Dilamar?

7.3K 1.2K 93
                                    

Beruntung menemukan perempuan seperti Fredella. Axel mengambil sesuatu dari saku celana yang sudah disiapkan sebelum beranjak tadi, meraih tangan Fredella lalu memakaikan sesuatu ke jemari manisnya.

"Jadilah teman hidupku. Maaf atas kata-kata saya barusan. Kamu benar kalau Fara tidak akan pernah tergantikan posisinya sebagai seorang ibu. Saya serius denganmu," kata Axel penuh ketegasan.

Fredella terperangah. Cincin cantik menghiasi jari manisnya, Axel terlalu mengejutkan tidak menyangka jika pria ini menunjukkan keseriusannya. "Nggak marah kok, lain kali hati-hati salam berbicara."

Axel mengangguk. "Iya. Gimana?"

"Cinta itu menjaga, mencium salah satu kesalahan besar yang Mas perbuat."

"Kapan saya menciummu kenapa jadi ke arah cium Fre? Tidak besar Fredella, hanya mencium bukan menghamili," balas Axel membela diri.

Fredella menyerah tidak lagi menjawab, Axel memiliki ribuan cara untuk membela diri.

"Jadi bagaimana?" Axel menatap kedua manik mata Fredella.

"Mas harus menghadap mama. Katakan keseriusan ini di depan keluarga," ucap Fredella

"Itu hal yang mudah."

Sedetik kemudian Fredella merasa tubuhnya melayang, Axel menggendong keluar. Fredella memberontak untuk turun tetapi Axel tidak menggubris. Fredella malu dilihat oleh karyawan Axel.

"Fredella diam. Saya sedang jalan, jangan memukul." Saat ini tidak peduli lagi seberapa banyak mata memandang kegilaan Axel, berkomentar tentang Axel. Hari ini Axel hanya menunjukkan pada Fredella, pada semua pria jika Fredella sudah menjadi miliknya.

"Mas, turunin, malu!" pinta Fredella.

"Belum sampai."

Axel terus berjalan menuju restoran dekat kantor mereka, Axel hampir kehilangan keseimbangan ketika Fredella mencubit bahu Axel. "Iya-iya turun." Axel segera menurunkan Fredella karena cubitan bertubi-tubi takut membuat mereka terjatuh.

"Malu, Mas!" Fredella mendengus kesal

"Lebih baik makan, lapar," sahut Axel menarik tangan Fredella masuk ke dalam restoran.

"Mau pesan apa?" tanya Axel.

"Pesan topi!"

"Buat?" tanya Axel heran.

"Tutup muka, malu, Mas. Karyawan Mas malah menggoda, sebal!" Fredella menggerutu wajah sudah memerah akibat menahan malu, berkali-kali menutupi wajah.

"Biasa saja, mereka memang seperti itu. Jangan dipikirkan lagi." Axel segera memanggil pelayan untuk mendekati mereka.

"Mas, ish! Menggampang—" Ucapan Fredella terputus. Axel mengangkat telepon dari seseorang.

"Restoran dekat kantor Ayah, sini, Ar."
Ternyata dari Arkana, senang ketika Arkana hadir. Fredella merasa terselamatkan agar Axel tidak mengeluarkan modus lagi.

"Hai-hai!" sapa seseorang dari sana tentu Arkana.
Arkana menyalami keduanya. Lalu duduk, tersenyum ke arah keduanya. Mata Arkana tidak sengaja melihat jemari Fredella yang sudah dihiasi cincin, Arkana mengenali cincin manis itu.

"Ke sini sama siapa, Ar?" tanya Fredella

"Aunty Larisa sama cowoknya," jawab Arkana

"Mereka mana?" Ini giliran Axel bertanya

"Pulanglah. Mau malam mingguan, kalau Aku malam mingguan sama kalian aja. Gangguin," jawab Arkana santai.

Fredella terkekeh geli. Arkana datang dan menjadi penganggu sangat tepat agar ayahnya tidak merajuk lagi dengan Fredella.

"Mau pesan apa, Ar?" tanya Axel.

"Apa aja terserah Ayah."

Axel mengangguk. Mereka memesan makanan yang sama yaitu spagheti. Fredella pergi ke toilet dan sekarang mereka hanya berdua.

"Ayah melamar Kak Fredella, ya?" tanya Arkana to the point.

Axel terkejut. Bagaimana bisa tahu.

"Tumben kamu ke kantor Ayah?" Axel mengalihkan pembicaraan. Setelah mengantar Arkana ke rumah mama, Axel kembali ke kantor.

"Ayah jawab ...."

Axel berdehem sebagai jawaban.

"Aku mengenali cincin itu, Yah," ucap Arkana.
Axel terkejut lagi. Risiko memiliki putra dewasa apa pun tidak bisa disembunyikan.

"Cincin itu hadiah ulang tahun buat bunda, tetapi bunda tolak dan mengembalikan pada Ayah."

Axel menutup mulut Arkana, takut Fredella mendengarnya. "Jangan bilang, Arkana. Iya, Ayah baru saja melamar." Axel bukan pelit atau tidak mau membeli cincin, melakukan secara mendadak alasannya takut Fredella diambil orang. Axel menemukan cincin di laci.

"Ayah pelit sekali, melamar pakai cincin bekas," cibir Arkana.

-TBC-
Part berikutnya bisa baca di Karyakarsa. Judulnya sama dan Arkana kabur. Kira-kira kenapa ya?

Terima kasih dukungannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih dukungannya.

Instagram: Marronad.wp

Marronad

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang