Tertangkap Basah

11.5K 1.4K 79
                                    

ANGGARA menawarkan bisnis properti yang sebenarnya Axel takut untuk mencoba lagi setelah sebelumnya gagal dan rugi miliaran rupiah. Axel meminta waktu untuk berpikir matang-matang sebelum mengiyakan ajakan Anggara.
Otak Axel harus bekerja dengan keras, bukan hanya tentang tawaran bisnis, tetapi juga mengenai ucapan papa beberapa waktu lalu sangat menganggu sampai ia tidak bisa fokus bekerja. Antara saham dan wanita sulit untuk Axel, jika tidak menuruti ucapan papanya ia akan kehilangan saham. Padahal saham penting untuk kelangsungan perusahaan Axel.

"Jadi Kakak punya resto, ya?"

Samar-samar Axel mendengar putranya sedang berbicara dengan seseorang. Axel heran siapa yang datang ke apartemen.

"Iya. Nanti Arkana ke sana, makanan di sana enak-enak."

Penasaran akhirnya Axel memastikan sendiri. Ia terkejut ketika mendapati seorang perempuan tengah duduk bercengkrama dengan hangat di sana.

"Yah, sudah pulang?"

Axel mengangguk, matanya tak lepas dari perempuan di samping Arkana. Tetangga depan apartemen, Axel tidak mengerti bagaimana bisa keduanya ada di sini.

"Bunda mau antar Opa berobat ke Bandung jadi aku ke sini, bunda sudah kirim pesan ke ponsel Ayah," jelas Arkana.

"Kamu ke sini sama siapa?"

"Bunda."

Giliran melirik ke arah Fredella sebentar, lalu menatap Arkana kembali meminta penjelasan kenapa ada perempuan itu di apartemen.

"Maaf, Mas, tadi saya tidak tega melihat Arkana sendirian di depan pintu."

Axel mengernyitkan dahinya. Padahal Arkana tahu password untuk membuka pintu apartemen. "Ar, bukannya kamu tahu password apartemen Ayah?"

"Lupa. Aku tanya sama nenek lewat telepon, terus Kak Fredella menemani Arkana sekalian membuat Arkana makanan," jawab Arkana sembari memamerkan giginya. Biasa bersama ayah saat masuk apartemen membuat Arkana tidak terlalu ingat dengan password.

Benar, banyak sekali makanan di atas meja. Bukan hanya makanan, tetapi ada juga beberapa botol minuman.

"Kakak pulang dulu ya, ayahmu sudah pulang."

"Iya, terima kasih sudah menemani aku, Kak."

Arkana melihat sosok Fredella sudah menghilang dari depan mata.

"Kamu ini, Ar, jangan bawa orang ke apartemen.

Arkana tersenyum, mendekati Axel. "Sepi banget soalnya, Kak Fredella sedang membersihkan apartemen terus aku ajak ngemil bareng. Yah, Kak Fredella baik kok."

"Bukan masalah baik atau tidak, tetapi tidak pantas Arkana." Axel melepas kemeja lalu ditaruh ke sembarang arah.

"Iya deh, maaf."

"Tidak apa-apa." Axel segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Ar, pesankan makanan untuk Ayah." Sebelum melanjutkan mandi ia memanggil Arkana meminta bantuan untuk membelikan makanan.
Arkana mengiyakan dan akan membeli makanan ke restoran Fredella.

***

Terkejut dengan ketukan pintu yang ternyata adalah kedatangan Arkana ke apartemen. Anak itu hendak membeli makanan padahal bisa saja memesan makanan di restoran lain.

"Please Kak, boleh ya." Tatapan mata Arkana memohon.

Fredella belum bisa menjawab, jam enam sore semua karyawan Fredella sedang sibuk dan tidak yakin bisa mengirimkan makanan ke apartemen. Namun melihat tatapan permohonan Arkana membuatnya tidak tega. Fredella memberi kesempatan Arkana memilih makanan, di sela-sela menunggu, Fredella masuk sebentar menelepon restoran dengan telepon rumah.

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang