Falling In Love With You

By Marronad

392K 44.8K 2.6K

Axel adalah seorang duda, tetangga sebelah apartemen Fredella. Don't copy paste. Hak miliki dilindungi oleh... More

Perkenalan
Tetangga Baru
Halo, Tante
Ayah Kesal
Wanita Dan Saham
Tertangkap Basah
Penawaran
Permintaan
Panik
Panik 2
Deg-Degan
Mereka
Tingkah
Axel Atau Bian
Modus Baru
Berdua
Pendekatan
Setelah Menyatakan
Duda dan Tingkahnya
Ketahuan?
Situasi Panas
Jilid 2
Dilamar?
Ke mana Arkana?
Mencari Arkana
Pelajaran
Yang Terbaik
Perjuangan Axel
Iya Atau Tidak
Berlin
Epilog
Spesial Part On Karyakarsa.

Menjelaskan

7K 1.2K 137
By Marronad

Masuk ke dalam rumah untuk bertemu kekasih hatinya, Axel tersenyum ketika Fredella masih ada di sana bercengkrama hangat dengan mama. Entah sudah berapa jam mereka berbicara, Axel berharap Fredella tidak bosan mendengar cerita dari mama.

"Sudah pulang?" tanya mama.

Axel mengangguk. Langsung duduk di samping Fredella. "Mama bicara apa aja?" tanya Axel pada Fredella.

"Banyak, salah satunya kalau tidur suka ngorok!" sahut Fredella sembari terkekeh.

Axel menatap mama. Salah satu aib dibongkar oleh mama di depan wanita yang sedang dekat dengan Axel, sungguh tega. "Ma, serius bilang seperti itu?" tanya Axel memastikan.

"Heem!" sahut mama santai.

Axel berdiri lalu meninggalkan keduanya.

"Hai, mau ke mana kamu, gitu aja ngambek. Padahal sudah tua. Wajar Mama memberitahu yang jelek dulu biar Fredella tidak kaget, bisa menerima dengan ikhlas," ucap Mama. Sifat Axel belum berubah meski umur sebentar lagi memasuki angka 36 tahun, masih suka merajuk seperti ini, marah seperti Arkana hanya karena mama membongkar aib.

"Biasa aja, mau ambil minum." Axel membuka kulkas mencari minuman kaleng, ia tidak marah dengan mama.

"Mau?" tanya Axel pada Fredella sembari menunjukkan minuman kaleng.

"Sudah kebanyakan minum."

"Baiklah, saya ingin mengajakmu bicara. Tinggalkan Mama dulu." Axel menjauh dari Fredella menaruh kembali minuman kaleng lalu meminta izin pada mama untuk membawa Fredella pulang.

"Kamu sudah baca pesan?" tanya Axel serius. Mereka sudah berada di dalam mobil, mama masih ingin dekat dengan Fredella, tetapi sayang hari sudah mulai gelap.

Bertemu dengan Bian saat Axel bersama Fara membuat tidak tenang, apalagi Bian sempat mengatakan yang berkaitan dengan Fredella, Axel takut Bian lebih dulu mengatakan hal buruk tentang pertemuan dengan Fara padahal tidak sengaja.

"Belum. Mama terus bercerita tentang Arkana dan kamu, kalian memiliki kesamaan yang menonjol kata mama, aku harus siap menghadapi sifat kalian berdua," jelas Fredella

Axel menghela napas, keberuntungan bagi Axel karena Fredella belum sempat membaca pesannya artinya ia bisa lebih dulu menjelaskan.

"Kok diam?" tanya Fredella aneh, mata menatap Axel yang terlihat gusar.

"Mas baik-baik saja, 'kan?" tanya Fredella sekali lagi.

"Tidak sengaja bertemu Bian."

"Lalu?"

"Saya harap tidak salah paham, saya hanya mengantarkan saja tidak ada niatan apa pun. Bertemu saja tidak sengaja," kata Axel memulai menceritakan kejadian tadi.

Fredella semakin bingung dengan ucapan Axel, menyuruh Axel menceritakan semua baru Fredella akan membuka suara.

"Jadi ...." Axel menjeda sejenak, membenarkan posisi berhadapan dengan Fredella. Mereka belum keluar dari rumah. "Bertemu Anggara membicarakan tentang restu, kakakmu itu gengsi setinggi langit, dengan ancaman bisnis luluh dengan mudah. Dia sudah memberikan restu yang penting tidak menyakitimu. Yang kedua, saya bertemu Fara secara tidak sengaja dan Bian, saya hanya takut dia mengatakan hal buruk tentang saya dan Fara," lanjut Axel.

"Mbak Fara diantar pulang?" tanya Fredella.

Axel mengangguk. Masih menunggu respons Fredella selanjutnya.

"Syukurlah," ucap Fredella dengan tenang. Tidak ada yang perlu marah, cemburu atau berpikiran lain tentang Axel dan Fara. Fredella percaya Axel tidak akan kembali, seperti ucapan yang sering Axel lontarkan.

"Mas, terima kasih sudah menjadi pria dewasa, sudah memperjuangkan saya, bertemu Mas Anggara hari ini," ucap Fredella.

Axel terkejut. Tidak ada respons lain, memahami situasi, perempuan pandai menyembunyikan mungkin saja Fredella menyembunyikan marah atau lainnya. "Aku kira bakalan marah, kamu tidak mempermasalahkan saya mengantar Fara pulang dan tidak akan mendengar ucapan Bian tentang saya, 'kan?" tanya Axel meyakinkan.

Fredella mengeluarkan tawanya. Ada-ada saja Axel ini, Fredella tidak berpikir sejauh itu. "Tentu tidak. Memutuskan berhubungan denganmu, artinya harus siap dengan berita di luar sana apalagi seorang duda, sudah pasti harus siap mendengar berita tentang wanita yang mengaku pacar Mas, lalu hamil anak Mas. Aku percaya Mas kok." jawab Fredella diiringi tawa pada bibir ranumnya.

Axel menjadi pria beruntung. Mencari wanita yang cocok tidak mudah, mengerti Axel, tidak cemburuan itu semua tipe Axel dalam mencari wanita. Sekarang tidak perlu mencari lebih jauh semua ada pada Fredella.

"Jangan bicara sembarangan, Sayang, saya tidak pernah menghamili perempuan. Masuk kelab malam saja baru sekali seumur hidup, pas Fara mabuk," jawab Axel.

Fredella hanya mengangguk-angguk tidak merasa penasaran dan keinginan bertanya tentang Fara mabuk. Itu bukan urusan Fredella.

"Terima kasih sudah menjadi kekasih yang baik, menjadi pendengar yang baik. Saya sangat beruntung memilikimu," ucap Axel tulus.

"Saya jauh lebih beruntung, dari jutaan perempuan mendekati Mas Duda hanya saya yang bisa mendapatkan," kata Fredella.

Axel mencuri kecupan di pipi Fredella. Tidak ada kemarahan dari Fredella, perempuan itu terlihat pasrah.

"Oh iya, apa kamu bisa ikut saya bertemu papa Fara?"
Fredella menggeleng lemah kali ini.

"Tidak bisa sama sekali?" tanya Axel. Wajahnya terlihat lesu ketika mengajak Fredella bertemu dengan papa Fara, menolak karena Fredella harus pergi dengan Anggara.

"Kamu tahu Mas Anggara itu pemaksa, maaf ... sumpah saya sedang tidak menghindar atau malas bertemu Mbak Fara dan papanya," jelas Fredella tidak enak. Besok pagi akan ke rumah sakit menemui Erik yang kondisinya membaik, Anggara sudah membuat jadwal.

"Tidak apa-apa, saya paham bagaimana kakakmu." Axel tidak memaksa memberi ruang pada Fredella, agar Fredella nyaman berhubungan dengan Axel.

"Maaf mencuri kecupan manis pada pipimu, warna blush menggemaskan, menyesal jika dilewatkan," bisik Axel sebelum mereka bertemu dengan Anggara yang sudah menyambut mereka dengan tatapan tajam.

"Untung Mas Anggara tidak lihat, kalau lihat sudah babak belur!" Fredella memukul ringan bahu Axel.

"Sebelum saya babak belur, dia sudah lebih dulu babak belur," balas Axel.

Sedetik kemudian memberikan cubitan maut pada lengan Axel. Axel membuat Fredella merona.

***

"Fredella?"

Terlihat wajah terkejut Anggara, ternyata Fredella tidak ada di rumah, awalnya mengira seharian akan di rumah tetapi dugaannya salah. Adiknya sudah mulai berbeda setelah mengenal Axel, pesona duda terlalu kuat sehingga Fredella seperti terhipnotis.

"Hai, Mas!" sapa Fredella tanpa merasa bersalah apa pun.

Sudah janji tidak keluar hari ini tetapi ketika Anggara sedang bertemu Axel, adik perempuan satu-satunya keluar tanpa izin dari Anggara. Istrinya tidak memberitahu seolah-olah keduanya bekerja sama.

"Masuk!" suruh Anggara dengan tegas.

"Iya, Mas. Oh iya, terima kasih sudah merestui hubungan kami," ucap Fredella

"Hm. Sana masuk!" suruh Anggara lagi

Fredella menuruti. Sebelum itu ia masih mendekati Axel, tubuh Axel yang jauh lebih dari tinggi membuat Fredella terpaksa berjinjit.
Bukan hanya Axel tetapi Fredella juga mencuri kecupan di pipi Axel tepat di depan Anggara. "Hati-hati di jalan, Mas, terima kasih hari ini," ucap sembari menepuk dada Axel lalu berlalu dari hadapan semuanya.

Tawa dari istri Anggara menggema. Fredella sudah berani melawan sang kakak.

Anggara menatap tajam ingin marah, sadar yang tertawa adalah istrinya, ingin marah pada Fredella semakin sadar jika adiknya sudah dewasa dan mengerti jatuh cinta.

Axel melipat kedua tangan di depan dada, memainkan kedua alisnya. "Lihat, siapa yang agresif, 'kan? Jangan marahin Fredella, dia cuma ingin menunjukkan rasa cintanya sama saya. Kamu pernah muda pasti memahami." Axel tidak mau terus dipojokan oleh Anggara, hari ini ia senang ada satu hal yang membuktikan tentang hubunga mereka.

Anggara tidak membalas. Keduanya sama gilanya, tidak tahu akibat setelah ini, bisa saja Anggara gagal memberikan restu untuk keduanya.

"Sinting!" umpat Anggara setelah keduanya sudah tidak terlihat lagi di depan. Axel sudah pamit pulang dan Fredella sudah masuk ke dalam kamarnya.

-Tbc-
Capek banget jadi Anggara 😂
Tinggalkan vote dan komentar yaa

Instagram: Marronad.wp
Marronad

Continue Reading

You'll Also Like

124K 19K 38
Diralova pikir bekerja di butik Yesi adalah awal dari mimpinya tapi semua itu harus ia relakan karena butik terpaksa tutup setelah merasa penjualan s...
192K 37K 37
(Sudah tamat dan part masih lengkap). Lalita Paramita, gadis berusia 20 tahun yang sedang kabur ke Jakarta demi menghindar dari kekangan sang mama. I...
2.4M 266K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
6.3M 325K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...