MENIKAH DENGAN INTEGRITAS

Per VorellaVe

264K 8.3K 472

Jerry sangat mencintai istrinya. Berikut segala kekurangannya... Meski istrinya itu selalu saja protes dengan... Més

MENIKAH DENGAN INTEGRITAS
BAGIAN I: WANDA
BAGIAN II: USAHA WANDA
BAGIAN III: HARI PERTAMA WANDA
BAGIAN IV: DILEMA JERRY
BAGIAN V: KASUS PERTAMA WANDA
BAGIAN VI: SEGALA YANG TERSEMBUNYI
BAGIAN VII: BELAJAR DARI RUDY
BAGIAN VIII: AWAL BADAI
BAGIAN IX: AKAL BULUS WANDA
BAGIAN X: JENDELA HATI
BAGIAN XI: HAMBALI
BAGIAN XII: AKAL BULUS HAMBALI
BAGIAN XIII: HAMBALI BERAKSI
BAGIAN XIV: DUA PILIHAN
BAGIAN XV: CARA KERJA
BAGIAN XVI: PAGI YANG BARU
BAGIAN XVII: SEPI
BAGIAN XVIII: SPK ICHAL
BAGIAN XIX: TERLALU MENCINTAI
BAGIAN XX: AJARKU MERENDAHKAN HATI
BAGIAN XXI: MENUNGGU TEAM AUDIT
BAGIAN XXII: CINTA MATI
BAGIAN XXIII: KEBUTUHAN HIDUP
BAGIAN XXIV: KELEBIHAN BEBAN
BAGIAN XXV: CINTA LAMA
BAGIAN XXVI: JONGOS KAMPRET
BAGIAN XXVII: AIR MATA HAMBALI
BAGIAN XXVIII: AWAL LEMBARAN BARU
BAGIAN XXIX: KEMENANGAN SEMU
BAGIAN XXX: GAS AJAIB PELIPUR LARA
BAGIAN XXXI: CARA YANG SEDERHANA
BAGIAN XXXIII: JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA
BAGIAN XXXIV: CEMBURU BUTA
BAGIAN XXXV: BAKU HANTAM
BAGIAN XXXVI: BURUNG PIPIT
BAGIAN XXXVII: PAS DI DADA
BAGIAN XXXVIII: BERANI TAMPIL BEDA
BAGIAN XXXIX: RUDY, TEMAN YANG BAIK
BAGIAN XXXX: GOOD BYE, WERDI
BAGIAN XXXXI: BERITA BURUK
BAGIAN XXXXII: PANGKUAN HATI WANDA
BAGIAN XXXXIII: HARI PERTAMA DI CABANG BARU
BAGIAN XXXXIIII: SELINGKUH?
BAGIAN XXXXV: NASIB ORANG KETIGA
BAGIAN XXXXVI: TANTANGAN
BAGIAN XXXXVII: STRATEGI JERRY
BAGIAN XXXXVIII: TERJATUH,,,
BAGIAN XXXXIX: "I LOVE YOU"
BAGIAN XXXXX: BEGITU SALAH, BEGITU BENAR
BAGIAN XXXXXI: MENGGILA
BAGIAN XXXXXII: TETAP YANG TERINDAH
BAGIAN XXXXXIII: KEHILANGAN
BAGIAN LIV: MELEPASKAN
BAGIAN LV: PENGAKUAN DAN KEBERSAMAAN
BAGIAN LVI: BELAHAN JIWA
BAGIAN LVII: TO THE TOP
BAGIAN LVIII: PEMENANG
BAGIAN LIX: AKHIR DESEMBER
BAGIAN LX: LUAR BIASA
BAGIAN LXI: PERPISAHAN
BAGIAN LXII: TAMAT

BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN

3.1K 113 5
Per VorellaVe

BAGIAN XXXII: KETERBUKAAN

Wanda sedang menikmati hari minggunya... Sayangnya, tidak bersama Jerry. Jerry sedang mendapat tugas dari kantor untuk menjadi PIC di pameran yang berlokasi di Cyber Park, Bekasi. Dan Wanda pun mulai mengisi waktunya dengan mengikuti saran dari Rudy. Ia mulai mau bertandang ke toko buku... hanya beda satu lantai dengan lantai di mana Jerry sedang bertugas mengawasi anak-anak buahnya...

Wanda mulai menghampiri rak-rak yang penuh dengan jejeran buku-buku marketing. Juga buku-buku motivasi, buku-buku bisnis dan sempat mencuri-curi pandang pada bacaan favoritnya... Romance. Ia melirik sejenak pada judul yang tertera di satu buku... CINTA JARAK JAUH. Selintas, judul itu mengingatkannya pada Werdi. Ia masih teringat bagaimana mata Werdi memandangnya dengan remuk saat ia menemui Werdi untuk terakhir kalinya dan mengabari,,, bahwa ia baru saja menikah...

Werdi tak berkata apapun. Diam dengan limbung di tempatnya duduk, di sebuah restoran di Jakarta Selatan, saat duduk berhadap-hadapan dengannya.

"Aku gak percaya...", kata Werdi di saat itu. "Kamu bercanda..."

"Kenapa?", sahut Wanda saat itu. Masih penasaran dengan perasaan Werdi yang sesungguhnya.

"Aku tau, kamu cinta mati sama aku, Wanda..."

"ng... tapi cinta gue,,, hidup,,, buat suami gue, kok..."

"Aku gak percaya..." Werdi terus menggeleng sampai Wanda menunjukkan sehelai foto resepsi pernikahannya dengan Jerry di Ritz Carlton Ballroom, Jakarta. Wanda pun baru tersadar, kalau Werdi pernah melihat wajah Jerry melalui selembar foto itu. Karena Jerry memang tidak banyak berubah. Masih fit, atletis dan gagah seperti saat Wanda menikah dengannya

Wanda mulai menggamit buku novel itu dan mendesah. Emang gak jodoh, batin Wanda... Ia langsung mengusir bayangan Werdi jauh-jauh dari benaknya. Ia masih ingat tujuannya kemari... membeli buku tulis dan buku marketing. Wanda pun membangunkan semangatnya kembali... Aku bukan nol besar, batinnya. Sampai sepasang tangan besar mampir ke wajahnya, menutup kedua matanya dari belakang. Wanda mengendus bau parfum yang familiar di ingatannya. Ia langsung menarik tangan itu untuk membuka... dan Wanda langsung mendapati wajah Werdi saat Wanda membalikkan badan. Werdi sedang tersenyum begitu bahagianya.

"Haloooo, ciiin...", sapa Werdi.

"Ngapa'in lo di sini?!!!", sahut Wanda galak.

"Loh..." Werdi mengajak Wanda untuk mengikuti arah matanya yang memutar ke sekelilingnya. "Ini kan tempat uuuumum..."

"Lo pasti nguntit gue!!!"

"Kepedeaaaan..." Werdi tergelak. "Aku lagi cari buku..."

"Ah? Buku? Buku apa?"

"Kamu lupaaa?" Werdi mendecak sambil geleng-geleng kepala, "Dari dulu, aku doyan baca buku sampe abis... buat nutrisi otak... sekarang, yahhh... kadang-kadang baca-baca ebook di ipad... tapi kangen sama buku yang bisa di raba, di terawang... di,-"

"Oh, ya udah..." Wanda memotong untuk berbalik pergi dengan cepat. Tapi Werdi langsung menggamit tangannya. "Eh, ciiin... mau kemana?"

Wanda mengangkat buku di tangannya dengan asal. "Mau bayar!!!" Ia hendak menghindari Werdi dengan segera.

Werdi mulai memicing saat membaca judul buku. "Cinta jarak jauh??? Sama siapa???"

Wanda baru tersadar, bukan buku itulah yang hendak ia beli. "Eh? Waduh, salah ambil...", gumamnya kecil sambil matanya mencari-cari lagi ke rak buku-buku marketing yang tak jauh di sisi kirinya.

"Kita makan siang, yuk!", ajak Werdi.

Wanda langsung berbalik menghadap Werdi dengan marah. Ia mulai berbicara setengah berbisik dengan nada nyinyir... "Sampe kapaaaannn,,, lo sadaaar... gue udah merit!!!"

"Sampe kapaaaan, kamu sadar? Bukan dia..."

"Hah?"

"Bukan dia yang kamu cinta. Tapi aku." Werdi tampak tak berkelakar seperti biasanya. Matanya menatap serius.

"Wer... gue cape ngomong sama lo... perasaan gue... yang tau,,, ya gue!!! Bukan elo!!!"

"Gak usah sok galak, cin... aku tau kamu", sahut Werdi semakin serius, "Aku mengerti kamu. aku paham isi pikiran kamu mau kemana, hati kamu gimana, kalo kamu gigit kuku, itu kenapa, kalo kamu mendelik, itu kenapa... aku... tahu hati kamu. aku cuma terlambat. Dan kamu gak percaya,,, kalo aku..." Kalimat Werdi terputus. Jerry sudah muncul di sampingnya dengan wajah yang seperti menahan kuat-kuat untuk tidak menghajar Werdi.

"Pak Jerry..." Werdi tampak terkejut.

"Jadi Pak Werdi udah tau siapa saya, kan? Saya juga udah curiga...", sahut Jerry tanpa senyum.

"Loh? Harusnya,,, saya yang curiga... kan..." Werdi menuding Wanda serta Jerry secara bergantian, "Kalian yang membohongi saya dan semua orang di kantor..."

"Terserah kalau anda mau buka siapa Wanda ke orang-orang satu kantor", sahut Jerry tandas. "Di kantor, anda pimpinan saya. Di sini,,, anda pengganggu istri saya..."

Wanda mulai tegang. Ia tak suka melihat wajah Jerry yang begitu berbeda. "Sayang", kata Wanda. "Dia gak usah diladenin..."

"Wanda... coba tanya hati kamu sendiri... jujur sama diri kamu sendiri... apa iya, kamu memang cinta dia...", kata Werdi dengan cepat. "Permisi..." Werdi pun berlalu pergi.

Jerry hanya terdiam dengan tangan yang mengepal kuat. Terdiam seribu bahasa.

"Sayang..." Wanda meletakkan tangannya di dada Jerry. "Kamu jangan terpengaruh sama dia. kan,,, kamu yang sering ajarin aku... jangan ambil pusing omongan orang yang gak ada gunanya buat kemajuan kita..."

Mendengar itu, Jerrypun mengendurkan urat-urat syarafnya yang sempat menegang. "Sayang...", mulai Jerry, "Aku... bener-bener... gak tenang... kalo kamu satu kantor sama Werdi. Tapi... satu sisi, Rudy udah bayar harga dan investasi waktu buat kamu... aku bener-bener dilema..."

"Sayang!!! Denger ya!!!", kata Wanda mulai kesal. "Coba liat aku! Pilihan itu di tangan aku! Kamu gak punya pilihan selain percaya sama aku!!!"

"Kamu masih cinta dia?", tanya Jerry langsung. Menatap mata Wanda tanpa berkedip.

Wanda menggeleng cepat. "Enggak. Cuma kamu. Kamu harus percaya sama aku. Sekali aja, kamu belajar percaya sama aku. Juga percaya, kalo aku bisa jaga diri..."

"Aku...", suara Jerry mulai berbisik miris, "Aku takut banget kehilangan kamu..."

Wanda terenyuh mendengarnya. Ia langsung meraih tangan Jerry dan menggenggamnya kuat-kuat. "Kamu pernah bilang... badai pasti berlalu...", kata Wanda lagi dengan mata menerawang. "Yang mau terus-terusan salah... pasti akan terpotes dengan sendirinya. Begitupun dengan Werdi..."

"Sayang..." Jerry memperkencang genggaman tangannya pada Wanda. "Kita juga salah... kita gak bisa begini terus... lebih baik, kita terus terang ke manajemen. Setelah itu,,, terserah keputusan manajemen... gimana?"

Wanda langsung melepaskan genggaman tangannya. "Gak bisaaaa... gak bisaaa... aku... aku baru aja nemu'in dunia aku yang baru, yang hidup, yang nyata... aku gak bisa mundur, sayang... gak bisa..."

Jerry merunduk. "Oke... kalo gitu, aku dan Werdi yang harus mundur."

"Gak bisa gitu, sayang... kamu lagi ngebangun banyak orang kan... di tempat itu... dan kamu mau ninggalin mereka? Kamu bilang, kamu perduli sama mereka? Dan Werdi, gak bakal mau mundur..."

Jerry melihat ke sekelilingnya dengan seksama. "Kita jangan ngobrol di sini. Nanti, anak buah aku ada yang liat..." Jerry segera menarik tangan Wanda untuk berlalu pergi dari situ.

***

Jerry termenung lagi di gazebonya. Datangnya hari senin seakan membunuhnya perlahan-lahan... ingatan akan Werdi yang terus berusaha mendekati Wanda seakan menampar dirinya untuk melihat kepada kenyataan... bahwa ia sendiri ragu, apakah ia benar-benar dicintai... hanya satu yang bisa membuktikan, apakah Wanda benar-benar mau menerima dirinya dengan segala kekurangannya. Ia pun berniat membukakan hasil lab tentang kemndulannya yang permanen, pada Wanda...

Wanda sudah membawakan secangkir kopi panas untuknya. "Sayang...", Jerry mulai membuka mulutnya sambil menyambut sodoran secangkir kopi dari wanda. "Aku punya rahasia..."

Tangan Wanda mendadak bergetar mendengar pengakuan suaminya itu. Ia selalu percaya, Jerry tak pernah merahasiakan segala sesuatu darinya.

"Kamu punya... selingkuhan???" Mata Wanda mulai berkilat.

Jerry terkekeh geli. Ia menggeleng. "Bukan. Gak ada pikiran aku ke situ... aku malah takut kamu yang selingkuh..."

Ganti Wanda yang terkekeh... "Ehehehe... kamu tuh, ya... mana ada yang betah sama akuuuuu..."

"Ada... Werdi", sahut Jerry singkat.

"Udah, deh!!! Bete kalo bahas dia!!! Pegel!!! Pegel!!!" Wanda mengibas.

"Aku mau jujur...", sambung Jerry langsung. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskan pengakuannya... "Aku mandul..." Jery langsung merunduk. Merasa begitu "kurang" sebagai laki-laki.

Wanda terpekur sesaat. Dengan mata lirak-lirik kebingungan. "ng... mandul... maksudnya, kamu gak bisa... itu... punya anak?"

Jerry mengangguk.

"Oooooh.... gak masalah, sayang... aku juga rada takut kesaing, kalo kita punya anak... kamu malah manjain dia, aku di lupa'in..."

"Hah? Kamu gak mau punya anak? Kan..."

Wanda geleng-geleng. "Tauk, ah! Belum! Aku takut kamu di rebut!"

"Hah? Wan... kalo anak kita sendiri, masa kamu mikir gitu? Harusnya seneng kan? Kalo aku sayang sama anak kita sendiri???"

Wanda terkekeh. "Aku bercanda." Wanda mulai menghela nafas. "Iya... sebetulnya, aku mau banget punya anak... anak bayi itu lucu... t'rus penasaran,,, mukanya nanti mirip kamu apa mirip aku, yaaaa..." Mata Wanda menerawang. 'Dan aku gak bakal kesepian lagi... kamu kan selalu sibuk kerja..."

Jerry merunduk lagi. Menyadari itu, cepat-cepat Wanda berceloteh lagi, "Tapi itu gak ngurangin cinta aku ke kamu... kamu kok, bego amat, sih... kenapa nutup-nutupin dari aku???"

"Aku... aku... minder ngomongnya", aku Jerry.

"Yaaa, ampuuuun... sayang... kamu kasian banget, sih... selama ini mikirnya gitu??? Kamu tuh, ya... kalo ngajarin anak buah paling bisa! Keterbukaan!", Wanda mengikuti gaya bicara Jerry kalau sedang briefing pagi, "Diskusi... cari solusi... preeeetttt... katanya, sesulit apapun, harus saling terbuka dan kerja sama... mana, nih... omongannya kok,,, buat urusan di luar doaaaang..."

Jerry tersenyum malu. "Namanya juga manusia, sayang... jadi... kamu... gak masalah?"

"Apa, sih,,, yang masalah??? Gampang! Pungut anak aja dari panti! Beres!!! Gitu aja kok, repot!!!"

Jerry tergelak geli. "Kita bicara anak... kamu kira kayak mungut apaaaa, gituuuuuh...."

"Ah! Kita kan bisa usaha ke dokter dulu... kata Rudy,,, kan banyak cara... kata kamu, yang penting berusaha... kok, sendiri yang ngomong, sendiri yang keblingerrr..."

Jerry tak menyangka, banyak perkataannya yang ia pikir tak pernah benar-benar di dengar oleh Wanda, ternyata di rekam kuat oleh memory Wanda. Perkataan yang terus didengungkan di telinga, suatu saat akan muncul ke permukaan di waktu-waktu yang tepat. Dan waktu yang tepat itu malah menegur diri Jerry sendiri, sebagai orang yang pernah memperdengungkannya di telinga Wanda selama bertahun-tahun...

Continua llegint

You'll Also Like

18.8K 1.7K 15
• Terbit setiap hari Senin • Sama-sama menginginkan sebuah ruko di kawasan prestisius Malang, Agni dan Hujan yang merupakan mahasiswi di universitas...
Om Varo [21+] Per Marine Cica

Literatura romàntica

955K 14K 22
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
82.5K 6.6K 41
Nathanael Pratama Romano sangat menyukai travelling seorang diri. Menelusuri tempat-tempat baru yang belum pernah dia kunjungi di muka bumi ini. Meng...
XAVERIUS Per piscesyyy

Literatura romàntica

1.5M 13.3K 23
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...