdiam. Wanda pun menyambung kembali dengan cepat. "Tapi janji, ya... lo langsung pulang. Gak boleh nunggu'in gue di parkiran lagi. Dan... plissss,,, hati-hati di jalan. Jangan ngebut."

Rudy terkekeh miris. "Pede banget kamu, ya... siapa yang mau nunggu'in kamu di parkiran lagi??? Kapok!"

"Rud!" Suara Wanda terdengar menghentak dengan serius, "Plisss, janjiiii... gak ngebut! Gue gak mau elo kenapa-napa! denger gak, sih?! Jangan bikin pegel, deh!!!" Wanda mulai terdengar merengek.

"Segitu khawatirnya... apa kamu... perduli... saya... selamet di jalan?" Rudy mulai terdengar semakin penasaran.

"Ya, iyalah!!!", sahut Wanda marah. "Janji, Rud! Ayo, ngomong!!!"

"Iya,,, janji...", sahut Rudy sambil mendesah panjang. Sebetulnya, ia sudah merindukan Wanda. Ia selalu rindu...

Wanda terdengar melengos lega. "Oke... sampe besok, ya... kalo bisa, kita makan siang bareng..."

"Wanda... apa kamu... juga kangen sama saya?", tanya Rudy dengan suara kecil yang dipaksakan untuk berani bertanya demikian.

"ng..." Wanda mulai terdengar kikuk untuk menjawab. "Rud... pokoknya,,, gue perduli sama lo. Dan gak mau lo kenapa-napa... oke?"

"Apa kamu... cuma kasian sama saya?", tanya Rudy lagi. masih dengan suara yang semakin mengecil... dan melemah...

Wanda membisu. Sebelum akhirnya menjawab... "Pusing gue, jawab beginian, nih! Pokoknya, lo harus baik-baik aja... dan besok siang, kita makan bareng ya... di tempat biasa atau tempat mana pun yang elo mau... lo tinggal SMS aja..."

"Oke...", sahut Rudy. "I miss you..." Rudy berharap Wanda membalas dengan kalimat yang sama.

"Wan... I miss you...", ulang Rudy. Dengan suara berat, Wanda menjawab, "Ya, ya, ya! Miss you too! Langsung pulang, ya!"

"Wan..." Rudy masih bersikeras, "I miss you!"

"Bawel banget sih, lo! Kan udah di jawab, tadi!!!", bentak Wanda. Rudy melengos panjang mendengar itu. "Wan... kamu bikin hati saya pegel banget, sih... Bukan kamu aja yang pegel-pegel terus... kamu... kangen gak sih, sama saya?", tanya Rudy lagi.

"ng... ya iyalah... kita kan biasa ngobrol bareng...", sahut Wanda acuh tak acuh.

"Bukan yang biasa, yang saya tanya, Wan... apa kamu... kangen saya, selayaknya laki-laki... dengan perempuan?" Jantung Rudy berdebar keras, menunggu jawaban Wanda.

"Rud... gue cuma gak mau elo kenapa-napa kayak Werdi... lo bisa paham gak, siiiiih??? Plisss... gue cape nih, Rud... abis dari empat tempat seharian. Dan gak mau mimpi buruk denger lo pagi-pagi, udah kenapa-napa... bisa ngerti gak sih, Ruuud? Ngerti gak???"

"Wan... kamu sayang gak sih, sama saya?"

"Hah? Sayang?" Wanda terdengar terkejut. "Ya,,, gue sayang lah..."

"Seperti lo sayang Jerry?"

"Iya..."

Mendengar itu, Rudy pun bernafas lega. Jadi yang kedua pun, gak apa-apa, batinnya. "Kalo sama Werdi, apa sama juga,,, rasa sayang lo itu?"

"Iya...", sahut Wanda lugu. "Tapi... Werdi udah gak ada, Rud... Udah pergi selamanya..." Wanda mulai terdengar sedih.

"ng... lo sayang semuanya? Penyayang, gitu???", Rudy mulai terdengar kesal. Oke, gak apa-apaaaa... gue jadi yang ketigaaaa..., batin rudy lagi.

"Duh, Rud... gue pusing jawab beginian, nih!", sahut Wanda juga ikutan kesal, "Lebih susah dari pe'er fisika jaman sekola'an!!!

"Enggak susah. Ini gampang... kamu sayang sama saya, gak?"

"Iya! Gue sayang!"

"Sayang yang bener?!!!"

"Iya! Gue sayang bener!!!"

"Maksud saya,,, sayang seperti... seperti... pacar!"

"Hah?" Wanda terdengar hampir semaput. "Rud... itu beda... duh, gimana gue jelasinnya, ya... gue kan... lo kan tau... gue kan..."

"Tapi tadi siang... apa kamu gak ngerasa'in sesuatu?"

"Iya... gue ngerasa sedih...", sahut wanda semakin terlarut dalam kedukaannya,,, atas meninggalnya Werdi.

"Sedih??? Bukan... cinta?" Rudy terdengar terperangah.

"Hah?!!!" Suara Wanda mendadak menggelegar. "Cinta??? Huaaahahahahahahahaaaa... umur lo berapa, Rud??? Gue nih, cocok jadi kakak lo atau bestfren lo, gituh!!! Ahahahahahahaha..." Wanda tertawa tergelak dengan geli. Tapi Rudy diam seribu bahasa.

"Umur saya udah cukup untuk ngerti apa itu cinta, Wan!", sahut Rudy dengan gigi bergemeletuk.

"Rud! Ini kan cuma cinta monyet! Lo kan rada telat! Belom pernah pacaran kan? Udah, deh... lama-lama, cinta monyet lo juga pudar. Denger, ya... soal kerjaan,,, elo lebih ahli. Soal pacaran,,, gue lebih ahli! Gue juga dulu gitu! Sepuluh kali gue ngerasa'in cinta monyet! Bubar semua! akhirnya cinta yang kesebelaslah,,, soulmate gue... itu si Jerry... Paham gak sih, looooo? Pegel deh iiiih... cumi banget, lo... lugu... norak..." Wanda terdengar geli sendiri.

"Terus,,, Werdi? Salah satu cinta monyet kamu juga, Wan?"

Wanda terdiam. Ia langsung mematikan telepon genggamnya.

***

Wanda tiba di gerbang rumahnya, mendapati mobil Jerry sudah terparkir di bagian yang lebih dalam. Jerry sudah pulang lebih dulu. Dengan riak hati gembira, Wanda pun membuka gerbangnya. Tapi Jerry sudah muncul di pintu dan mengibas Wanda agar menjauh dari gerbang. Dengan sekali dorong saja, pintu sudah membuka lebar...

"Sayang!!!" Wanda langsung melompat memeluk Jerry yang masih mengenakan kemeja kerjanya tapi memakai celemek yang tersangkut di pinggangnya. Beberapa noda putih dan kuning sudah menghiasi wajahnya.

"Loh? Apa, nih?" Wanda menoel pucuk hidung Jerry yang tinggi, hingga noda kuning itu pindah ke ujung jemarinya. Wanda mengendusnya ke hidungnya... "Telor?"

Lalu Wanda mendapati noda putih di pipi Jerry adalah tepung. "Kamu ngapa'in?", tanya Wanda.

"Masak makan malem buat kita... kamu pasti cape... dan laper... tadinya aku mau kasih kejutan. Eh,,, kamu pulang lebih cepet..." Jerry tersenyum kecil sambil mengecup bibir Wanda. "Masuk aja, sayang... mobil kamu, aku yang masukin ke garasi, ya...", kata Jerry lagi.

"Gak usah", Wanda mengibas. "Tangan kamu belepotan gitu!" Wanda mencibir. "Entar mobil baru aku,,, bau amis telor... sana! awas!" Wanda mengibas agar Jerry menjauh dari muka gerbang. Jerry mulai membantu Wanda memarkir mobilnya seperti tukang parkir... "Kurang kiri, say... iya, terussss... terusss... terusss... ooooppp!"

Setelah urusan memarkir mobil selesai, Wanda pun langsung keluar dari mobilnya. Sambil berangkulan pinggang dengan Jerry, ia pun masuk ke dalam rumahnya dengan senyum terkembang yang tak mau menutup juga.

"Kantor kita kan tanding, ya...", kata Wanda sambil melempar tas kerjanya ke sofa. Jerry memindahkan tas Wanda ke ruang kerja. Lalu kembali lagi sambil membawakan segelas juice strawberry kesukaan Wanda. "Wah,,, ada acara apa, sih? Tumben? Biasanya kamu sibuk?", tanya Wanda sambil menerima sodoran gelas dari Jerry. Jerry mendaratkan tubuhnya untuk melengos santai ke sofa, bersisian dengan Wanda. Sambil terus tersenyum kecil memandangi istrinya itu. "Enggak... aku baru sadar aja... aku terlalu sibuk", kata Jerry. "Jadi,,, aku akan evaluasi jadwal aku supaya tetep bisa punya waktu buat kita berdua'an..." Jerry mengecup pipi Wanda dengan lembut.

Wanda terenyuh menatap ke sepasang mata Jerry yang tanpa beban itu. Padahal Wanda tahu, akhir-akhir ini, Jerry sering merasakan sakit dan nyeri di punggungnya. "Aku tau kamu cape...", kata Wanda. "Aku gak akan semanja dulu, kok... kalo kamu ketiduran pas aku pulang,,, gak apa-apa... kamu istirahat aja..." Wanda memperhatikan kantong mata Jerry yang mulai menyembul jelas. Tanda kelelahan dan kurang tidur. "Tuh... mata kamu mulai ada kantongnya... kamu mulai tua dan jelek, tuh...", kelakar Wanda.

"Gak apa-apa", Jerry menggeleng. "Tua itu indah. Asal kamu setia..."

Wanda terdiam mendengar itu. Ia jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri... mengijinkan Rudy menciumnya tadi siang,,, apakah itu artinya... sudah tidak setia...?

"Apa kamu udah punya strategi buat kompetisi antar cabang kita?", tanya Jerry sambil membantu Wanda melepaskan blazernya yang ketat. "ng... tapi jangan sebutin apa... itu rahasia cabang kamu...", sambung Jerry lagi sambil membawa blazer Wanda ke tempat baju kotor. Setelah Jerry kembali ke ruang tengah, Wanda sudah berselonjor, meluruskan kakinya yang pegal. Jerry pun duduk dengan mengangkat kaki Wanda agar pindah ke pangkuannya. Jemarinya yang kekar mulai memijat-mijat tumit Wanda. Sementara mata Wanda mulai menerawang. "ng... Igor belom bikin apa-apa..." Lalu Wanda teringat wajah Rudy dan pertanyaan-pertanyaan konyolnya di telepon. Wanda mulai melirik Jerry di ujung kakinya. Jerry tampak mengendus-ngendus jemarinya yang tadi di pakai untuk memijat-mijat tumit Wanda. "Sayang", kata Jerry, "Ternyata,,, orang secantik apapun,,, kakinya tetep bisa bau, ya?" Jerry mulai terkekeh.

"Ih!!!" Wanda langsung menarik kakinya mendekat ke hidungnya. Hingga rok sepannya jadi melongo dan memperlihatkan celana dalam hitamnya. Jerry tampak mengintip ke bagian itu. "Sayang, kamu ngongkong...", celetuk Jerry,,, usil.

"So?" Wanda mendelik. "Kamu juga udah biasa liat itu..."

"ng..." Jerry mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Dadanya mendadak dag dig dug. Nafasnya memburu lebih cepat. Darahnya mulai naik ke ubun-ubun. Jerry mulai menggaruk-garuk pelipis kanannya. "ng... sayang..."

"ah?" Wanda masih mengendus-endus kakinya. Dan ia menunjukkan wajah yang tidak enak saat menghirup bau kakinya sendiri. "uekkkhhhh... kenapa kaki aku, baunya kayak makanan orang miskin? Ikan teri sama terasi???"

Jerry tergelak geli mendengar itu. "ah,,, ikan asin sama teri itu enak, kok..."

Wanda menurunkan kakinya ke lantai, dengan hati-hati. Berharap lantai rumahnya tidak tertular oleh bau kakinya itu.

"Kamu... ng... mau mandi? Apa,,, makan dulu?", tanya Jerry.

"Mandi dulu", sahut Wanda singkat.

"Pas banget." Jerry menghentakkan kakinya ke lantai. Dengan senyum terkembang. "ng... air udah aku siapin di bath up. rada banyakan. soalnya... buat berdua..." Jerry mulai cengengesan. Wanda memicing ke arah Jerry. "Berdua?", tanya Wanda.

"Iya... mau... di mandi'in gak?" Jerry tersenyum nakal. "Dari tadi... aku udah gak tahan liat kamu ngongkong..." Jerry terkekeh nakal. Wanda pun balas tersenyum dengan kerlingan mata yang lebih nakal lagi. "oh... gitu, ya... gimana, ya... aku rada sibuk kalo mandi...", sahut Wanda, jual mahal.

"oh..." Jerry membusungkan dadanya. "Kalo gitu, malam ini... aku menggunakan otoritas aku sebagai suami... aku perintahkan,,, malam ini kamu harus pasrah sama aku... di mulai dari sekarang!" Jerry langsung mengangkut tubuh wanda sambil cekikikan. Dan berlari kecil dengan memboyong tubuh Wanda melekat ke dadanya... langsung menuju ke bath up.

"Aduuuuuuhhhh,,, aku mau cuci kaki dulu!!!", jerit Wanda memprotes aksi Jerry yang main gasak saja seenaknya...

"iyaaa..", terdengar Jerry menyahut. "nanti aku cuci'in..."

"Aduoooohhhh... kamu jangan tarik-tarik gitu... apa gak bisa, plorotinnya pelan-pelan???"

"Iya... masalahnya,,, rok kamu ketat banget, sih... besok-besok,,, gak boleh pake yang ini lagi... gak sopan..."

"Gak sopan apa??? Ini kan gak terlalu pendek!!!"

"Gak sopan,,, bikin suami susah plorotinnya!!!"

***

 Jerry masih terjaga di tepi ranjangnya. Ia sedang menyiapkan laporannya dan menuliskan beberapa cara yang bisa di pakai oleh Wanda untuk bisa bersaing di dalam kompetisi antar cabang mereka. Jerry tersenyum kecil melihat bagaimana Wanda terlelap di balik bed covernya dengan raut seperti tersenyum. 

Dia puas, batin Jerry. Merasa gagah...

Tapi Jerry mulai melamunkan kembali kekurangannya sebagai laki-laki... ia tidak bisa memberikan Wanda keturunan... Kemandulan, seringkali membuatnya merasa minder terhadap Wanda. Meskipun Wanda tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Jerry sudah berusaha konsultasi ke dokter... bahkan mencoba meminum beberapa macam ramuan herbal. Tetapi, setiap kali ia habis bercinta dengan Wanda dan memperhatikan gelagat Wanda dari minggu ke minggu,,, belum juga ada tanda-tanda kehamilan... seperti morning sick ataupun gelagat orang yang sedang mengidam. Jerry sering mendengar cerita dari rekan-rekan sekerjanya mengenai istri-istri mereka yang pernah mengidam yang aneh-aneh. Ada yang senang menjambaki rambut suaminya, ada yang minta makanan macam-macam,,, bahkan ada yang minta ketemu sama artis tertentu. Dan setiap kali mereka bertanya pada Jerry, istrinya pernah mengidam seperti apa... Jerry hanya bisa terdiam tanpa pernah bisa menjawabnya. Dan bila ada rekan kerjanya yang membawa anaknya ke showroom hanya untuk sekedar bertegur sapa dengan Jerry... Jerry merasa begitu iri,,, melihat bagaimana rekan-rekan kerjanya itu dengan bangganya,,, mendengar anak-anak mereka memanggil mereka dengan sebutan "Papa".

Usia Jerry sudah 31 tahun. Belum juga ada satu anak pun yang memanggilnya "Papa". Dan ia menyadari, bahwa Wanda sangat kesepian bila dirinya terlalu sibuk. Seringkali, sekalipun Jerry merasa sedang begitu kelelahan, ia memaksa dirinya untuk memuaskan Wanda di ranjang. Ia tak mau membuat Wanda merasa kekurangan sebagai perempuan. Terutama sebagai istrinya. Jerry rutin meminum beberapa macam suplemen untuk menjaga staminanya. Ia tahu, ia butuh staminanya bukan hanya untuk sekedar bekerja di luar. Kadang, ia harus terjaga hingga larut malam, demi mendengarkan curahan hati Wanda. Kadang, ia masih harus keluar rumah untuk mencarikan makanan kesukaan Wanda. Dan pastinya... tak bisa tidak,,, ia harus bisa memuaskan Wanda dalam urusan ranjang. Bila Wanda puas, tidurnya akan lelap. Pagi hari, wajahnya akan berseri-seri.

Wanda tak pernah tahu,,, apa yang menjadi beban hati Jerry. Jerry tak mau Wanda merasa khawatir akan apapun juga. Baik secara materi maupun secara batin. Jerry memahami bahwa Wanda mudah sekali merasa sendirian atau merasa ditinggalkan. Sebisa mungkin, sekalipun Jerry sibuk, ia selalu menyempatkan diri untuk menghubungi Wanda lewat telepon genggamnya, di manapun ia berada. Ia pernah mencari toko pulsa mati-matian sewaktu berada di luar kota yang agak terpencil hanya demi menghubungi Wanda. Ia tahu, Wanda akan sulit tidur bila tak memastikan bahwa keadaan Jerry baik-baik saja. Jerry bahkan tahu, kalau Wanda sedang memuntir helaian rambutnya,,, Wanda sedang berpura-pura. Bila Wanda sudah menggigiti kukunya,,, Wanda sedang gelisah. Bila Wanda sedang mengerucutkan bibirnya, Wanda sedang mempertanyakan sesuatu yang mencurigakan baginya.

Dan bila Wanda di usik perasaannya,,, ia akan kesulitan untuk mencapai orgasme. Sebisa mungkin, bila Jerry ingin bercinta dengan Wanda, ia akan memanjakan Wanda terlebih dahulu. Membuat Wanda rileks lebih dahulu. Membuat Wanda merasa nyaman dan aman. Bila tidak nyaman, Wanda akan merasa kesakitan dan tidak bisa menikmati hubungan. Jerry mengetahui... betapa pentingnya kondisi emosional seorang perempuan sebelum melakukan hubungan intim. Jerry sudah menyempatkan dirinya membaca beberapa artikel tentang perempuan. Dari pengaruh hormon di masa menstruasi sampai penyebab naik-turunnya libido.

Dan bila Wanda marah kepadanya, sebelum matahari terbit, Jerry memastikan bahwa Wanda sudah menganggap masalah itu selesai. Karena bila berlarut-larut, hati Wanda akan sakit dan sulit sekali dipulihkan.

Jerry senantiasa berjaga-jaga atas perasaan dan hati Wanda agar jangan sampai terluka. Dan sebagai manusia biasa,,, ia seringkali kesulitan. Kadang ia tak mengerti segalanya tentang Wanda. Atau ia terlalu lelah akibat terlalu sibuk. Jerry tak hanya memikirkan Wanda. Banyak hal yang ada di dalam pikirannya sebagai laki-laki dan sebagai seorang suami yang juga merupakan seorang kepala keluarga. Selain itu, ia juga seorang pimpinan sekaligus bawahan di pekerjaannya.

Ia berusaha melindungi Wanda sekian lama. karena itulah... dulu,,, ia tak mengijinkan dunia pekerjaannya masuk ke dalam kehidupan Wanda. Tapi itu pernah membuat Wanda begitu marah karena merasa dirinya jadi terisolasi. Wanda tak pernah mengerti maksud hati Jerry untuk menjaganya. Wanda malah jadi penuh kecurigaan, selalu menuduhnya berselingkuh. Hingga membawa Wanda menjadi nekad untuk masuk bekerja di cabang yang sama dengannya.

Jerry mengerti. Ia selalu berusaha mengerti Wanda... meski Wanda tak berusaha mengerti dirinya sejauh yang ia lakukan.

Jerry mengerti... ia menerima segala resikonya menjadikan Wanda sebagai pasangan hidupnya yang untuk selamanya...

Ia mencintai Wanda Felicia, istrinya...

Dan malam ini, Jerry menuntaskan rencana terakhirnya demi membahagiakan Wanda... ia sengaja membuat catatan kecil tentang strategi jitu untuk mendapatkan prospek, membuat prospek menjadi SPK hingga D.O.... serta beberapa cara yang Wanda perlu tahu, agar tidak terlibat masalah yang berhubungan dengan penggelapan uang ataupun masalah lainnya. Jerry meletakkan kertas itu di lantai kamarnya seolah-olah kertas itu terjatuh tanpa sepengetahuannya. Sehingga Wanda bisa menemukannya di pagi hari dan tak perlu merasa gengsi untuk memungutnya dan membacanya.

Jerry tahu, Wanda memiliki ego yang tinggi. Dan Pluit sangat cocok dengan Wanda. Wanda paling tidak bisa di tantang. Ia akan langsung memenuhi tantangan demi egonya. Dan Wanda akan terlalu angkuh untuk mau meminta pertolongan dari saingannya atau kompetitornya. Dan sekarang, Jerry semakin yakin akan hal itu... karena sejak setibanya Wanda di rumah, tak sedikitpun Wanda mau meminta saran dari Jerry.

Jerry senyum-senyum melihat hamparan kertas itu di lantai. Lalu melirik Wanda yang terlelap dengan nyamannya. Jerry mulai menyibak bed cover untuk rebah di sisi Wanda. Tangannya menyisip dengan hati-hati ke bawah tengkuk Wanda. Jerry mengangkat kepala Wanda sedikit, agar merebah ke dada telanjangnya. Hangat. Ia merasakan wajah hangat Wanda di dadanya. Dan mengendus bau rambut Wanda di ujung hidungnya. Tubuhnya yang hanya bercelana pendek, bisa merasakan kulit tubuh Wanda bersentuhan dengan kulitnya. Hanya setiap lekuk dari tubuh Wanda, satu-satunya perempuan, yang pernah ia sentuh dan ia nikmati di banyak malam... dengan segala kelebihan dan kekurangan Wanda di usianya yang sekarang. Dan Jerry tak pernah berpikir sedikitpun untuk menjamah perempuan lain. Ia bisa merasakan, kalau dirinya dan Wanda adalah satu daging. Satu, tak terpisahkan. Tak terbagi. Jerry merasa begitu dilengkapi. Merasa utuh dan sempurna... Hanya dengan Wanda. Bukan dengan yang lain.

Jerry merelungkan lengannya, melingkar ke pinggang Wanda. Melekatkan ujung hidungnya ke ujung hidung Wanda untuk merasakan nafas perempuan yang sangat dicintainya itu. Hangat. Jerry pun mengecup lembut ke bibir Wanda sambil mengucapkan, "I love you..."

Continue Reading

You'll Also Like

18.8K 1.7K 15
• Terbit setiap hari Senin • Sama-sama menginginkan sebuah ruko di kawasan prestisius Malang, Agni dan Hujan yang merupakan mahasiswi di universitas...
1.2M 16K 23
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
280K 31.6K 22
Bagi Inggita, Tuhan pasti mengambil tulang rusuk Vikram ketika Sang Maha Pencipta itu menciptakan dirinya. Tetapi, siapa bisa menduga bagaimana alam...
1.2K 218 29
"Gue suka sama lo. Gue sebenernya udah ...." Ucapannya terhenti sebab melihat gadis yang di hadapannya kini bukanlah orang yang benar. Tiba-tiba saja...