Scandal Tomboyish Girl || a G...

By UlpaNrJnh

84.6K 5.5K 458

--Cerita sederhana tentang seorang Rayya si tomboy yang hampir sering mendapatkan masalah, terutama scandal... More

PROLOG
1. Cantik-cantik Tomboy
2. Merusak citra muslimah
3. Si Mulut pedas
4. Cowok aneh
5. Berubah
6. Sang pengirim pesan
7. meisya
8. Penyebaran pesan
9. Cowo misterius
10. Cowo misterius(2)
11. Keterlaluan
12. Terlalu banyak masalah
13. Aydan, Hana, Eril
14. ERILL
15. MIRAS
16. Retak
17. mengaharapkan pertolongan dari ALLAH
18. Kuat
19. Tatapan Tajam
20. Surat dan pesan
21. Masalah Baru
22. Baret black
23. Penjelasan
24. Ujian ujian dan ujian
25. Cita citaku adalah...
26. Putri dan sebuah peristiwa
27. Mulai lagi
28. Hilang...
29. Mencari
30. Penghianat
31. Rumah
32. Ubah rencana?
33. Aku lemah
34. Ketahuan
35. Teman dan janji sang ketua
36. Penjahat rasa ustadz?
37. Sang pengatur
38. Sakitnya berharap
39. Hukuman atas Davit
41. Akhir dari semuanya
42. STG Tamat
EPILOG
Tulisan Baru

40. Malam Perubahan

1.4K 104 18
By UlpaNrJnh

Allah SWT berfirman:

وَمَا يَذْكُرُوْنَ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ ۗ هُوَ اَهْلُ التَّقْوٰى وَاَ هْلُ الْمَغْفِرَةِ

"Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an) kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dialah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun."
(QS. Al-Muddassir 74: Ayat 56)

***

Mengahabiskan sisa hidup didalam penjara yang sangat tertutup ini, adalah mimpi buruk baginya, bagi Davit.

Setelah digiring masuk kedalam tahanan, ia tak memperlihatkan ekspresi apapun.

Malam ini Davit termenung dikursinya. Menatap cahaya lampu yang menerangi malamnya.

Sampai ia mendengar kata-kata. 10 menit yang lalu.

"Diam disini dengan sebuah kekufuran, ouh yang benar saja, sudah bagus kau masih diberi umur oleh tuhan "

Sreet

Davit menoleh kearah bukaan pintu, terlihatlah seorang kakek tua berjenggot panjang dengan jubah putih.

Kakek itu menutup kembali pintu dan berjalan menghampiri Davit.

Davit masih bergeming.

"Assalamu'alaikum" ucap sang kakek.

Davit masih diam melihat kakek itu dari atas sampai bawah.

"K-kau siapa? Wajahmu mirip Baret tapi... Aku yakin kau bukan dia, dia tidak setua ini, mana mungkin beberapa minggu dipenjara dia sampai setua ini? Tidak mungkin kan?" Kakek itu tersenyum mendengar pertanyaan beruntun dari Davit.

"Kau ini banyak bicara ya."

Davit bungkam.

Setelah saling berkenalan dan sedikit mengobrol, akhirnya Davit tahu siapa nama kakek tua ini.

Namanya
Nur rahmat

"Kau ini masih terlihat sangat muda ya, tapi sayang kau tidak bisa menikmati umurmu yang tersisa dengan damai," Ucap Rahmat.

Davit masih bergeming, entah apa yang ada dipikirannya.

"Aku dengar, kau tidak memiliki kepercayaan?"

Davit mengangguk, "kalau tuhan ada kenapa dia tidak terlihat?"

Plak!

Rahmat menampar pipi kiri Davit, sedang Davit bengong.

"Kau marah saya tanya begitu?"

"Sakit?"

"lumayan," jawab davit masih memegang pipinya.

"Coba tunjukkan rasa sakit itu!"

"Mana bisa, cuman bisa dirasakan doang!"

"Ya itulah Allah, tidak terlihat namun bisa dirasakan!"

Davit terdiam lagi.

"Kenapa kau percaya bahwa dia ada? Padahal kau tidak melihatnya?" tanya Davit, sepertinya dia masih belum percaya.

"Lalu menurutmu bumi dan seluruh semesta alam ini dibuat oleh siapa? Nenek moyangmu? Ouh berpikirlah kalau nenek moyangmu yang membuatnya dan mengaturnya mengapa mereka bisa mati? Lantas setelah mereka mati siapa yang akan mengatur dunia ini? Cucunya? Bahkan kau tidak tahu kapan kau mati!" Jelas Rahmat. Davit memalingkan mukanya kearah pintu besi disampingnya.

"Kalau tuhan ada, coba minta dia membebaskan ku" Pinta Davit.

"Kau masuk kedalam sel ini sudah ketentuannya, lagian Allah itu Tuhan yang maha kuasa bukan seorang pembantu yang bisa kau suruh mengabulkan sesuka hati, terkadang manusia itu banyak maunya, tapi kalau sudah disuruh sama Allah itu susah sekali!" Jawab Rahmat.

Davit terdiam lagi. "Baiklah, aku sedikit percaya."

"Rasakan oleh hati, pikiran bisa saja salah!"

"Kapan cahaya itu datang? Kau selalu bilang cahaya, cahaya dan cahaya."

"Kelak akan ada cahaya yang mendatangimu, entah itu akan membawa sebuah kabar baik atau kabar buruk bagimu" Rahmat kembali bersuara.

"Davit... Di dunia ini kita hanya sementara, semua yang bernyawa pasti mati, mau dia orang kebal pun dia akan mati, seperti orang-orang terdahulu mereka mati bukan?" Rahmat menghela nafas. "Kau ini sebenarnya orang baik, namun omongan mereka lah yang telah mengubahmu."

Davit membenarkan ucapan Rahmat, ia ingat dulu ketika kalimat cemoohan itu membuat dia depresi dan akhirnya ia melakukan hal yang keji.

"Mereka merubahmu dengan kalimat mereka, apakah kalimat ku yang langsung datang dari Allah ini bisa mengubahmu?" Rahmat menjeda.

Ia melihat tajam mata Davit.

"Ubahlah perilakumu karena kau sadar! Yakinlah cahaya hidayah yang terangbenderang akan datang kepadamu!"

Seiring Rahmat berkata, cahaya silau dari arah belakangnya bersinar terang benderang. Sosok Rahmat mulai memudar.

Tep!

Matanya terbuka lebar, Davit melihat sekeliling, dan tampak biasa saja.

Ia masih memikirkan Rahmat, kakek tua yang tiba-tiba masuk kedalam sel nya. "Tunggu? Ini sudah pagi?"

Davit berjalan kearah pintu. Iapun melihat keluar lewat jendela kecil yang ada pada pintu.

"Oy penjaga! Apakah ini sudah pagi?" Teriak Davit.

Salah satu penjagapun mengahmpirinya, "Tidurlah bodoh! Ini masih malam!"

Davit mengangguk, ia kembali berjalan kearah kursi.

Tunggu!

Davit, ia merasa,  "Kenapa sifatku sedikit berubah?"

Sifat anarkis yang menempel didalam dirinya seakan sirna, ia mau-mau saja disuruh ini dan itu, faktanya dulu tak boleh seorang pun yang menyuruh nya apalagi memanggilnya dengan sebutan 'bodoh'.

Bisa saja saat ia dipanggil 'bodoh' ia akan melakukan hal yang tak terduga,  dan penjaga itupun tinggal nama.

Ia berjalan kearah tempat tidurnya.  Ia menatap cahaya lampu dan ia kembali teringat semua kalimat-kalimat yang keluar dari mulut rahmat.

"Apa yang dibilang kakek tua itu benar, mereka yang mengubahku dan aku yang tidak sadar malah makin mendorongku untuk lebih beringas seperti hewan," Davit menjeda, ia menghela nafas.

"Lisan-lisan... Kau tampak biasa saja, tetapi kau mampu membuat korbanmu binasa."

Sreek

Decitan suara pintu membuat Davit refleks bangun.

"Orang itu?.... " Gumam Davit menggantung.

Pria yang membuka pintu itupun sepenuhnya terlihat langsung oleh mata Davit.

"Baret?" Ucap Davit.

"Kenapa? Kau kaget?" tanya Baret.

Davit memalingkan mukanya, ia seperti tak sudi bertatap muka dengan Davit.

"Davit... Disini aku akan membuktikan janjiku pada para polisi," Baret menggantungkan kalimatnya, ia kembali teringat perintah dari pimpinan kepolisian, bahwa jika dia tidak berhasil membuat Davit sadar dalam waktu 1 tahun, maka hukuman bagi Davit berganti menjaga hukuman mati.

"Vit, maukah kau kembali kepada Tuhan yang kau anggap tidak ada?" tanya Baret, Davit masih memalingkan wajahnya, ia malah teringat kalimat Rahmat yang berada dimimpinya.

Baret menghela nafas, ia akan mengeluarkan kata-kata yang dari awal ingin ia sampaikan. "Tuhan menakdirkan kau tidak dihukum mati, kau tahu kenapa?" Davit tak menjawab bahkan melihat kearah Baretpun tidak.

"Tuhan ingin kau itu kembali kepadanya, kembalilah, dulu kau murtad karena perkataan mereka, kau membenci islam, kau memeranginya, dan sekarang masuklah karena ini dan karena kau sadar akan ini!"

Setelah kalimat panjang itu keluar, barulah Davit melihat kearah Baret.

Tangan Davit mengepal.

"PERGI KAU DAN TUHANMU ITU! JIKA DIA BAIK, MENGAPA DIA TIDAK MENOLONGKU DULU?!" Suara keras dari Davit membuat para pengawal diluar siap siaga dengan senjata mereka.

"Terkadang Allah itu memberi solusi dengan bahasanya, jika Allah suruh lompat ya lompat saja, jika Allah suruh kau bersabar ya cobalah bersabar, jika Allah suruh kau bangun tengah malam ya bangunlah! Disetiap kesulitan ada kemudahan, disetiap masalah ada solusinya. Kau harus instropeksi diri, apakah kau langsung sholat jika Allah menyuruhmu sholat? Apakah kau bangun dan sholat malam ketika Allah menyuruhmu sholat malam?" Baret memberhentikan ucapannya. Davit terlihat menatap tajam mata Baret. Ia takut, apakah ia salah kata?

"Vit, seharusnya kita yang intropeksi diri, termasuk ini nasehat untukku sendiri, kita harus banyak intro, terkadang kita sibuk ngejudge Allah, kita sibuk bilang Allah itu tidak adil, padahal kitanyalah yang salah."

Mereka berdua terdiam. Baret ingin apa yang ia katakan tidak sia-sia.

Dan tak lama, Baret beranjak berdiri dan mulai berjalan kearah luar.

"Tunggu!"

"Ajarkan aku membaca syahadat!"

Baret terdiam diambang pintu, ia tak salah dengarkan?

وَمَا يَذْكُرُوْنَ اِلَّاۤ اَنْ يَّشَآءَ اللّٰهُ ۗ هُوَ اَهْلُ التَّقْوٰى وَاَ هْلُ الْمَغْفِرَةِ

"Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya (Al-Qur'an) kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dialah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan yang berhak memberi ampun."
(QS. Al-Muddassir 74: Ayat 56)

Baret refleks membacakan ayat tersebut.

"Semua atas kehendak engkau Ya Allah, terimakasih."

Baretpun kembali menghampiri davit dan berkata, "inilah yang kami tunggu-tunggu, sungguh kau ditunggu oleh yang lain dirumahnya Allah yang maha agung!"

Malam, pukul 20.43 WIB

Seluruh penghuni penjara SucilanAsri  memerhatikan salah satu pria, yang dahulu nya seorang islam hingga murtad, yang dahulunya seorang pemimpin yang memerangi islam, yang dahulunya hidup dengan kegelapan, hingga cahaya itu akhirnya masuk menerobos hitam hidupnya dan memberi cahaya terang benderang diawal hidup barunya ini.

-Jaga lisan kadang kamu tidak tahu,  pola pikir siapa yang kamu ubah oleh lisanmu itu.

***

Ye can up lagi:*
Alhamdulillah
Sebentar lagi...
...

..

..

.

Tamat

Uhuyyy


Continue Reading

You'll Also Like

190K 8.4K 118
Buku ini berisi kumpulan Pesan Baik untuk hati yang saya dapat dari WA. Semoga hati yang mendapat makanan baik menjadikan kita pribadi tena...
486K 22.7K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
104K 7.6K 47
HIJRAHKU by aydya_11 FOLLOW DULU SEBELUM BACA❗ Kisah seorang gadis yang bertaubat lalu mendapatkan jodoh seorang dosen Egypt. Untuk perjalanan hijra...
53K 2.8K 27
Miranda tidak pernah menduga pertemuan pertama dengan lelaki itu akan seperti ini. Ditambah lagi lambat laun tumbuh perasaan yang memekar di hati. Le...