Ke mana Arkana?

6.7K 1.1K 56
                                    

Mbak, saya tidak tahu apa yang terjadi. Arkana tidak di sini." Fredella menjelaskan bahwa ia baru saja pulang dari rumah sakit, Arkana tidak mengirim pesan pada Fredella.

"Kami terlambat datang acara sekolah Arkana, Arka marah dan kabur. Ponselnya tidak aktif."

Tangan Fredella terulur. Mengusap bahu Fara, Fredella sama sekali tidak mendengar berita ini bahkan Axel tidak meminta Fredella ikut atau lainnya.

"Tolong Fredella," lirih Fara.

"Mbak, nanti saya bantu cari Arkana," ucap Fredella.

Fara mengangguk. "Terima kasih banyak, Fredella. Suruh Arkana pulang, ayah dan bundanya sangat khawatir."

"Iya, saya kabari jika Arkana mau mengangkat telepon."

Tidak lama kemudian Fara pamit dari restoran Fredella, Fredella kembali ke ruangan berniat menghubungi Arkana, aktif tetapi tidak ada respons.

Baik-baik saja kan, Ar? Sini ke restoran. Gimana acaranya lancar nggak?

Fre memposisikan dirinya tak mengetahui apa-apa agar Arkana bisa membalas pesannya.

Kakak mau kasih rewards ke kamu deh, sini dong ke restoran. Kamu bebas makan sepuasnya.
 
Nanti aja Kak. Terima kasih.

Balasannya singkat tidak seperti biasanya, Fredella menelepon tetapi tidak ada respons, beberapa menit kemudian ponsel Arkana malah berubah menjadi tidak aktif.

Fredella semakin khawatir.

"Terlihat bingung, ada apa?" tanya Bian tiba-tiba datang ke ruangan.

"Anaknya Mas Axel hilang."

"Bagaimana bisa terjadi, Fredella?"

"Tidak tahu, keluar dulu deh, Kak. Belum bisa menjawab pertanyaan."

Bian menuruti keluar dari ruangan Fredella. Semenjak mengenal Axel, Fredella sedikit menjauh darinya.

Fredella keluar lagi dari ruangan ia harus menemui Axel di kantor, mendengar Arkana kabur membuat Fredella sedih. Semuah pikiran Fredellae tertuju pada Arkana, tidak ingin menjawab semua pertanyaan dari siapa pun termasuk Bian.

"Bu, ada Pak Axel duduk di meja nomor dua belas," kata karyawan Fredella.

Fredella menoleh, benar ada Axel di sana. Terlihat murung, dasi tidak terlihat, kemeja berantakan. Satu tangan memijat kening. Fredella mendekat tanpa menyapa, memeluk Axel dari samping. "Kenapa tidak mengabari, Mas?"

"Takut kamu sibuk," jawab Axel menyuruh Fredella duduk di sampingnya.

Fredella menuruti. Menggeret kursi untuk duduk di samping Axel.

"Semua baik-baik saja, Mas." Fredella mencoba menenangkan.

"Arkana kabur."

"Iya, saya tahu. Tadi Mbak Fara ke sini."

"Saya Ayah yang bodoh, memiliki anak satu saja tidak bisa meluangkan waktu untuknya. Kehadiran pagi ini harusnya membuat Arkana bahagia," ucap Axel dengan suara lemah.

Fredella mengusap bahu Axel. Menjadi pendengar lebih baik agar ia memiliki jawaban.

"Jika terjadi hal buruk pada Arkana, saya tidak akan memaafkan diri sendiri. Saya bukan ayah yang baik, Fredella."

Fredella semakin tidak tega. Pertama kali melihat Axel selemah ini, Fredella memahami jika persoalan anak sangat penting untuk Axel. Fredella tidak bisa melakukan banyak saat ini selain memberi kenyamanan pada Axel.

"Di dunia ini tidak ada Ayah buruk, sosok Ayah adalah terbaik. Mas bukan Ayah yang buruk hanya Ayah kurang peka," ucap Fredella.

Genggaman tangan Fredella dan Axel di atas meja semakin erat Axel kendalikan, Fredella selalu menjadi obat penenang.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang