Axel Atau Bian

8.6K 1.2K 90
                                    

BIAN dan Fredella sudah sampai di apartemen, Bian akan mengantar Fredella sampai perempuan itu benar-benaraman masuk ke dalam apartemen barunya.

"Mau mampir, Kak?"

Panggilan berubah lagi sesuai umur mereka, kebetulan Bian lebih dewasa dari Fredella.

"Kapan-kapan saja. Kamu hati-hati jangan sering mampir ke situ," ucap Bian dengan telunjuk tangan mengarah ke apartemen Axel.

"Nggak. Kita hanya sebatas partner bisnis, saya profesional."

Bian mengangguk percaya. Bukan berpikiran negatif tentang Axel, ia hanya takut Fredella akan dituduh sebagai perusak rumah tangga orang. Bian tahu bahwa Axel seorang suami dan Ayah, Axel mengatakan sendiri bahwa memiliki anak laki-laki saat mereka sedang melakukan pertemuan membahas kerja sama mereka di restoran.

"Bagus. Tetap hati-hati ya, Fredella."

"Iya, Kak, sudah sana pulang nanti nanti nyonya mencari."

"Nyonya Fredella?" Candanya

"Nyonya lain, Kak!" Fredella tersungut-sungut.

"Tidak ada."

"Ini nih, bikin saya nggak suka cowok, selalu bersilat lidah." Sudah tiga bulan berlalu Fredella tidak mendengar lagi tentang kisah cinta Bian.

"Serius Fredella. Hubungan kami tidak jelas, Dia sibuk dan Saya juga sibuk," jawab Bian.

"Sering komunikasi. Sudah ah, sana pulang, Kak." Fredella mendorong tubuh Bian agar segera pulang, bukan berniat mengusir sepihak, tetapi karena laki-laki ini tidak mau masuk maka lebih baik pulang.

"Baiklah, sampai jumpa. Besok mau dijemput?" Bian menawarkan diri lagi.

"Tidak, Kak, mau ke rumah sakit dulu lihat Erik."

Bian mengacak rambut Fredella gemas, di restoran tidak mungkin mereka bisa sedekat ini. Bisa-bisa menjadi bahan gosip baru oleh karyawan mereka.

"Kebiasaan banget, deh." Fredella mendengkus dan merapikan kembali rambutnya.

Fredella mencubit perut Bian membuat lelaki itu meringis kesakitan. Bian membalas dengan menarik hidung Fredella, kalau saja tidak ada suara langkah kaki mereka pasti akan melanjutkan keributan ini.
Keduanya menoleh.

Pandangan mata saling bertemu, Fredella langsung membuang pandangan ke arah lain. Pria masih berpakaian lengkap baru pulang bekerja, tumben hingga menjelang larut. Yang Fredella tahu, biasanya pukul setengah tujuh laki-laki itu sudah selesai bekerja.

"Hai, Pak Axel." Bian mulai menyapa.

Axel membalas dengan senyuman, pria itu sejenak melirik Fredella yang menunduk. Kehadiran Bian di apartemen membuat Axel penasaran. Axel kira keduanya tidak sedekat ini, Axel sedikit mendengar candaan mereka, tetapi ia memilih diam dan pura-pura tidak tahu.

"Baru pulang?" Bian mulai basa-basi.

"Iya, lembur." Axel tidak suka ditanya-tanya oleh Bian, andai tadi Fredella yang bertanya akan Axel jawab lebih dari kata lembur. Axel dapat melihat Bian mengangguk setelah mendengar jawaban Axel.

"Fredella, Aku pulang dulu ya."

"Iya, Chef, hati-hati."

Panggilan ke Bian mendadak Fredella ganti, yang Axel tahu tadi memanggil dengan sebutan kak.

"Pak Axel, Saya pamit dulu."

"Hati-hati, Chef Bian."

Perlahan langkah Bian sudah tidak terlihat lagi, Axel hendak mendekati Fredella, tetapi sayang Fredella memilih masuk tanpa mengatakan satu kata pun. Mungkin Fredella masih malu gara-gara tadi siang, untung gagal kalau berhasil seperti mendapat hadiah siang bolong.

Memasuki apartemen, yang pertama kali dilihat Axel adalah Arkana yang tidur dengan televisi tidak dimatikan, tertidur sembari menonton film kesayangannya. Selama liburan di tempat axel, Arkana lebih banyak menonton film atau berkunjung ke tempat neneknya. Axel senang karena Arkana tidak bermain game terus-menerus.

"Yah!"

Axel yang tengah sibuk membersihkan botol minuman dan cemilan di atas meja langsung menoleh ketika Arkana membuka mata dan langsung berganti posisi menjadi duduk.

"Kenapa nggak tidur di kamar?" tanya Axel.

"Ketiduran. Menunggu Ayah." Arkana mengucek mata, merenggangkan otot lalu menguap. Masih merasakan kantuk.

"Sudah makan?"

Arkana menggeleng.

"Ayah sudah kasih kamu uang untuk makan Arkana."

"Menunggu Ayah biar bisa makan malam bersama, Arkana kira Ayah pulang cepat," jawab Arkana.

"Kenapa harus menunggu? Ayah sudah bilang padamu jika Ayah selalu sibuk, jangan manja, Arkana."

"Maaf." Arkana menunduk.

"Ayah pesan makan lewat aplikasi." Axel segera mengambil ponseln, ia berhasil memesan makanan yaitu pecel ayam kesukaan Arkana.

Senyum Arkana merekah, momen saat kecil dulu kembali ia rasakan meski tidak lengkap tanpa bunda. Meski ayah tidak makan malam bersama, ditemani saja sudah cukup.

"Ar, kamu pernah ke restoran Kak Fredella?"

Menunggu 45 menit, makanan sudah tertata rapi di atas meja. Mereka sudah duduk di kursi tempat mereka makan.

"Sekali doang, Yah, nggak ada Kak Fredella waktu itu. Katanya lagi beli bahan-bahan resto."Arkana mulai menikmati makanan.

"Kapan kamu datang ke sana?"

"Dua hari yang lalu, ke sana sendirian."

Axel mengangguk, tumben tidak memberitahu Axel. "Pernah lihat chef di sana?"

"Lihat sekilas." Arkana bertanya-tanya tumben sekali Ayah membahas soal restoran tetangga depan mereka.

"Ayah suka ya sama Kak Fredella?" Arkana penasaran.

"Sstt ... anak kecil mana paham cinta, sudah lanjutkan saja makanmu." Axel memberikan segelas air putih untuk Arkana.

"Aku sudah besar, melewati masa TK dan SD. Sudah bisa jadi teman curhat Ayah."

Axel mengabaikan, benar, Arkana sudah besar mengerti semua dan Axel tidak pintar untuk menyembunyikan sesuatu.

-TBC-
Axel-Bian khusus Karyakarsa juga sudah di update ya ;)

-TBC- Axel-Bian khusus Karyakarsa juga sudah di update ya ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih :)

Instagram: Marronad.wp

Marronad

Falling In Love With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang